BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran Sains Fisika
Setiap  orang  disadari  atau  tidak  selalu  mengalami  proses  belajar.  Belajar memiliki  peranan  penting  di  dalam  perkembangan,  kebiasaan,  sikap,  keyakinan,
kepribadian,  dan  persepsi  manusia.  Belajar  adalah  suatu  proses  usaha  yang dilakukan  seseorang  untuk  memperoleh  suatu  perubahan  tingkah  laku  yang  baru
secara  keseluruhan  sebagai  hasil  pengalamannya  sendiri  dalam  interaksi  dengan lingkungannya Slameto, 2003:2. Menurut Hamalik 2008:36 belajar merupakan
suatu  proses,  suatu  kegiatan  dan  bukan  suatu  hasil  atau  tujuan.  Belajar  bukan hanya  mengingat,  akan  tetapi  lebih  luas  daripada  itu,  yakni  mengalami.  Dari
beberapa  pengertian  belajar  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar menyangkut  dua  hal  yaitu  proses  belajar  dan  hasil  belajar.  Belajar  merupakan
suatu  proses  dalam  diri  seseorang  untuk  mencapai  tujuan  tertentu.  Perubahan perilaku merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui proses pengalaman yang
terjadi  sebagai  akibat  dari  interaksi  antara  individu  dengan  lingkungannya. Seseorang yang telah belajar tentang fisika lingkungan, maka orang tersebut tidak
akan serta merta melakukan tindakan yang merusak dan mencemari lingkungan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian
rupa  sehingga  tingkah  laku  siswa  berubah  ke  arah  yang  lebih  baik.  Menurut Gagne,  sebagaimana  dikutip  oleh  Sugandi  2007:9,  pembelajaran  merupakan
suatu  kumpulan  proses  yang  bersifat  individual,  yang  merubah  stimulus  dari
10
lingkungan  seseorang  kedalam  sejumlah  informasi  yang  selanjutnya  dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Menurut
Briggs,  sebagaimana  dikutip  oleh  Sugandi  2007:9,  menjelaskan  bahwa pembelajaran  adalah  seperangkat  peristiwa  yang  mempengaruhi  si  belajar
sedemikian  rupa  sehingga  si  belajar  itu    memperoleh  kemudahan  dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Pada hakikatnya pembelajaran adalah
proses  interaksi  antara  siswa  dengan  lingkungannya,  sehingga  terjadi  perubahan perilaku  ke  arah  yang  lebih  baik  untuk  jangka  waktu  yang  panjang.  Adanya
interaksi  dengan  lingkungan  membuat  pembelajar  mengkontruksi  arti,  wacana, dialog,  pengalaman  fisik  dan  menghubungkannya  dengan  pengalaman  atau
informasi  yang  sudah  dipelajari.  Sebagai  contoh,  siswa  akan  membangun pengetahuannya kembali tentang sifat-sifat cahaya seperti cahaya merambat lurus,
cahaya  dapat  dipantulkan  dan  dibiaskan,  dengan  cara  mengkombinasi pengetahuan yang telah dimilikinya sejak semula dengan pengetahuan yang baru
saja diperoleh dari lingkungan. Beberapa  ahli  fisika  sudah  menekankan  kemampuan  berpikir  dalam
pembelajaran. Menurut Reif, sebagaimana dikutip oleh Wiyanto 2008: 11: Tujuan  utama  pembelajaran  fisika  adalah  membantu  siswa  memperoleh
pengetahuan  dasar  secukupnya  a  modest  amount  of  basic  knowledge yang dapat digunakan secara fleksibel. Alasannya: 1 tujuan pembelajaran
Sains  bukan  untuk  mengumpulkan  fakta  tetapi  untuk  memperoleh kemampuan  menggunakan  sejumlah  kecil  secukupnya  pengetahuan
dasar yang berguna dalam memprediksi atau memecahkan berbagai gejala atau  masalah,  2  siswa  hidup  dalam  dunia  kompleks  dan  terus  berubah,
mereka akan memperoleh keuntungan yang sedikit dari pengetahuan yang dihafalkan  atau  kurang  dipahami.  Melalui  pembelajaran  fisika  yang
mengutamakan  kemampuan  berpikir,  peserta  didik  diharapkan  dapat mengembangkan  kecakapan  hidup  atau  lifeskill  dengan  mengaplikasikan
pengetahuan fisika yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Pada  mata  pelajaran  IPA  termasuk  Fisika,  kemampuan  berpikir  dan pemecahan masalah problem solving bukanlah hal yang asing. Menurut Wiyanto
2008:  13  semua  proses  penemuan  produk  ilmiah  yang  terdiri  dari  konsep  dan sistem  konseptual  prinsip,  teori,  hukum,  ilmuwan  menempuh  prosedur  yang
menuntut  kemampuan  berfikir  dan  problem  solving  tingkat  tinggi  yang  sering disebut kerja ilmiah doing science. Oleh karena itu, sesuai dengan karakteristik
tersebut  pendidikan  sains  diharapkan  tidak  hanya  sekedar  transfer  pengetahuan hasil  temuan  para  ilmuan,  tetapi  juga  mampu  mengembangkan  kemampuan
berpikir  melalui  proses  bekerja  ilmiah  seperti  seperti  yang  biasa  dilakukan  oleh ilmuan.  Menurut  Lawson,  sebagaimana  dikuti  oleh  Wiyanto  2008:  13,
menyatakan  bahwa  sistem  pendidikan  sains  harus  membentu  siswa  mencapai tujuan:  1  membangun  konsep  dan  sistem  konseptual  yang  bermakna;  2
mengembangkan  keterampilam  berpikir  bebas,  kritis  dan  kreatif;  3 meningkatkan
kemampuan menerapkan
pengetahuannya untuk
belajar, memecahkan  masalah  dan  membuat  keputusan.  Senada  dengan  itu,  menurut
Heuvelen,  sebagaimana  dikutip  oleh  Wiyanto  2008:  13,  juga  merumuskan tujuan  pembelajaran  fisika,  yaitu  untuk:  mengembangkan  keterampilan  yang
diperlukan  untuk  memecahkan  masalah  nyata;  belajar  untuk  merancang  dan melaksanakan  penyelidikan  ilmiah;  belajar  keterampilan  yang  diperlukan  untuk
mendesain  suatu  sistem,  suatu  komponen  atau  suatu  proses;  mengembangkan kemampuan  agar  berfungsi  secara  efektif  dalam  suatu  tim  antar  disiplin;  belajar
keterampilan  yang  diperlukan  untuk  membangkitkan  kemampuan  belajar sepanjang hayat; belajar untuk berkomunikasi secara efektif.
2.2 Pembelajaran Kooperatif