Peran Panglima Laôt mengkoordinir Setiap Usaha Penangkapan Ikan di laut . Kondisi kepengurusan Panglima Laôt

Identifikasi Masalah dan Penyebab Bedasarkan hasil wawancara, diskusi kelompok, dan FGD dalam rangka penyusunan rencana aksi, berikut ini dapat dikemukakan masalah, penyebab dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat nelayan di Gampong Telaga Tujuh:

1. Peran Panglima Laôt mengkoordinir Setiap Usaha Penangkapan Ikan di laut .

Dalam mengkordinir setiap usaha penangkapan ikan oleh nelayan, Panglima Laôt tidak dapat turun langsung ke daerah penangkapan ikan dilaut karena kelembagaan Panglima Laôt tidak mempunyai armada kapal untuk operasional di laut. Untuk menjalan peran ini Panglima Laôt sangat ketergantungan kepada Pawang Laôt dalam mengkoordinir setiap usaha penangkapan di laut. Peran yang dilakukan oleh Panglima Laôt sangat bermanfaat bagi nelayan di Nanggroe Aceh Darussalam, karena peran Panglima Laôt yang utama dalam mengkoordinir setiap usaha penangkapan ikan di laut pada masa sekarang adalah usaha pemberantasan kapal ikan yang menggunakan alat tangkap trawl. Sesuai dengan Keppres 39 Tahun 1980 tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Pukat Harimau trawl, dan Undang-undang No. 31 Tahun 2004. Alat tangkap trawl berdasarkan Kepres dan Undang-undang tersebut, harus dimusnahkan. Alat tangkap trawl sangat efektif dalam usaha penangkapan ikan dilaut, karena mampu menangkap segala jenis ikan, sisi gelapnya adalah kerusakan dan pemusnahan sumberdaya hayati perikanan dalam bentuk overfisihing, dan kerusakan biota laut. Ironisnya, teknologi tersebut justeru menimbulkan kemiskinan nelayan tardisional.

2. Kondisi kepengurusan Panglima Laôt

Kondisi kepengurusan lembaga Panglima Laôt wilayah Gampong Telaga Tujuh berjalan sangat harmonis, antara personil pengurus kelembagaan Panglima Laôt saling menghormati. Dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan kelembagaan Panglima Laôt diserahkan kepada Sekretaris, sedangkan Ketua Panglima Laôt banyak bertugas hubungan luar seperti, hubungan dengan Pemerintah Kota Langsa, syahbandar, aparat keamanan Airut, Kamla, dan lain- lain. Di samping itu, setelah pasca perdamaian antara RI dan GAM, proses pergantian seseorang, baik Panglima Laôt atau Sekretaris Panglima Laôt sering terjadi. Beberapa calon Panglima Laôt atau Sekretaris Panglima Laôt, bahkan ada yang dipaksakan meskipun tidak sesuai dengan syarat adat yang telah ditentukan. Kalau diteliti lebih jauh, penyebabnya adalah karena ada harapan bahwa lembaga Panglima Laôt akan mendapat dana sangat besar pascatsunami, padahal dalam kenyataan tidak ada. Yang ada adalah kegiatan peran Panglima Laôt mulai tidak ada ancaman lagi. Banyak orang yang berkeinginan menjadi orang-orang yang mengurus Kelembagaan Panglima Laôt, baik dari dalam maupun dari luar masyarakat nelayan Gampong Telaga Tujuh. Kalau dilihat kebelakang, Panglima Laôt ditinggalkan sendiri pada masa- masa sulit. Di banyak daerah Panglima Laôt harus sigap bila ada masalah yang menimpa anggota masyarakat pesisir. Pada masa konflik, Panglima Laôt di Gampong Telaga Tujuh malah harus pandai-pandai menjaga diri dalam hubungan dengan pihak-pihak yang berkonflik. Sebelum Tahun 2000 pemilihan Panglima Laôt tidak mempunyai pedoman khusus dalam pemilihan personil lembaga Panglima Laôt di Gampong Telaga Tujuh. Dengan adanya PertemuanMusyawarah Panglima Laôt Se- Provinsi Daerah Istimewa Aceh Tanggal 6 – 7 Juni 2000 di Banda Aceh, hasil dari pertemuan ini menjadi pedoman dalam pemilihan Panglima Laôt, dan personil Panglima Laôt. Setelah terpilih kepengurusan kelembagaan Panglima Laôt, selanjutnya di sahkan dengan Surat Keputusan oleh Walikota Langsa nomor 168 Tahun 2004, tentang penetapan Panglima Laôt ketua dan sekretaris atas rekomendasi Dinas Kelautan dan Perikanan. Adapun struktur Panglima Laôt yang dibentuk di Gampong Telaga Tujuh dapat di lihat pada Gambar 8: Gambar 8. Struktur Kepengurusan Kelembagaan Panglima Laôt.

2. Rendahnya SDM