Running Model TAPM Alat dan Bahan .1 Alat

16 t A E Emisi Laju 8 × = Proses pengelompokkan menghasilkan area kebakaran hutan yang berbentuk kotak yang sesuai sebagai input TAPM. 3. Mengkonversi nilai koordinat yang telah diketahui menggunakan UTM Converter untuk mendapatkan nilai posisinya dalam nilai posisi East dan North dengan satuannya meter m. Nilai East dan North tersebut akan digunakan sebagai input lokasi area kebakaran hutan di TAPM. b. Perhitungan Laju Emisi Kebakaran Hutan 1. Laju emisi adalah banyak jumlah polutan yang dikeluarkan oleh suatu sumber pencemar dalam satuan waktu tertentu, biasanya dihitung dalam satuan gram per detik. 2. Data emisi kebakaran hutan yang terdiri dari data emisi CO, NO x , dan PM 2,5 merupakan data emisi kebakaran hutan dengan interval 8 hari dari GFEDv2 sehingga harus dilakukan konversi untuk mendapatkan data emisi setiap detik yang dibutuhkan untuk pengoperasian TAPM. 3.1 Dimana : E 8 = Emisi kebakaran hutan per luasan 1° lintang dan 1° bujur gr km -2 A = Area kebakaran hutan m -2 T = 8 hari = 8 x 24 x 60 x 60 detik 3. Laju emisi kebakaran hutan yang digunakan dalam penelitien ini adalah laju emisi kebakaran hutan untuk unsur CO, NO x , dan partikulat PM 2,5 .

