PENGARUH PENDEKATAN SAINS LINGKUNGAN TEKNOLOGI MASYARAKAT (SALINGTEMAS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP VIRUS ( Kuasi Eksperimen di SMA An-Najah Bogor)

(1)

HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP VIRUS

(Kuasi Eksperimen di SMA An-Najah Bogor)

SKRIPSI

Oleh

RISNASARI NIM. 105016100523

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011 M/ 1432 H


(2)

v

ABSTRAK ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Perumusan Masalah ...5

E. Manfaat penelitian ...6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ...7

1. Pendekatan Salingtemas ...7

2. Hasil Belajar ...13

3. Pembelajaran Biologi ...19

4. Hasil Penelitian yang Relevan ...27

B. Kerangka Pikir ...29

C. Perumusan Hipotesis ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ...31

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...31

C. Metode Penelitian ...31

D. Desain Penelitian ...31

E. Teknik Pengambilan Sampel ...32

F. Teknik Pengumpulan data ...32

G. Instrumen Penelitian ...35


(3)

vi

I. Hipotesis Statistik ...39

J. Teknik Analisis Data ...39

1. Uji Normalitas ...39

2. Uji Homogenitas ...40

3. Uji Hipotesis ...40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ...42

1. Hasil Belajar Kognitif ...42

2. Hasil Belajar Afektif ...45

3. Hasil Belajar Psikomotorik ...48

B. Uji Persyaratan Analisis Data ...52

1. Uji Normalitas ...52

2. Uji Homogenitas dengan Uji Fisher ...53

C. Analisis Data ...53

D. Pembahasan ...54

E. Keterbatasan Penelitian ...58

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ...59

B. Saran ...59


(4)

vii

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kognitif ...30

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Afektif ...31

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Psikomotorik ...32

Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...44

Tabel 4.2 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...45

Tabel. 4.3 Persentasi Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...46

Tabel 4.4 Persentasi Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...49

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...52

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas dengan Uji Fisher...53

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji t ...54


(5)

viii

Lampiran 2. Validitas, tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda...72

Lampiran 3. Pengolahan Hasil Belajar Kognitif...74

Lampiran 4. Pengolahan Angket Afektif Kelas Eksperimen...76

Lampiran 5. Pengolahan Angket Afektif Kelas Kontrol...77

Lampiran 6. Pengolahan Hasil Belajar Psikomotorik...78

Lampiran 7. Lembar Observasi...81

Lampiran 8. Penentuan Rentangan, Banyak Kelas, Panjang Kelas, Kelas Interval, Simpangan Baku dan Rata-rata Hasil Belajar Biologi ...83

Lampiran 9. Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Siswa ...85

Lampiran 10. Uji Homogenitas Skor Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Menggunakan Uji F ...87

Lampiran 11. Pengujian Hipotesis dengan Uji t ...88

Lampiran 12. LKS...93

Lampiran 13. Tes Akhir Belajar Biologi Sebelum Validasi...98

Lampiran 14. Tes Akhir Belajar Biologi Setelah Validasi...105

Lampiran `15. Daftar Nilai Tes Awal Penentuan Kelas Sampel ...112

Lampiran 16. Nilai LKS ...113


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi merupakan bagian integral dalam setiap masyarakat. Makin maju suatu masyarakat makin banyak teknologi yang dikembangkan dan digunakan. Teknologi telah membantu kita dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan kenyataan ini, banyak diantara kita yang berpendapat bahwa teknologi merupakan solusi atas masalah yang kita hadapi.1 Teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Seperti diketahui bahwa zaman terus berubah dan terus berlanjut sepanjang masa sehingga teknologi pun berkembang dengan pesat.

Seiring dengan perkembangan zaman, manusia semakin mengerti bagaimana cara penggunaan teknologi yang baik. Salah satunya adalah penerapan teknologi dalam bidang bioteknologi. Perkembangan bioteknologi terbagi dalam tiga era, yaitu era bioteknologi tradisional, era bioteknologi dimensi baru dan era bioteknologi modern. Era bioteknologi tradisional dimulai dari awal penerapannya sampai dengan tahun 1857, karena pada masa itu belum diketahui bahwa fermentasi dilakukan oleh makhluk hidup; era bioteknologi dimensi baru dimulai sejak tahun 1957 sampai tahun 1980, pada saat itu telah diketahui bahwa fermentasi dilakukan oleh makhluk hidup; sedangkan era bioteknologi modern dimulai tahun 1981 sampai sekarang, yaitu setelah berkembang teknologi enzim dan rekayasa genetika. Kini bioteknologi telah benar-benar diunggulkan sebagai teknologi mutakhir yang memberikan kemampuan hebat untuk memberikan jawaban pada berbagai tantangan yang dihadapi umat manusia. Bioteknologi dapat memberi jawaban terhadap masalah kekurangan lapangan kerja, pangan, industri, kesehatan, dan pengolahan limbah.2

1

Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media,2004), hal. 542

2

Susilowati, Kurikulum dan Materi Biologi SMU, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), hal. 9.31-9.33


(7)

Biologi sebagai cabang sains merupakan ilmu yang mengkaji makhluk hidup. Dalam pembelajaran Biologi tidak hanya konsep yang harus dikuasai, tetapi juga rasa ingin tahu siswa terhadap biologi secara mendalam. Pada konsep-konsep tertentu pembelajaran juga mengalami perubahan dan kemajuan sesuai dengan perubahan zaman, khususnya pada konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Perkembangan teknologi biologi atau secara umum disebut Bioteknologi dalam bidang kesehatan mulai berkembang pada abad 20. Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru di bidang kesehatan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan secara konvensional. Bioteknologi berkembang dengan cepat diberbagai sektor dan meningkatkan keefektifan cara-cara menghasilkan produk dan jasa.3 Bioteknologi menggunakan proses biologi dari mikroba, tanaman atau hewan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Salah satu mikroba yang digunakan untuk menghasilkan produk bioteknologi dalam bidang kesehatan adalah virus.

Virus merupakan partikel aseluler yang bersifat racun yang dapat dikristalkan. Peranan virus ada yang menguntungkan dan merugikan. Manfaat yang dapat diperoleh dari virus, antara lain untuk membuat interferon, vaksin, dan peta kromosom. Virus ada yang bersifat merugikan sebab dapat menyebabkan penyakit pada manusia, antara lain penyebab penyakit cacar, penyakit poliomyelitis, penyakit influenza, penyakit campak, penyakit rabies, penyakit flu burung, penyakit gondong, dan penyakit AIDS. Selain itu, virus juga dapat menimbulkan penyakit pada hewan, misal penyebab rabies pada anjing dan monyet, penyakit tetelo pada ayam, penyakit kuku dan mulut pada ternak (terutama sapi, kuda, dan kambing), serta penyakit cacar pada sapi. Virus dapat juga menyerang pada tumbuhan. Misalnya, menyerang tanaman tembakau,

3

Novianti Surarlim, Perkembangan Penelitian Biotek Pertanian di Indonesia. Buletin Agrobio, (onlone), (http://biogen.litbang.deptan.go.id, 2005), hal. 4


(8)

kentang, dan tomat, menyerang pada pembuluh tapis tanaman jeruk, dan menyebabkan tanaman padi kerdil.4

Konsep virus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan konsep yang memiliki Standar Kompetensi (SK) memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Pada standar kompetensi tersebut diambil satu Kompetensi Dasar (KD) yang berkaitan dengan konsep ini, yaitu mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan.5 Sesuai kompetensi dasar tersebut dibuat beberapa indikator, yaitu mendeskripsikan ciri-ciri tubuh virus, mendeskripsikan replikasi virus, mendeskripsikan klasifikasi virus dan mengelompokkan peran virus dalam kehidupan.

