Hasil Belajar Kognitif LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Hasil Belajar Kognitif

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologi Anni 2007: 2. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Anni 2007: 5. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk hasil belajar yang ingin dicapai dalam pendidikan diharapkan meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik Sugandi 2006: 24 - 28. Siswa memerlukan beberapa komponen kognitif untuk memecahkan masalah terutama menyelesaikan soal-soal fisika. Komponen kognitif untuk memecahkan masalah problem solving tersebut menurut Kirsch dan Mosenthal dalam Alex Neill 2000 adalah identifikasi, interpretasi, formulasi dan komputansi. Komponen identifikasi adalah komponen yang digunakan untuk mengetahui variabel apa saja yang terdapat pada soal yang akan dikerjakan. Komponen interpretasi adalah komponen yang digunakan untuk menafsir peristiwa yang digambarkan soal dan apa yang ditanyakan pada soal. Komponen komputasi adalah komponen yang digunakan untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma. Komponen formulasi adalah komponen yang merumuskan suatu masalah ke dalam bentuk algoritma atau persamaan. Banyak ahli psikologi kognitif dan konstruktivis menyatakan bahwa orang-orang membangun pengetahuan dan pemahaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya, tetapi belum tentu gagasan-gagasan itu tidak konsisten dengan konsepsi ilmiah Chang, et al. 2007: 466. Sumber pembaharuan itu dapat berasal dari pengalaman-pengalaman yang mereka dapatkan ataupun dari pengalaman-pengalaman orang lain. Pengalaman-pengalaman tersebut biasanya didapatkan dari kejadian-kejadian alam yang ada di lingkungan mereka. Pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran fisika siswa sudah mempunyai bekal pengetahuan yang diperoleh karena proses belajar secara aktif yang dilakukan oleh siswa. Pengalaman yang diperoleh akan digunakan siswa untuk membangun pengetahuannya, ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menguasai konsep fisika. Dalam membentuk pengetahuannya setiap siswa dapat berbeda, bahkan ada yang salah dalam mengkonstruksikannya Suparno 2007: 8. Dengan kata lain mereka dapat mengalami kesalahan dalam menghubungkan konsep yang mereka dapatkan. Hal ini menyebabkan konsep yang mereka pahami terkadang berbeda dengan pendapat para ilmuwan yang berlaku. Konsep awal yang bertentangan dengan pendapat para ilmuwan biasa disebut miskonsepsi. Miskonsepsi adalah pertentangan antara konsepsi siswa dan ilmu fisika Berg, 1991: 1. Berg 1991 juga mendefinisikan, miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang bertentangan dengan konsepsi para fisikawan. Biasanya miskonsepsi berhubungan dengan kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep. Miskonsepsi dapat terbawa sampai jenjang pendidikan berikutnya Rusilowati 2006: 100. Jadi ketika siswa mengalami miskonsepsi maka saat membangun pengetahuan yang berikutnya, siswa juga bisa mengalami kesalahan, karena untuk dapat mengingat pengetahuan yang baru kita akan menghubungkannya dengan pengalaman sebelumnya. Pada saat siswa memasuki kelas fisika, siswa sudah mempunyai ide-ide yang dibangun dalam kehidupan sehari-hari mereka Chang, et al. 2007: 466. Apabila ingin memperbaiki hal tersebut, maka pada saat mengikuti pembelajaran formal siswa harus diajak untuk mengkonstruksikan kembali pengetahuan mereka berdasarkan konsep yang benar menurut ilmuwan.

2.2 Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Kognitif