Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nuryanto dan Binadja 2010, menjelaskan bahwa efektifitas pendekatan SETS terhadap hasil belajar
siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan secara signifikan sedangkan peningkatan hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas kontrol tidak terlalu besar.
Perilaku siswa pada saat proses pembelajaran dengan pendekatan salingtemas terlihat lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Penelitian Suryaningsih 2014
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran biologi materi virus dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa SMA N 1 Sumpiuh. Tidak
berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Syafiqah 2013, pendekatan Sains, Environment, Technology and Society dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa
pada materi pokok asam, basa dan garam di SMP N 9 MEDAN.
5. Karakter Siswa
Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave melukis, menggambar, seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau
metal. Berakar dari pengertian itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus dan melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah
pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik knowing the
good, mencintai yang baik loving the good dan melakukan yang baik acting the good. Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan. Seseorang lahir dalam
keadaan bodoh, dorongan-dorongan primitif yang ada dalam dirinya kemungkinan dapat memerintahkan atau menguasai akal sehatnya. Maka efek
yang mengiringi pola pengasuhan dan pendidikan seseorang akan dapat mengarahkan kecenderungan, perasaan dan nafsu besar menjadi beriringan secara
harmoni atas bimbingan akal dan juga ajaran agama Sudrajat 2011. Ada beberapa alasan mengapa pendidikan karakter harus disampaikan,
diantaranya sebagai berikut Lickona dalam sudrajat, 2011 :
a. Cara terbaik untuk menjamin anak-anak siswa memiliki kepribadian yang
baik dalam kehidupannya b.
Cara untuk meningkatkan prestasi akademik c.
Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain.
d. Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup
dalam masyarakat yang beragam. e.
Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan
seksual dan etos kerja belajar yang rendah. f.
Persiapan terbaik untuk mengongsong perilaku ditempat kerja. g.
Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradapan. Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala
usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona 1991 menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Bertolak belakang dari definisi tersebut, ketika berfikir
tentang jenis karakter yang ingin dibangun pada diri siswa, jelaslah bahwa siswa dikehendaki agar mampu memahami nilai-nilai tersebut, memperhatikan secara
lebih mendalam mengenai benarnya nilai-nilai itu dan kemudian melakukan apa yang diyakininya sekalipun harus menghadapi tantangan dan tekanan baik dari
luar maupun dari dalam dirinya. Dengan kata lain, siswa memiliki kesadaran untuk memaksa diri melakukan nilai-nilai itu. Dalam badan Penelitian dan
Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional 2010 teridentifikasi 18 nilai pendidikan karakter sebagai berikut :
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa ingin tahu
10. Semangat kebangsaan
11. Cinta tanah air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat Komunikatif
14. Cinta Damai
15. Gemar membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung jawab
Salah satu karakter yang ingin dilihat dari penelitian ini adalah sikap peduli lingkungan siswa. Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah
kerusakan pada
lingkungan alam
sekitar dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi Prayitno dan Widyanti 2011. Hal ini sesuai dengan pendekatan
Salingtemas yang diterapkan. Dengan pendekatan Salingtemas pada materi pencemaran, siswa tidak hanya melihat penerapan sains untuk teknologi yang
berguna bagi kehidupan masyarakat, akan tetapi siswa diajak untuk melihat efek atau dampak yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi pada lingkungan,
sehingga adanya upaya-upaya umtuk memperbaiki lingkungan agar mencapai keseimbangan.
Kepedulian terhadap lingkungan memiliki 2 sub variabel yaitu sikap peduli lingkungan dan perilaku peduli lingkungan Priyanto et.al. 2013. Menurut
Dimopoulos 2009, Indikator bahwa siswa telah memiliki karakter peduli lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Siswa memiliki pengetahuan dasar tentang lingkungan Knowledge.
b. Siswa memiliki rasa ingin tahu mengenai lingkungan, permasalahan
lingkungan dan solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan Curiosity. c.
Siswa dapat menyelidiki dan menilai kegiatan yang dapat merusak lingkungan dan melestarikan lingkungan yang berdampak pada diusulkannya sebuah
solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan Investigation and evaluation.
d. Siswa melakukan kegiatan yang merupakan aksi peduli lingkungan Verbal
commitment
6. Pendekatan Salingtemas Pada Materi Pencemaran Lingkungan