Pendidikan biologi di Sekolah Menengah Umum (SMU) mengandung bahan kajian yang mempelajari makhluk hidup dan aspek kehidupan baik di masa lampau maupun masa sekarang. Disamping itu, pendidikan biologi mampelajari penerapan konsep-konsep biologi dalam mengembangkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari dan bertujuan meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan dan alam sekitarnya.6

SMA An-Najah Bogor merupakan lembaga pendidikan menengah berbasis pesantren yang memiliki visi diantaranya terwujud siswa yang mampu merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; era informasi dan globalisasi yang sangat cepat, terwujudnya siswa yang unggul dalam prestasi akademik dan non akademik, serta terwujudnya siswa yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.7 Pada dasarnya siswa

sekolah SMA yang memiliki motto ”fun and dignified” telah dapat mencapai visinya dalam mewujudkan siswa yang mampu merespon perkembangan IPTEK secera cepat dan unggul dalam prestasi akademik, namun belum sepenuhnya dapat mewujudkan siswa yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat

4

Henny Riandari, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007 ), hal. 26

5

Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: BSNP, 2006), hal. 453

6

Susilowati, Kurikulum dan Materi Biologi SMUt, hal. 1.3

7


(9)

khususnya mengenai aplikasi materi Biologi. Kiranya perlu diterapkan Pendekatan Salingtemas dalam pembelajaran tersebut untuk dapat mewujudkan visi sekolah sepenuhnya. Berdasarkan penelitian tersebut apakah pendekatan Salingtemas dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi pada konsep virus. Oleh karena itu perlunya penelitian untuk mengetahui pengaruh pendekatan Salingtemas terhadap hasil belajar siswa pada konsep Virus.

Pendekatan Salingtemas merupakan pendekatan yang memiliki saling keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pendekatan Salingtemas juga memiliki hubungan dua arah antara elemen sains dengan elemen lingkungan, teknologi, maupun masyarakat; antara elemen lingkungan dengan elemen sains, teknologi, maupun masyarakat; antara elemen teknologi dengan elemen sains, lingkungan, maupun masyarakat; serta antara elemen masyarakat dengan elemen sains, lingkungan, maupun teknologi. Hubungan kesalingterkaitan dua arah antara elemen-elemen tersebut disebut dengan Sains Environment technology Society (SETS). SETS juga dikenal dengan Salingtemas menunjukkan interaksi positif maupun negatif yang tumbuh dari perkembangan tiap-tiap elemen tersebut.8

Pendekatan Salingtemas mencakup konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Sehingga objek-objek yang dipelajari diharapkan dapat dimengerti dengan baik hubungannya dengan keempat elemen Salingtemas. Dengan demikian dapat membantu peserta didik dalam mengetahui perkembangan sains serta teknologi yang mempengaruhi lingkungan dan masyarakat.9

Seiring dengan kemajuan zaman semakin banyak masalah-masalah dalam lingkungan dan masyarakat yang berhubungan dengan perkembangan sains dan teknologi khususnya bioteknologi. Mengingat bahwa SMA An-Najah Bogor merupakan sekolah yang terletak di perkampungan dan memiliki potensi peserta didik yang kurang memahami perkembangan sains, maka diterapkan pendekatan Salingtemas untuk membekali pengetahun siswa mengenai hal itu. Dengan

8

Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS, (http://ilmuwanmuda.wordpress.com, diakses 2 juni 2008 ), hal 5

9


(10)

demikian penerapan pendekatan Salingtemas di sekolah tersebut diharapkan dapat memberikan data mengenai perbedaan hasil belajar siswa yang kelas eksperimen yang diterapkan pendekatan Salingtemas dan siswa yang kelas kontrol dengan

pendekatan koperatif.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Siswa belum dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari

2. Siswa belum dapat mengaitkan konsep pembelajaran dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat

3. Siswa kurang berpotensi dalam memahami perkembangan sains

4. Pembelajaran biologi yang ada belum sepenuhnya dapat mewujudkan siswa yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA An-Najah Bogor semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka digunakan pendekatan Salingtemas. Karena dengan pendekatan pembelajaran ini pengetahuan siswa menjadi terarah dan termotivasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 3. Cakupan materi biologi pada penelitian ini dibatasi pada konsep Virus

4. Hasil belajar yang diukur yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif menggunakan tes objektif meliputi jenjang hapalan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Aspek afektif berupa angket meliputi dimensi motivasi, keaktifan, dan pemahaman. Aspek psikomotorik berupa lembar observasi meliputi dimensi kecepatan, ketepatan, dan kerapian.


(11)

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang diajukan: “Apakah pembelajaran biologi dengan pendekatan Salingtemas akan mempengaruhi hasil belajar siswa

pada konsep Virus?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh penggunaan pendekatan Salingtemas terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep Virus. Manfaat penelitian :

1. Bagi peneliti :

Memberikan informasi mengenai pengaruh pendekatan Salingtemas yang dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut, selain itu agar dapat mengetahui keunggulan pendekatan Salingtemas, serta dapat menciptakan pembelajaran aktif, dinamis, dan optimal.

2. Bagi guru :

Memberikan pendekatan pembelajaran alternatif sehingga dapat mengaitkan strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi. Serta dapat memberikan informasi dalam memilih pendekatan pembelajaran pada konsep yang berhubungan dengan Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

3. Bagi siswa :

Memberikan pengalaman dalam belajar dan lebih mampu memecahkan masalah yang muncul, serta meningkatkan semangat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(12)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 1. Pendekatan Salingtemas

a. Hakikat Pendekatan Salingtemas

Salingtemas berasal dari kata Science Environment Technology and Society

(SETS) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Keempat makna tersebut merupakan satu kesatuan elemen yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik memiliki kemampuan berpikir sampai mencapai tingkat tinggi (higher order thinking). Keempat elemen pada Pendekatan Salingtemas saling berinteraksi dalam membahas suatu konsep.1

Pendekatan Salingtemas mencakup konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan berbagai hal yang diperkirakan melanda masyarakat. Objek-objek pendidikan yang dipelajari pada akhirnya diharapkan dimengerti dengan baik korelasinya dengan keempat elemen utama salingtemas. Pendekatan Salingtemas membantu peserta didik dalam mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi-teknologi yang digunakan, dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi-teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat.2

Keuntungan menggunakan pendekatan Salingtemas yaitu memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, dan masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi, dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Serta peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang

1

Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS, (http://ilmuwanmuda.wordpress.com, diakses 2 juni 2008 ), hal. 1

2


(13)

berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.3

Pendekatan Salingtemas memadukan dua pemikiran yaitu Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk menghubungkan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep biologi dalam kehidupan sehari-hari dengan kesiapan siswa untuk menerima kemajuan sains dan teknologi.4

1) Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Beberapa tahun terakhir muncul pendekatan baru yang diharapkan dapat menekan kesalahpahaman suatu konsep khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Depdikbud dalam pendekatan ini peserta didik tidak hanya mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan bagaimana teknologi itu berperan di masyarakat.5 Sehingga dengan pendekatan tersebut peserta didik tidak hanya memahami tentang konsep sains akan tetapi juga dapat menghubungkannya dengan elemen teknologi dan masyarakat.

Tujuan STM ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Adapun seseorang yang memiliki literasi sains dan teknologi, adalah yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai jenjangnya; mengenal produk teknologi yang ada disekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya; serta kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai.6 Berdasarkan hal tersebut, istilah STM mengandung tiga kata kunci, yaitu sains, teknologi, dan masyarakat. Karena itu paradigma pendekatan STM dalam pembelajaran sains pada

3

Ibid, hal 4

4

Ibid, hal. 6

5

Nuryani Y. Rustaman Dkk, Strategi belajar mengajar biologi, (Malang: IKIP Malang, 2005), hal. 99

6

Anna Poedjiadi, Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai Sains teknologi Masyarakat (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 123


(14)

hakikatnya dapat ditinjau dari asumsi dasar pengertian sains, teknologi, dan masyarakat.