3.3.2 Running Model TAPM

1. Menentukan waktu simulasi model. Waktu simulasi model ditentukan berdasarkan musim yang dialami wilayah Kalimantan, yaitu: 1. Musim Transisi 1 Hujan - Kemarau yang diwakili tanggal 10 - 16 Mei 2006 2. Musim Kemarau yang diwakili tanggal 14 - 20 Juli 2006 3. Musim Transisi 2 Kemarau - Hujan yang diwakili tanggal 18 - 24 September 2006 4. Musim Hujan yang diwakili tanggal 6 - 12 Desember 2006. 2. Menentukan nesting grid dan penentuan wilayah atau domain luas kajian simulasi. Semakin banyak domain yang digunakan akan menghasilkan output yang lebih detail dan akurat, oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan dua domain. Titik pusat domain ditentukan pada titik koordinat 1°38’30 LU dan 113°44’30 BT yang berada di wilayah Kabupaten Palangka Raya. Langkah berikutnya setelah penentuan titik pusat adalah menentukan jumlah grid, dalam penelitian ini jumlah grid yang digunakan 75 × 75 atau sebanyak 5625 grid, dengan satu grid seluas 20 km untuk domain pertama dan 14,5 km untuk domain kedua. Wilayah kajian dalam simulasi untuk domain pertama seluas 1.500 × 1.500 km adalah wilayah maksimal untuk TAPM karena tidak diperhitungkannya faktor kelengkungan bumi. Luasan wilayah kedua domain tersebut dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11, berikut: Gambar 6. Domain 1 1.500 × 1.500 km Gambar 7. Domain 2 1.087,5×1.087,5 km 3. Input data utama untuk komponen meteorologi merupakan data analisa sinoptik dengan interval waktu 6 jam setiap 75 sd 100 km persegi yang 17 χ χ σ σ χ χ χ χ χ χ R S w z x C K y x C K x dt d C C + + ∂ ∂ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ = χ w temasuk dalam suatu kumpulan database harian dengan file berekstensi .sas. 4. Menentukan ukuran luas domain yang merupakan data input dengan ukuran 1.087,5 × 1.087,5 km. Setting nilai lainnya digunakan setting default, yang disesuaikan dengan Standard Operating Procedure SOP yang biasa digunakan PUSLITBANG-BMG. 5. Memasukkan data input laju emisi polutan berupa data jenis dan sumber polutan, nilai laju emisi, dan lokasi kebakaran hutan. Pemilihan jenis polutan yang digunakan yaitu menggunakan dust mode dengan 4 pilihan gas tracer utama yaitu TR1, TR2, dan TR3. TR1 untuk laju emisi partikulat PM 2,5 , TR2 untuk laju emisi NO x , dan TR3 digunakan untuk laju emisi CO. Sumber polutan yang digunakan adalah untuk Area Source File, karena data input untuk kebakaran hutan merupakan data area. Sumber polutan untuk area membutuhkan data dua titik kebakaran hutan yang kemudian akan disambungkan oleh TAPM untuk membentuka suatu sumber polutan, selain itu dibutuhkan pula nilai ketinggian sumber emisi polutan, dalam penelitian ini ketinggian sumber emisi polutan diasumsikan 5 meter, karena hutan hujan tropis Kalimantan didominasi oleh tumbuhan family Dipterocarp yang rata-rata ketinggiannya sekitar 5 meter. Nilai laju emisi polutan yang digunakan berdasarkan data GFEDv2 dengan interval 8 hari yang telah dikonversi untuk mendapatkan laju emisi per detik, karena proses simulasi model hanya 7 hari maka diasumsikan nilai laju emisinya konstan untuk satu waktu simulasi dan satu daerah tertentu. 6. Proses running TAPM 7. Analisa terhadap hasil simulasi TAPM. Hasil simulasi TAPM berbentuk tabel untuk output unsur-unsur meteorologi dan konsentrasi polutan serta berbentuk visualisasi gambar untuk melihat trayektori. 8. Menghitung nilai rataan angin didapatkan dari komponen horizontal u dan v ms dari persamaan momentum dan mengikuti kecepatan vertikal topografi tanah σ ms dari persamaan kontinuitas, dapat dilihat pada persamaan 3.2 hingga 3.3. 9. Proses simulasi TAPM menggunakan The Eulerian Grid Module untuk menentukan konsentrasi polutan, suhu potensial, dan kelembaban udara, serta termasuk adveksi, difusi, dan perhitungan emisi polutan S χ dan reaksi kimiawi R χ Hurley, 2005 3.5 K C χ adalah koefisien difusi untuk pencemar χ dengan konsentrasi C besarnya 2.5 K dengan K adalah koefisien difusi. Adalah konsentrasi fluks vertikal. 10. Simulasi TAPM menggunakan Lagrangian Particle Module LPM untuk dapat menentukan dispersi polutan di daerah sekitar sumber emisi. LPM juga dapat digunakan untuk menghitung s s v H H u u N u F fv x x z u w y u K y x u K x dt du − − + + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ + ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ′ ′ ∂ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ = σ σ π π θ σ σ s s v H H v v N v F fu y y z v w y v K y x v K x dt dv − − + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ + ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ′ ′ ∂ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ = σ σ π π θ σ σ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ∂ ∂ − = ∂ ∂ y v x u y v x u σ σ σ σ σ σ 3.2 3.3 3.4 Dengan : u s , v s , θ s = pengamatan sinoptik angin dan suhu virtual dalam rentang waktu enam jam. f = parameter coriolis π = fungsi tekanan Exner yang ditentukan oleh penjumlahan komponen hidrostatik dan non hidrostatik. N s = koefisien nudging skala besar 1 243600 Fv, Fu = filtering horisontal u dan v , v w u w = fluks vertikal u dan v 18 ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − Δ Δ = Δ 2 2 2 2 exp 2 y y c r z m σ σ π χ perubahan total konsentrasi polutan yang telah bergerak dari sumber emisi Hurley, 2005. 3.6 Dengan Δm adalah massa partikel pencemar, Δz level grid vertikal, σ y standar deviasi lebar puff horizontal, dan r adalah jarak horizontal posisi partikel pencemar terhadap sumber emisi. 11. Data konsentrasi kebakaran hutan hasil output TAPM dikorelasikan secara sederhana dengan komponen meteorologis hasil output TAPM, yaitu suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari total, intensitas hujan, mixing height, dan stabilitas atmosfer menggunakan Microsoft Excel. Adapun bagan alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4 Asumsi