Peran Panglima Laôt Memelihara dan Mengawasi Ketentuan-ketentuan Hukum Adat dan Istiadat.

motor dan 10 orang yang menggunakan motor tempel. Dana yang disalurkan kepada nelayan tradisional bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan melakukan kegiatan tersebut, kelembagaan Panglima Laôt dapat mengawasi atau mengkoordinir setiap usaha penangkapan ikan nelayan Gampong Telaga Tujuh. Panglima Laôt dengan mudah dapat menginformasikan kepada nelayan bila ada hal yang penting, dan begitu juga dengan nelayan dapat menginformasikan kejadian-kejadian yang terjadi di wilayah penangkapan ikan. Kegiatan peran yang dilakukan oleh kelembagaan Panglima Laôt di Gampong Telaga Tujuh dalam mengayom masyarakat sangat di dukung oleh seluruh warga masyarakat Gampong Telaga Tujuh. Kelembagaan Panglima Laôt dapat berperan kembali setelah dilakukan penandatangan perjanjian nota kesepahaman “Memorandum of Understanding Between The Government of The Republic of Indonesia and The Free Aceh Movement”, Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. Dalam suasana damai operasional personil Panglima Laôt di tengah-tengan masyarakat nelayan tidak merasa terancam.

1. Peran Panglima Laôt Memelihara dan Mengawasi Ketentuan-ketentuan Hukum Adat dan Istiadat.

Hukum adat laôt yang dibahas dalam kajian ini merupakan bahagian dari hukum adat Aceh. Sebagai bahagian dari Hukum Adat Aceh, maka hukum adat laôt tidak terlepas pengaruhnya dari ajaran Islam, hal ini ditandai dengan pantangan menangkap ikan pada hari Jumat sebagai menghormati Shalat Jumat, dan upacara kanduri laôt, peresmian perahuboat, dan sebagainya yang senantiasa dilakukan dengan membaca doa menurut Agama Islam. Keadaan ini tercermin dalam ungkapan hukom ngon adat lagee zat ngon sifeut ” , 8 yang artinya hukum Islam dengan hukum adat seperti zat dengan sifat. Untuk berjalannya peraturan-peraturan dalam hukum adat laôt dibutuhkan seseorang yang mengawasi ketentuan-ketentuan adat. Kesediaan masyarakat memberikan legitimasi dan pengakuan terhadap kepemimpinan Panglimat Laôt, bukan disebabkan unsur paksaan, tetapi lebih bersifat sukarela dan hasrat bahkan dapat dikatakan sesuatu yang wajar. Panglimat Laôt menjadi pemimpin atas pilihan dari masyarakat nelayan di Gampong Telaga Tujuh. Dalam menjalankan peran Panglimat Laôt sebagai memelihara dan mengawasi hukum adat laôt di Gampong Telaga Tujuh tidak menjadi suatu pekerjaan yang berat, karena hukum adat dan istiadat merupakan hukum yang harus ditaati the living law oleh masyarakat khususnya di lingkungan bidang penangkapan di laut. Sebagai hukum yang hidup dan berorientasi pada keadaan yang nyata pada masyarakat nelayan maka keberadaan Hukum adat laôt sangat diperlukan oleh para nelayan dalam melakukan aktifitasnya menangkap ikan dilaut, dan masalah lain yang berhubungan dengan kepentingan-kepentingan para nelayan itu sendiri maupun masalah sosial lainnya. Para nelayan Gampong Telaga Tujuh pada umumnya mentaati ketentuan-ketentuan adathukum adat sebagai suatu kewajiban. Demikian pula halnya dalam menjalankan peran Panglimat Laôt untuk mengambil keputusan jarang dijumpai para pihak yang dijatuhi sanksi adat menolak untuk menjalankan putusan tersebut. Kondisi seperti ini disebabkan masyarakat Aceh pada umumnya menghormati dan mentaati hukum adat. Menghormati hukum adat berarti: 1. Demi kepentingan diri sendiri 2. Sudah terbiasa dari kecil. 3. Pergaulan hidup dalam masyarakat yang senang tiasa diingatkan pada adat. 4. Dalam kehidupan keluarga nelayan yang terbiasa diajarkan oleh orang tua mereka. Dalam pergaulan hidup sehari-hari, orang tidak merasa tersinggung kalau disebut bodoh, tolol, tetapi seseorang akan sangat tersinggung kalau dikatakan tidak tahu adat, karena sejak kecil orang sudah diajar adat dan proses ini disebut process of socialization. proses ini berjalan seumur hidup, sejak dari dalam kandungan seseorang sudah diperkenalkan budaya orang tuanya melalui upacara tertentu seperti acara tujuh bulanan dengan pengantar makananbuah-buahan, dan sampai pada saat seseorang sudah lahir dilakukan juga upacara adat seperti cukur rambut, pijak tanah dan sebagainya. 8 Muhammad Husen, Adat Aceh, Dinas P dan K Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh 1970.

2. Peran Panglima Laôt Mengkoordinir Setiap Usaha Penangkapan Ikan di Laut