Sains dapat berarti ilmu yang mempelajari alam atau ilmu pengetahuan alam, dan dapat berarti ilmu pada umumnya, karena dalam perkembangannya sains juga mempelajari masyarakat.7 Teknologi merupakan unsur yang ada dalam STM. Teknologi merupakan tindak lanjut dan hasil pengembangan dari hasil ilmu terapan (bahan, alat, atau prosedur kerja) yang digunakan untuk mengatasi masalah dan menunjukan kesejahteraan manusia.8 Masyarakat , menurut Aikenhead (dalam Mariana, 1994: 29), adalah suatu lingkungan pergaulan sosial dan kaidah-kaidah yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.9 Menurut Poerwadarminta (1983), masyarakat adalah sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan dan aturan-aturan tertentu.10 Berdasarkan pengertian sains, teknologi, dan masyarakat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan STM adalah suatu pendekatan yang menghubungkan konsep sains dengan teknologi dan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat.

2) Pendidikan Lingkungan Hidup

Pengertian lingkungan hidup sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.11 Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia harus mengenal lingkungan untuk

7

Ibid, hal. 1

8

Umar Tirtaraharja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2005), hal. 114

9

Reviandari Widyatiningtyas, Pembentukan Pengetahuan Sains Teknologi dan Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA, Jurnal pendidikan dan Kebudayaan, (online), (http://educare.efkipunia.net, 9 April 2009). hal. 3

10

ibid

11


(15)

mempertahankan kehidupan dan mempelajari lingkungan untuk mendapatkan tempat yang layak bagi keturunannya.

Menurut Cerovsky (1974) dalam modul Pendidikan Lingkungan hidup dikemukakan bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses pengenalan nilai-nilai serta pemahaman konsep yang dapat mengembangkan keterampilan sikap serta motivasi manusia untuk mengerti serta menghargai saling hubungan antara sesamanya dan dengan lingkungan hidupnya. Kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup mencakup tingkah laku manusia terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.12

Tujuan Pendidikan Lingkungan hidup adalah agar peserta didik mengerti akan lingkungan hidup; sadar dan peka serta terampil mengidentifikasi masalah-masalah lingkungn hidup; bersikap positif dan serasi dengan daya dukung lingkungan hidup; terampil secara aktif dalam mengadakan kegiatan pengembangan kualitas penduduk dan lingkungan hidup; serta mampu menetapkan berbagai alternatif rencana pendekatan penanggulangan masalah-masalah lingkungan hidup.13 Dengan demikian peserta didik dapat menggunakan pengetahuannya dengan bersahabat dengan lingkungan hidupnya untuk membangun lingkungan hidup yang manusiawi bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi-generasi yang akan datang.

b. Tujuan Pendekatan Salingtemas

Menurut Pedersen ada dua visi dan tujuan pendekatan Salingtemas dalam pendidikan, yaitu: (1) Salingtemas melibatkan peserta didik dalam pengalaman dan isu-isu/masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan kehidupan mereka; dan (2) Salingtemas memberdayakan peserta didik dengan berbagai keterampilan

12

Ibid, hal 1.9-1.10

13


(16)

sehingga mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan lebih aktif merespon isu atau masalah-masalah yang mempengaruhi kehidupan mereka.14

Yeger mengungkapkan dalam Smariana (2008) bahwa program Salingtemas telah menjadi suatu gerakan dalam pendidikan sain di negara-negara yang telah maju yang bertujuan mengintegrasikan sain, lingkungan, dan teknologi dengan kehidupan masyarakat.15 Selain itu Yeger juga menyatakan bahwa salah satu tujuan pokok dari pendekatan Salingtemas adalah mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan isu-isu atau masalah-masalah yang telah diidentifikasi.16

Ada beberapa aspek yang perlu mendapat penekanan dalam pembelajaran sain di sekolah dengan pendekatan Salingtemas, yaitu: kemampuan peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawabannya; kemampuan peserta didik mengidentifikasi isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat dan berupaya memecahkannya; penguasaan pengetahuan ilmiah (sains) dan keterampilan (teknologi) dan berupaya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari; mempertimbangkan nilai-nilai dan konteks sosial budaya masyarakat; dan pengembangan sikap, nilai-nilai sosial budaya lokal, personal, dan global.

c. Tahap-tahap Pembelajaran dengan Salingtemas

Pembelajaran bervisi Salingtemas secara garis besar mengikuti tahap-tahap pelaksanaan sebagai berikut:17

1) Inisiasi, yaitu pendahuluan pembelajaran SETS dengan mengangkat dan mendiskusikan isu atau masalah

2) Penetapan kompetensi sain, yaitu mengumpulkan kompetensi sains yang diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi.

14

Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, Kurikulum Visi SETS, Model Kurikulum Pendidikan yang Menerapkan Visi SETS (Jakarta: Depdiknas, 2007), Online, (scmariani-unnes.blogspot.com, diakses 26 November 2008), hal. 8

15

Ibid

16

Ibid, hal. 9

17

Om Tion, Pembelajaran Salingtemas, online, (http://liliksetiono.wordpress.com, diakses 28 nov 2008)


(17)

3) Dekontekstualisasi, yaitu pemisahan konsep dan prinsip sains yang perlu dicapai kompetensinya dari konteks isu atau masalah yang diangkat.

4) Pembelajaran konsep dan prinsip sains, yaitu pemantapan penguasaan konsep dan prinsip sains, melalui metode pembelajaran yang sesuai.

5) Penerapan, yaitu menerapkan konsep dan prinsip sain pada isu atau masalah. 6) Integrasi, yaitu membangun keterkaitan antar konsep dan prinsip sain, serta antar

konsep atau prinsip tersebut dengan spektrum terapannya dalam kehidupan. 7) Perangkuman, yaitu merangkum kompetensi yang seharusnya telah dimiliki

peserta didik, termasuk kemampuan menerapkannya pada kasus tertentu.

Alternatif lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran Salingtemas adalah dengan menggunakan metode siklus yang dapat dilakukan melalui kegiatan yang terdiri atas lima tahap kegiatan untuk setiap pokok bahasan atau kompetensi dasar, sebagai berikut:18

1) Tantangan (Challenge), yaitu proses untuk melihat permasalahan lingkungan yang terkait dengan materi yang dibahas dan tujuan pencapaian kompetensi dasar sesuai dengan indikator yang ditetapkan.

2) Jawaban awal (Initial thoughts), pada tahap ini merupakan jawaban atas permasalahan yang diberikan dalam tahap tantangan.

3) Sumber (Resources), pada tahap ini peserta didik diuji berpikir kritisnya dan ketrampilan membacanya.

4) Revisi jawaban (Revised thinking), pada tahap ini masih merupakan kerja individual peserta didik yang merupakan respon atas sumber-sumber yang diperoleh dari tahap ketiga, baik dari sumber tertulis maupun dialog interaktif dengan guru atau fasilitator.

5) Kerja kelompok (Group work). Setelah melakukan kegiatan individual, peserta didik diminta dalam kelompoknya untuk membandingkan hasil-hasil pemikirannya, dengan pemikiran kelompok.

18


(18)

2. Hasil Belajar a. Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya, manusia telah melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Pada dasarnya belajar merupakan peristiwa yang bersifat individual, yakni peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu.

Belajar atau learning adalah perubahan yang relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived), menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan.19

Slameto mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.20

Belajar merupakan suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara konstan dan berbekas.21

Dapat dijelaskan bahwa seseorang dikatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan pada dirinya. Perubahan tersebut terjadi karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungannya yang menyangkut semua aspek kepribadian individu, berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi dan sebagainya. Sehingga untuk dapat belajar seorang siswa tidak dapat terlepas dari orang lain, dalam hal ini guru

19

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006), h. 76.

20

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2.

21


(19)

dan teman belajar. Dengan demikian dapat dikatakan seseorang tidak dapat belajar dengan baik bila hanya sendirian saja, dia juga perlu guru untuk membimbing dan teman untuk berdiskusi.

Pengertian belajar menurut Cronbach dalam bukunya Educational Psychology seperti dikutip Suryabrata menyatakan bahwa belajar yang baik adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar dapat menggunakan pancaindranya.22 Belajar melibatkan pancaindra untuk mengenal lingkungannya yang akan mempengaruhi sikap individu. Dengan mengalami secara langsung, proses belajar yang dilakukan diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa.

Chaplin seperti dikutip Syah membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua, belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.23

Belajar memberi keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, belajar memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar berperan penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.24

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu:

1) Adanya perubahan tingkah laku (change behavior). 2) Perubahan yang terjadi relatif permanen.

3) Perubahan tingkah laku bersifat potensial.

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan dan pengalaman. 1) Tipe-tipe Belajar

22

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 231.

23

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 90.

24

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 11-12.


(20)

Dalam buku The Condition of Learning Gagne mengemukakan 8 tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu:

a) Belajar tanda-tanda atau signal learning, yaitu sesuatu menjadi tanda bagi hal yang lain, yang biasanya menimbulkan reaksi tertentu.

b) Belajar perangsang jawaban atau stimulus respons learning. Belajar ini membentuk hubungan antara perangsang dengan reaksi, berdasarkan efek yang mengikuti pemberian reaksi tertentu.

c) Rangkaian perbuatan atau chaining verbal, yaitu belajar membuat seri gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnya terbentuk suatu rangkaian gerakan-gerakan dalam urutan tertentu.

d) Hubungan verbal atau verbal association, yaitu belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu objek berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.

e) Belajar membedakan atau discrimination learning, yaitu kemampuan untuk melihat persamaan dan perbedaaan antara obyek-obyek yang konkrit maupun bersifat abstrak.

f) Belajar konsep atau concept learning. Belajar ini menyangkut pemahaman yang menghasilkan suatu konsep.

g) Belajar aturan-aturan atau rule playing. Belajar ini menghubungkan beberapa konsep sehingga terbentuk suatu pemahaman baru yang memegang peranan penting dalam belajar di rumah, di sekolah maupun di masyarakat.

h) Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat dipergunakan dalam pemecahan suatu masalah.25

2) Jenis-jenis Belajar

25

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 160-161.


(21)

Slameto menyatakan bahwa jenis-jenis belajar antara lain adalah sebagai berikut:

a) Belajar bagian. Umumnya dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif.

b) Belajar dengan wawasan. Rencana penyelesaian suatu persoalan pola tingkah laku yang telah terbentuk.

c) Belajar diskriminatif. Suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau rangsangan dan menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

d) Belajar keseluruhan. Siswa berulang mempelajari bahan pelajaran secara keseluruhan sampai menguasainya.

e) Belajar insidental. Tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan, individu tidak ada kehendak untuk belajar.

f) Belajar instrumental. Salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan lingkah laku. Individu diberi hadiah bila bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki, dan dihukum bila bertingkah laku tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Sehingga akan membentuk tingkah laku tertentu.

g) Belajar intensional. Belajar dalam arah dan tujuan, lawan dari belajar insidental. h) Belajar laten. Perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera. i) Belajar mental. Belajar dengan melakukan observasi dari tingkah laku orang lain,

membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.

j) Belajar produktif. Belajar dengan transfer maksimum, mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain.

k) Belajar verbal. Belajar mengenai materi verbal melalui latihan dan ingatan.26 Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat

dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The domains of learning” yaitu:

26


(22)

a) Keterampilan motoris (motor skill), yaitu kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

b) Informasi verbal, yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis, sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. c) Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang atau simbol.

d) Strategi kognitif, yaitu kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya dalam belajar dan berpikir.

e) Sikap, yaitu kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan.27

3) Unsur-unsur Belajar

Cronbach seperti dikutip Sukmadinata mengemukakan adanya 7 unsur utama dalam proses belajar, yaitu:

a) Tujuan. Belajar diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan yang jelas dan berarti bagi siswa untuk memenuhi suatu kebutuhan.

b) Kesiapan. Kesiapan merupakan kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan untuk dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik secara fisik dan psikis.

c) Situasi. Kelancaran dan hasil belajar dipengaruhi oleh situasi belajar yang melibatkan tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang terkait dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar.

d) Interpretasi. Melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

27


(23)

e) Respon. Suatu usaha coba-coba (trial end error) atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun siswa menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

f) Konsekuensi. Keberhasilan atau kegagalan dari hasil atau akibat suatu respon atau usaha belajar siswa.

g) Reaksi terhadap kegagalan. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Reaksi tersebut dapat menurunkan semangat dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya atau membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.28

4) Prinsip-Prinsip Belajar

Sukmadinata menyatakan bahwa ada beberapa pandangan umum yang dipandang sebagai prinsip belajar. Beberapa prinsip umum yaitu:

a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. b) Belajar berlangsung seumur hidup.

c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.

d) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.

e) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. f) Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru.

g) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.

i) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.

j) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.29

28

Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, h. 157-158.

29


(24)

Sedangkan Soekamto dan Winataputra seperti dikutip Baharuddin dan Wahyuni menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:

a) Siswa harus bertindak aktif terhadap apa pun yang dipelajarinya. b) Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c) Siswa akan belajar dengan baik jika mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses pembelajaran.

d) Penguasaan dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

e) Motivasi siswa akan meningkat bila diberi tanggung jawab dan kepercayaan atas belajarnya.30

Perubahan tingkah laku dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya. Akan tetapi tidak semua perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Slameto mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar. Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar mengajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam belajar perubahan positif yang terjadi senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan perubahan yang bersifat aktif yaitu perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

30


(25)

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat bukan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar yang permanen.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai dan benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Sebagai hasil dari proses belajar seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.31

Belajar merupakan suatu usaha berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang tetap, yang ditandai oleh kemampuan pengetahuan dan keterampilan. Skinner berpendapat, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya yang berjudul Education Psychologi, bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku secara progresif.32

Wittig seperti dikutif oleh Syah mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.33 Perubahan tingkah laku yang tetap akibat dari belajar tersebut ditandai oleh kemampuan.

Menurut Wittaker belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah

laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. ”Learning may defined as the procces by which behavior organetes or is altered through training or experience”. Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Belajar efektif adalah belajar melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. Selain itu, Howard L. Kingsley dalam

31

Slameto, Op Cit, h. 3-5.

32

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Rosdakarya,2002), hal. 90

33


(26)

buku Wasty Soemanto mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.34

Slameto mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tigkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan. 35 Sedangkan belajar menurut Margaret merupakan proses seseorang dalam memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap.36

Proses belajar menurut Watson sebagaimana yang dikutip oleh Singgih Dirgagunarsa adalah merupakan hasil latihan yang terus menerus dimana tingkah laku sedikit demi sedikit berubah sebagai akibat proses conditioning.37 Jadi belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau prosedur latihan.38

Menurut Soemanto belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.39

Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai. Sedangkan secara

instusional, belajar dipandang sebagai proses ”validasi” atau pengabsahan terhadap

penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Adapun pengertian belajar secara kualitatif adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman

34

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet ke-5, hal. 104

35

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal 27

36

Margaret, E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), cet. Ke-2, hal 1

37

Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992), cet. Ke-4, hal. 83

38

Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 17

39


(27)

serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.40

Hal senada juga dinyatakan oleh Chaplin dalam Dictionary of Psychology

bahwa belajar memiliki dua rumusan. Rumusan yang pertama berbunyi ”acquistion

of any relatively permanent change in behavior as result of practise an experience

yang artinya bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua adalah ”Process of acquiring responses as result of special practise” yang artinya bahwa belajar adalah

proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.41

Belajar dapat dicirikan dengan beberapa perubahan yaitu pertama satu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tapi tidak menutup kemungkinan perubahan itu mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Kedua, perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Ketiga, yaitu untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Selanjutnya yaitu tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.42

Tirtarahardja dan Sula mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai aktifitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri balajar di bawah bimbingan pengajar.43 Artinya tujuan dari kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

40

Muhibbin Syah, opcit, hal. 91-92

41

Ibid, hal. 90

42

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 85

43


(28)

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang melalui serangkaian proses latihan atau pengalaman sehingga terjadi perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan itu meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku.

b. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.44 Sedangkan menurut Suparman, hasil belajar adalah penilaian keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku yang berada di dalam dirinya dan tergantung pada tingkah laku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna.45

Ausebel berpendapat sebagaimana dikutip oleh Dahar bahwa hasil belajar bermakna suatu proses yang mengaitkan informasi baru dengan konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.46 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan diukur.47

Gagne dalam Sudjana membagi lima kategori hasil belajar, yakni: a) Informasi verbal

b) Keterampilan intelektual c) Strategi kognitif

d) Sikap

e) Keterampilan motoris48

Sedangkan Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni : a). Keterampilan dan kebiasaan

44

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 22

45

Atwi Suparman, Desain Intruksional, (Jakarta: Pendidikan UT, 1996), hal. 126

46

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), hal. 111

47

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evalusi Pendidikan,(Jakarta: Bina aksara, 1993), hal. 133

48


(29)

b). Pengetahuan dan pengertian c). Sikap dan cita-cita49

Hasil pengalaman yang didapat dari usaha seseorang dalam belajar dapat menyebabkan perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah proses belajar. Menurut Benyamin Boom, meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif (pemahaman), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotoris (keterampilan).50

1). Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memecahkanmasalah. Ranah ini memiliki enam tingkatan yang bergerak dari yang sederhana sampai kepada yang tinggi dan kompleks, yaitu: a). Pengetahuan (knowledge)

b). Pemahaman (comprehension or understanding) c). Penerapan (aplication)

d). Menghubungkan antara satu dengan yang lain (analysis)

e). Menyatukan hal yang belum menyatu menjadi kesatuan yang utuh (syntesis) f). Penilaian (evaluation)51

2). Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkat kemampuannya ada lima, yaitu:

a). Penerimaan (receiving) b). Tanggapan (responding) c). Penilaian (valuing)

d). Memadukan (organization)

e). Karakteristik dengan satu nilai (characterization by a value complex)52 3). Ranah Psikomotorik

49

Ibid

50

Ibid

51

Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1982), hal.51

52


(30)

Ranah psikomotorik mencakup tujuan berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah ini memiliki tingkatan sebagai berikut: a). Persepsi (perception)

b). Kesiapan (set)

c). Mekanisme (mechanisme)

d). Respon terpimpin (guided response)

e). Respon nyata yang kompleks (complex over response) f). Penyesuaian (adaptation)

g). Penciptaan (orgination)53

Demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar yang baik harus meliputi beberapa aspek penting tidak hanya kognitif saja. Akan tetapi dilengkapi dengan aspek afektif dan psikomotorik.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dirumuskan kedalam tiga kelompok, yaitu : a). Faktor internal siswa yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis

(intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa),

b). Faktor eksternal siswa yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial, c). Faktor-faktor pendekatan belajar.54

Roesyiatiashy dalam Ilyas menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah pribadi siswa, pribadi guru, struktur jaringan, sekolah sesuai instuisi dan faktor-faktor situasional.55

Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa tidak hanya bergantung kepada individu siswa tersebut, tetapi juga bergantung pada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi.

53

Ibid, hal. 54

54

Muhibbin syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004), hal. 69

55

Ilyas, Peranan Motivasi Mengajar Guru dalam meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, (Medan: juki dan Sons, Dinamika, vol. 11 No. 2, 2004), hal. 173


(31)

3. Pembelajaran Biologi a. Hakikat Biologi

Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk makhluk hidup. Biologi dikenal juga dengan ilmu hayat, dan merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selain fisika dan kimia.

Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara yakni bertanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.56

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis. Sehingga biologi bukan hanya diharapkan pada penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan jati diri.

Pengajaran biologi sebenarnya identik dengan pengajaran IPA. Menurut Herlen, pengajaran IPA dapat diarahkanuntuk mengembangkan sikap ilmiah (scientific attitude) seperti: sikap ingin tahu, kebiasaan, mencari bukti sebelummenerima pernyataan (respect or effidence), sikap luwes, dan terbuka dengan gagasan ilmiah (fleksibelity), merenung atau kebiasaan bertanya secara kritis (critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk hidup dan makhluk sekitar (sensitivy ti lifing things and environment).57

Jadi pada hakikatnya pengajaran biologi sama dengan pengajaran sains (IPA) yaitu mengarahkan peserta didik kepada cara berpikir ilmiah dengan mengupayakan agar kondisi belajar dapat berlangsung secara efektif guna menimbulkan kesadaran pada diri masing-masing untuk memelihara dan menjaga keseimbangan, keharmonisan, termasuk sikap saling menyayangi sesama makhluk hidup.

56

Indonesia, Pusat kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kompetensi dasar Mata Pelajaran Biologi SMA dan MA, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002).

57

Arif Shalahudin, Pemberdayaan Mata pelajaran IPA dalam Upaya Menumbuhkembangkan Sikap Positif terhadap Lingkungan. (http//:www.diknas.go.id,2003)


(32)

b. Pendekatan Salingtemas dalam Pembelajaran Biologi pada Konsep Virus

Konsep virus merupakan konsep pembelajaran biologi yang memiliki beberapa tujuan pembelajaran. Adapun tujuannya adalah: 1) peserta didik dapat menjelaskan sejarah penemuan virus; 2) menyebutkan ciri-ciri tubuh virus; 3) menjabarkan replikasi virus; 4) mengontruksi replika virus; 5) mengklasifikasikan virus; 6) menyebutkan peran virus dalam kehidupan; serta 7) dapat memperkirakan peranan virus di berbagai bidang.58 Dengan demikian peserta didik diharapkan dapat memahami konsep virus pada elemen sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai apabila dalam pembelajaran tersebut guru memiliki sikap terbuka terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan biologi. Kemudian guru dan peserta didik dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan teknologi dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Oleh karena itu dalam konsep tersebut dibutuhkan pendekatan yang memiliki saling keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Sehingga siswa dapat menerapkan konsep sains dalam biologi dengan perkembangan lingkungan, teknologi, dan bagaimana teknologi itu berperan di masyarakat.

Pendekatan Salingtemas adalah salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi pada konsep Virus. Pendekatan ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan tujuannya pendekatan ini dapat membantu siswa untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh sains terhadap lingkungan, teknologi, serta masyarakat.

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian pendekatan pembelajaran biologi dengan pendekatan Salingtemas yang dilakukan oleh Lestari di SMA Negeri 12 Jakarta tahun 2006 dihasilkan peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, dan

58


(33)

psikomotorik.59Begitu pula penelitian pembelajaran biologi dengan Salingtemas pada konsep Sumber Daya Alam Hayati yang dilakukan oleh Zahrah di SMA Negeri 7 Tangerang tahun 2006, pembelajaran biologi menggunakan pendekatan Salingtemas memberikan pengaruh positif terhadap sikap siswa pada konsep Sumber Daya Alam Hayati.60Prasetyo dengan penelitiannya yang berjudul Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa kelas II SLTP Negeri I Driyorejo Gresik menyimpulkan bahwa pendekatan Salingtemas menjadikan siswa aktif terlibat dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak didominasi guru; pendekatan Salingtemas memberikan suasana yang menyenangkan, dan ini merupakan salah satu bentuk motivator sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran; dengan aktifnya siswa dan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa terhadap konsep Biologi meningkat sehingga hasil belajar Biologi siswa lebih meningkat.61

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Salingtemas dapat menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa lebih antusias dalam menerima pembelajaran sehingga penguasaan konsep siswa meningkat yang menjadikan hasil belajar siswa meningkat pula.

B. Kerangka Pikir

Saat ini perkembangan zaman yang semakin maju mendorong perkembangan IPTEK. Untuk dapat mengikuti perkembangan zaman tersebut,

59

Ira rahayu Lestari, Pengaruh Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas) terhadap Hasil Belajar Siswa SMA, (Skripsi FMIPA Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan,2006)

60

Juhaeriyah Zahrah, Pengaruh Pendekatan Salingtemas dalam Pembelajaran Biologi terhadap Sikap Siswa SMA pada Sumber Daya Alam Hayati, (Skripsi FMIPA Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan, 2006

61

Anang Prasetyo, Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas II SLTP Negeri I Driyorejo Gresik, (Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:Tidak diterbitkan, 2009)


(34)

indonesia harus mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.

Pendidikan yang berlangsung saat ini, dinilai oleh banyak pihak masih kurang memadai untuk dapat mempersiapkan manusia indonesia yang berkualitas yang mampu bersaing di masa depan. Untuk itu diperlukan suatu kurikulum baru yang lebih baik. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah telah menerapkan kurikulum yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik.

Biologi adalah salah satu cabang sains yang menarik untuk dipelajari. Melalui pembelajarannya, diharapkan dapat memancing rasa keingintahuan dan sikap ilmiah siswa, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Proses pembelajaran yang berlangsung satu arah membuat biologi identik dengan hafalan saja. Siswa tidak mampu menerapkan konsep yang didapatnya pada kehidupan sehari-hari. Apabila terus dibiarkan lama-kelamaan akan terbentuk suatu pola pikir yang salah pada siswa. Untuk itu dibutuhkan metode pembelajaran baru yang dapat menjadikan biologi menjadi salah satu mata pelajaran yang diminati oleh siswa sehingga siswa siap dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan pada mata pelajaran biologi adalah pendekatan Salingtemas. Pendekatan ini menekankan tidak hanya pada pemahaman konsep tetapi juga aplikasinya di kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini memadukan empat unsur yang saling terkait yaitu sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan hasil belajar akan berubah menjadi lebih baik, sehingga siswa mampu menyikapi masalah-masalah yang ada di lingkungan maupun di masyarakat dari sudut pandang biologi secara lebih baik lagi.

Jadi, dengan pendekatan Salingtemas siswa akan mampu menerapkan konsep yang didapat dalam pembelajaran terhadap kehidupan sehari-hari.


(35)

Berdasarkan pada kerangka teori dan kerangka pikir, maka hipotesis

penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Terdapat pengaruh pembelajaran biologi


(36)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA An-Najah, yaitu pada siswa kelas X semester Ganjil. Adapun waktu penelitian ini diadakan pada bulan Maret 2011.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen adalah eksperimen yang bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni. Eksperimen ini biasa disebut eksperimen semu karena berbagai hal terutama yang berkenaan dengan pengontrolan variabel, kemungkinan sukar sekali dapat digunakan eksperimen murni.1 Kelas sampel ditentukan dengan cara melakukan tes berupa pertanyaan uraian kepada seluruh siswa kelas X. Seluruh kelas yang berjumlah tiga kelas diambil dua kelas sampel yang memiliki rata-rata hasil tes yang hampir sama, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah two group post-test only. Pada kedua kelas hanya diberikan postes nilai hasil belajar untuk mengukur perbedaan hasil belajar siswa, perbedaannya adalah pada kelas eksperimen diberikan perlakuan sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan.2 Sebelumnya telah diketahui bahwa kedua kelas sampel memiliki kemampuan rata-rata hampir sama, karena untuk menentukan kedua kelas tersebut dilakukan tes terlebih dahulu. Maka dalam penelitian ini tidak dilakukan pretes. Desain penelitiannya pada Tabel 3.1

1

Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 207

2


(37)

32

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Sampel Perlakuan Post-test

Kelas eksperimen X O

Kelas control C O

Keterangan :

X = Kelas eksperimen dengan pendekatan salingtemas C = Kelas kontrol dengan metode ceramah-diskusi O = Post-test

E. Populasi dan Sampel

Populasi target pada penelitian ini yaitu seluruh siswa SMA An-Najah Bogor pada semester Genap Tahun Pelajaran 2010 - 2011. Sedangkan populasi terjangkau yaitu Seluruh siswa kelas X SMA An-Najah Bogor pada semester Genap Tahun Pelajaran 2010 - 2011.

Dua kelas sampel diambil dengan teknik purposive sampling.

Berdasarkan teknik yang dilakukan diharapkan kelas sampel adalah dua kelas yang memiliki kemampuan kognitif rata-rata sama. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X1 dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol yaitu kelas X2.

F. Teknik Pengumpulan data

Data diperoleh dari nilai tes dan non tes. Nilai tes pada ranah kognitif diambil melalui tes pilihan ganda sebanyak 31 soal (Tabel 3.2) yang diberikan pada akhir pembelajaran. Sedangkan non tes dilakukan pada ranah afektif dan psikomotorik. Penilaian afektif diambil melalui angket (Tabel 3.3), sedangkan nilai psikomotorik diambil pada saat mengisi LKS (Tabel 3.4). Selain ketiga sumber data utama tersebut, terdapat sumber data pendukung yaitu berupa nilai tes awal penentuan kelas sampel, nilai LKS, dan lembar observasi.

Variabel yang diteliti adalah variabel X yaitu pendekatan Salingtemas serta variabel Y yaitu hasil belajar biologi siswa, selain itu diambil sumber data utama yang diperoleh dari nilai akhir sebagai nilai kognitif, dan sumber data pendukung


(38)

33

berupa nilai tes awal penentuan kelas sampel dan nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) pada kelas eksperimen dan kontrol.

Kisi-kisi instrumen kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kognitif

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Indikator Ranah

Kognitif

C1 C2 C3

Mendeskripsi kan ciri-ciri, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan

1. Ciri,

struktur, dan replikasi Virus 2. Klasifikasi

Virus 3. Peran Virus

dalam kehidupan

Menyebutkan ilmuan yang pertama kali menemukan virus

1

menyebutkan ciri dan sifat virus 2

Menjelaskan definisi virus 3

Menjelaskan ciri virus sebagai makhluk hidup pertama terbentuk

4

Menjelaskan struktur tubuh virus 5

Menjelaskan mengenai penyakit AIDS 6

Menjelaskan ukuran virus 7

Mengkategorikan ciri virus saat digolongkan kedalam makhluk hidup

8

Membandingkan bentuk virus 9

Menjelaskan reproduksi virus 10

Menyebutkan tempat sintesis asam inti virus 11

Menentukan instansi yang berperan langsung ketika wabah flu burung merebak

12

Mencontohkan sasaran infeksi flu burung 13

Mencontohkan bahaya virus 14

Menjelaskan definisi vaksin 15 16

Menjelaskan peran Rhabdovirus 17


(39)

34 Kompetensi

Dasar

Materi Pokok

Indikator Ranah

Kognitif

C1 C2 C3

Mendeskripsi kan ciri-ciri, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan

1. Ciri,

struktur, dan replikasi Virus 2. Klasifikasi

Virus 3. Peran Virus

dalam kehidupan

Mengkategorikan dampak positif wabah penyakit virus

19

Menjelaskan peran virus sebagai senjata biologis 20

Mengkategorikan dampak wabah flu burung 21

Mencontohkan dampak munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus

22

Menjelaskan penyebab virus influenza sukar dibasmi

23

Menyebutkan cara penularan virus hepatitis B 24

Menyebutkan penderita penyakit New Castle Disease

25

Menyebutkan virus penyebab penyakit kerdil pada tanaman padi

26

Menjelaskan pengaruh kemajuan teknologi di bidang kedokteran

27

Menjelaskan pertahanan tubuh saat terinfeksi virus

28

Menjelaskan penyebab penurunan kekebalan tubuh pada penderita AIDS

29

Mengkategorikan ciri penyakit flu burung 30

Menyimpulkan penularan penyakit flu burung 31

Jumlah 9 21 1


(40)

35

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Angket

Kisi-kisi untuk instrumen psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 3.4.

No. Dimensi Indikator

No. Item (+) (-)

1. Motivasi belajar

1. Anda menyukai pembelajaran dengan pendekatan yang diberikan guru

2. Pendekatan pembelajaran ini sesuai dengan materi tentang Virus

3. Pendekatan pembelajaran ini membuat anda semangat mempelajari Biologi

4. Anda merasa jenuh dengan pendekatan pembelajaran ini

1,2,3 4

2. Keaktifan belajar

5. Anda merasa kesulitan belajar dengan pendekatan pembelajaran ini

6. Dengan pendekatan ini anda dapat mengikuti pembelajaran dengan baik

7. Anda aktif dalam mengikuti tahapan pendekatan pembelajaran ini

8. Anda merasa kesulitan dalam menghubungkan materi dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat

6,7 5,8

3. Pemahaman 9. Anda memahami materi dengan baik setelah menggunakan pendekatan pembelajaran ini 10. Masih ada materi yang belum dipahami

setelah belajar dengan pendekatan pembelajaran ini


(41)

36

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Psikomotorik Aspek yang

diamati

Penilaian

Kecepatan merangkai

kecepatan merangkai gambar

Ketepatan merangkai

kecocokan penempatan gambar dengan keterangan gambar

Kerapian merangkai

kerapian dalam menempelkan gambar pada kolom yang disediakan

G. Instrumen Penelitian

1. Tes

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes pilihan ganda sebanyak 31 soal sebagai instrument kognitif. Instrumen ini mengukur aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan berupa angket sebagai instrumen afektif dan lembar observasi sebagai instrumen psikomotorik. Lembar angket afektif mengukur aspek afektif yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi siswa terhadap hal-hal yang relatif sederhana berdasarkan fakta. Sedangkan lembar observasi psikomotorik mengukur aspek keterampilan siswa.3

H. Kalibrasi Instrumen

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Validitas yang dipakai adalah validitas isi yaitu untuk mengetahui kesesuaian antara soal dengan tujuan pembelajaran. Untuk

3

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2008), hal. 117-122


(42)

37

mengetahui setiap item soal memiliki validitas yang baik maka dalam penelitian ini setiap item soal dihitung validitasnya dengan menggunakan point biserial.

Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa soal yang valid sebanyak 31 soal, sedangkan soal yang tidak valid sebanyak sembilan soal. Dengan demikian soal yang diambil sebagai penilaian hasil belajar kognitif sebanyak 31 soal. Nomor soal yang valid yaitu 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 40.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas didefinisikan sebagai konsistensi suatu tes. Reliabilitas instrumen hasil belajar biologi pada penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus berikut :4

               

2

2 11 1 s pq s k k r Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah k = banyaknya item soal

S = standar deviasi

Berdasarkan perhitungan dihasilkan reliabilitas 0,76. Maka, dapat diketahui bahwa instrumen dapat dikatakan tinggi dikarenakan berada dalam rentang 0,600 – 0,799.

3. Pengujian Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus yang dipergunakan adalah untuk perhitungan tingkat kesukaran soal obyektif, yaitu

4

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 108


(43)

38 sebagai berikut :5

tes mengikuti yang

siswa Jumlah

soal butir benar menjawab yang

siswa Jumah TK

Kesukaran

Tingkat ( )

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai berikut :

0,00 - 0,30 soal tergolong sukar 0,31 - 0,70 soal tergolong sedang 0,71 - 1,00 soal tergolong mudah

Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar.

Penghitungan tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dari tiap butir soal yang digunakan sehingga dapat diketahui apakah soal itu mudah, sedang atau sukar. Sedangkan kegunaannya adalah sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka. Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk mempredikst alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut :

a. Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.

b. Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.

Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut:

a. Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.

b. Butir soal itu mempunyai dua atau lebih jawaban yang benar.

5


(44)

39

c. Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai. d. Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal

yang diberikan, misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda.

e. Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang. 1. Pengujian Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (upper class) dengan siswa yang kurang pandai (lower class). Manfaat daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.

b. Mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini:

1) Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.

2) Butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar 3) Kompetensi yang diukur tidak jelas

4) Pengecoh tidak berfungsi

5) Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak 6) Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada

yang salah informasi dalam butir soalnya.

Indeks daya pembeda setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi dan semakin baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (siswa yang tidak memahami materi) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (siswa yang memahami


(45)

40

materi yang diajarkan guru). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini :6

N BB BA DP 2 1   Keterangan :

DP = daya pembeda soal,

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas, BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah, N=jumlah siswa yang mengerjakan tes.

I. Hipotesis Statistik

H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan :

H0 :Tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar dengan pendekatan

salingtemas dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah-diskusi.

H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar dengan pendekatan

salingtemas dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah-diskusi. µ1 : Nilai rata-rata kelas yang diajar dengan pendekatan salingtemas

µ2 : Nai rata-rata kelas yang diajar dengan metode ceramah-diskusi

H0 : Hipotesis nol

H1 : Hipotesis tandingan (alternatif)

J. Teknik Analisis Data

Data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas

Uji persyaratan analisis dilakukan dengan uji normalitas melalui uji kecocokan (X2) Chi-Kuadrat dengan rumus:7

   k i fe fe fo X 1 2 2 Keterangan: 2

X = Nilai Chi-Kuadrat

Fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris) Fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Jika Xhit > Xtab, maka populasi berdistribusi normal

6

Ibid, hal 12

7


(46)

41

Jika Xhit < Xtab, maka populasi tidak berdistribusi normal 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui seragam tidaknya varian sampel yang diambil dari populasi. Pengujian dilakukan dengan uji Fisher, rumusnya yaitu:8

il iansterkec ar iansterbes Fhitung var var 

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah memang secara signifikan dua variabel yang sedang diperbandingkan/dicari perbedaannya itu memang berbeda, ataukah perbedaan itu terjadi semata-mata karena kebetulan saja. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus:9

2 1 2 1 1 1 n n Sg X X thit    Keterangan: 1

X = rata-rata kelas eksperimen

2

X = rata-rata kelas kontrol

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1       n n S n S n Sg Keterangan: 1

n = jumlah sample kelas eksperimen

2

n = jumlah sample kelas kontrol

2 1

S = standar deviasi kelas eksperimen

2 2

S = standar deviasi kelas kontrol

8

Ibid, hal.20

9


(47)

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai gambaran tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian pada dua kelompok yang berbeda yaitu, kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan Salingtemas dan kelompok kontrol dengan menggunakan metode ceramah-diskusi. Hasil perhitungan dalam penelitian ini disertai pembahasan, terutama yang berkaitan dengan pengujian hipotesis.

Penelitian dilakukan pada dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control. Peneliti melakukan perlakuan pengajaran yang berbeda terhadap kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen pada pembelajaran diterapkan pendekatan Salingtemas, sedangkan pada kelas kontrol dengan metode ceramah-diskusi. Kemudian diberikan tes yang sama kepada kedua kelas berupa soal pilihan ganda sebanyak 31 soal sebagai tes akhir belajar aspek kognitif.1 Instrumen tes yang digunakan sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya serta butir-butir soal tersebut telah diuji tingkat kesukaran dan daya pembedanya sehingga instrumen ini telah layak pakai. Selain itu, dalam pembelajaran dilakukan pula penilaian angket sebagai hasil belajar afektif dan observasi sebagai hasil belajar psikomotorik. Selain tes akhir kognitif, pada saat pembelajaran diambil pula nilai LKS selama dua kali pertemuan.2 Pertemuan pertama LKS menyusun gambar dan LKS kedua yaitu LKS artikel.

A. Hasil Penelitian 1. Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA An-Najah Bogor, dapat dipisahkan dua kategori kelompok nilai; yakni hasil belajar biologi dari kelompok siswa yang diberikan pendekatan Salingtemas dan hasil belajar biologi siswa dari kelompok yang diberikan metode ceramah-diskusi.

1

Lampiran 14, hal. 105

2


(48)

43

Data hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas control dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai

48 42

48 42

52 45

55 45

55 45

55 45

55 45

55 52

58 52

58 52

58 52

58 52

61 52

61 52

61 52

65 52

65 55

68 55

68 55

68 55

68 58

68 58

71 58


(49)

44

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai

74 65

74 65

74 65

77 65

83 71

83 77

Rata-rata = 63,9 Rata-rata = 53,7

a) Hasil Belajar Kognitif Kelompok Kelas Eksperimen

Berdasarkan perhitungan data penelitian mengenai hasil belajar Biologi siswa kelas X SMA An-Najah Bogor yang diberikan pendekatan Salingtemas pada konsep Virus; diperoleh nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 48. Nilai rata-rata (mean) sebesar 63,5, median 63, serta modus sebesar 55 dan 68.3

b) Hasil Belajar Biologi kelompok Kontrol

Berdasarkan perhitungan data penelitian mengenai hasil belajar Biologi siswa kelas X SMA An-Najah-Bogor yang diberikan metode Ceramah-Diskusi dengan konsep Virus; diperoleh nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 42. Nilai rata-rata (mean) sebesar 53,7, median 52, serta modus sebesar 45 dan 52.4

c) Perbandingan Hasil Belajar Biologi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan perolehan data hasil belajar kognitif baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat diketahui bahwa nilai antara kedua kelompok adalah berbeda. Siswa pada kelas kontrol paling banyak menempati kelas interval 47,5-53,5 yaitu sembilan orang siswa sedangkan yang paling sedikit pada interval 65.5-71.5 dan 65.5-71.5-77.5 yaitu masing-masing hanya satu orang siswa. Pada kelas eksperimen, siswa paling banyak mendapat nilai pada interval 53.5-59.5 yaitu

3

Lampiran 3, hal. 77

4


(50)

45

sembilan orang siswa sedangkan yang paling sedikit pada interval 77.5-83.5 yaitu dua orang siswa. Meskipun demikian dapat terlihat bahwa perolehan frekuensi pada tiap kelas interval tinggi lebih banyak ditempati oleh siswa pada kelas eksperimen dibanding siswa pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen siswa cenderung mendapat nilai yang lebih baik dari pada kelas kontrol. Selain itu nilai rata-rata hasil belajar kognitif yang diperoleh pada kelas eksperimen yaitu sebesar 63,5 lebih besar dari kelas kontrol yaitu sebesar 53,7 yang berarti bahwa pendekatan Salingtemas dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun perbandingan rata-rata hasil belajar biologi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel. 4.2

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Rata-rata Kesimpulan

Eksperimen 63,9 Rata – rata kelas eksperimen

> rata-rata kelas kontrol

Kontrol 53,7

2. Hasil Belajar Afektif

Pengumpulan data hasil belajar afektif menggunakan instrumen angket. Namun sebelumnya pada instrumen tersebut tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas empiris terlebih dahulu, akan tetapi berdasarkan pengarahan dosen pembimbing. Hasil angket yang telah disebarkan kemudian dikumpulkan datanya dan dihitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi atau persentase. Sedangkan penilaian dilakukan berdasarkan tiga dimensi dalam angket yaitu motivasi belajar, keaktifan, dan pemahaman. Hal ini dilakukan agar data yang telah diperoleh dapat dengan mudah dipahami serta dapat memberikan penjelasan. Persentasi afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(1)

LAMPIRAN 16. Daftar Nilai Tes Awal Penentuan Kelas Sampel

No Kelas

X1 X2 X3

1 85 80 70

2 75 70 75

3 65 60 70

4 85 85 70

5 65 65 75

6 65 75 65

7 85 80 80

8 60 60 65

9 80 85 70

10 75 50 65

11 40 85 65

12 70 75 80

13 50 60 60

14 80 75 80

15 60 70 75

16 75 75 50

17 75 75 85

18 75 70 65

19 70 70 85

20 60 70 85

21 70 70 55

22 60 65 45

23 70 60 60

24 70 60 75

25 55 55 75

26 55 50 60

27 70 45 75

28 60 70 70

29 80 80 70

30 70 55 65

31 75

32 75


(2)

112

LAMPIRAN 17. Nilai LKS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Nilai LKS Artikel

No Kelas

Eksperimen Kontrol

1 80 85

2 85 75

3 75 85

4 80 75

5 85 75

6 80 85

7 80 85

8 75 75

9 85 85

10 80 80

11 85 75

12 80 80

13 85 75

14 85 85

15 80 75

16 80 80

17 80 75

18 85 75

19 80 80

20 80 80

21 75 80

22 80 80

23 75 75

24 85 80

25 85 75

26 75 80

27 85 75

28 75 80

29 85 80

30 85 80


(3)

Nilai LKS Merangkai Gambar

No Kelas

Eksperimen Kontrol

1 85 80

2 85 80

3 80 80

4 80 80

5 85 80

6 85 80

7 80 80

8 85 85

9 80 80

10 85 80

11 85 85

12 85 80

13 85 80

14 80 85

15 80 80

16 85 80

17 80 85

18 85 80

19 80 80

20 85 85

21 80 80

22 80 80

23 80 80

24 80 80

25 80 80

26 80 80

27 80 80

28 80 80

29 80 80

30 80 80


(4)

(5)

78 No

Item

SS S KS TS STS Jumlah Kriteria

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

1 20 10 0 0 0 30 68,33% 25% 6,67% 0% 0%

2 25 5 0 0 0 30

3 17 11 2 0 0 30

4 0 0 6 4 20 30

5 0 0 3 5 22 30 62,5% 27,5% 10% 0% 0%

6 24 6 0 0 0 30

7 18 12 0 0 0 30

8 0 4 8 8 10 30

9 22 8 0 0 0 30 56,6% 26,67% 16,67% 0% 0%


(6)

79 LAMPIRAN 5. PENGOLAHAN ANGKET AFEKTIF KELAS KONTROL

No Item

SS S KS TS STS Jumlah Kriteria

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

1 3 24 3 0 0 30 35,83% 55% 9,17% 0% 0%

2 3 23 4 0 0 30

3 19 9 2 0 0 30

4 0 0 2 10 8 30

5 0 0 4 6 20 30 61,67% 29,17% 9,17% 0% 0%

6 25 5 0 0 0 30

7 18 12 0 0 0 30

8 0 0 8 10 12 30

9 12 8 0 0 0 30 40% 50% 10% 0% 0%


Dokumen yang terkait

Pengaruh pendekatan sains lingkungan teknilogi masyarakat (salingtemas) terhadap hasill belajar fisika siswa

1 3 199

Pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan

9 160 169

Pengaruh pendekatan kontruktivisme dengan teknik mind mapping terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus : ( kasus eksperimen di MAN 2 kota Bogor )

0 11 81

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa : quasi eksperimen di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan

0 4 182

Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur

0 7 138

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq Pada Konsep Ekosistem : penelitian tindakan kelas di SMA Daya Utama

2 27 113

Pengaruh model pembelajaran creative problem solving terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus (kuasi eksperimen di SMAN 9 Bekasi)

6 30 254

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

Penerapan pendekatan salingtemas (sains-lingkungan-teknologi-masyarakat) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi ekosistem kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul.

0 0 171

Penerapan pendekatan salingtemas (sains-lingkungan-teknologi-masyarakat) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi ekosistem kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul.

1 1 171