19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Area Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan pada musim transisi antara musim hujan dan musim kemarau di
bulan Mei 2006 terdeteksi ada tujuh area kebakaran hutan yang cukup luas, dua area di
propinsi Kalimantan Barat dan lima area di propinsi Kalimantan Tengah Gambar 8.
Curah hujan yang masih relatif tinggi menyebabkan masih sedikitnya titik-titik api
yang meluas dan membentuk area kebakaran hutan. Curah hujan juga menyebabkan
terjadinya wash out partikel-partikel aerosol dan dilution atau pengenceran gas-gas polutan.
Data lokasi hotspot dan laju emisi 10 – 16 Mei 2006 dapat dilihat pada Lampiran 7.
Gambar 8. Area Kebakaran Hutan Musim
Transisi 1 Mei 2006 Bulan Juli merupakan masa-masa
terkering dan terpanas dalam satu periode satu tahun di pulau Kalimantan sehingga jumlah
area kebakaran hutan semakin banyak, luas area kebakarannya semakin luas, dan emisi
yang dikeluarkan pun semakin pekat. Bulan Juli 2006 terdeteksi 24 areal luas kebakaran
hutan, dengan yang terbanyak di wilayah propinsi Kalimantan Barat sebanyak 13 area,
sedangkan di Kalimantan Tengah terdapat 9 area kebakaran hutan, dan di Kalimantan
Timur dan Kalimantan Selatan masing-masing terdapat satu area kebakaran hutan yaitu di
Kutai dan Kota Baru Gambar 9. Data lokasi hotspot dan laju emisi 14 – 20 Juli 2006 dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 9. Area Kebakaran Hutan Musim
Kemarau Juli 2006 Titik-titik hotspot dan area kebakaran
hutan yang terbentuk pada musim transisi antara musim kering dan musim hujan seperti
di bulan September tidak seluas dan sebanyak bulan Juli. Area kebakaran hutan yang
terdeteksi sebanyak 20 area, dengan didominasi di propinsi Kalimantan Tengah
dengan 14 area kebakaran hutan, kemudian diikuti 3 area kebakaran hutan di Kalimantan
Timur, 2 area di Kalimantan Selatan dan satu area di Kalimantan Barat. Gambar 10.
Kebakaran hutan di Kalimatan Barat menurun jumlahnya karena angin monsoon barat yang
banyak membawa awan hujan dan tingginya kelembaban udara mengakibatkan titik-titik api
sulit menyebar menjadi area kebakaran hutan. Data lokasi hotspot dan laju emisi 18 – 24
September 2006 dapat dilihat pada Lampiran 9.
Gambar 10. Area Kebakaran Hutan Musim
Transisi 2 September 2006 Bulan Desember termasuk dalam
musim hujan dimana curah hujan melimpah dan menjadi penahan terhadap kebakaran.
Hujan juga bekerja sebagai pembersih udara dengan proses pencucian yang mencuci
partikulat seperti PM
2,5
hasil emisi kebakaran
20
Mei 2006
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Landak Sintang
Katingan Tengah
Danau Sembuluh
Antang Kalang
Mentay a Hulu
Parenggean
Lokasi L
aju E
m isi
g s
Emisi PM2,5
Emisi Juli 2006
20 40
60 80
100
Lokasi L
aju E
m is
i g
s
Emisi PM2,5
Emisi September 2006
500 1000
1500 2000
2500
K et
apa ng
Ba rit
o Ba
rit o T
im ur
Ba rit
o U ta
ra Gu
nu ng M
as K
ap uas
1 K
ap uas
2 K
at inga
n 1 K
at inga
n 2 Ko
ta w
ar in
gin Ko
ta w
ar in
gin Ko
ta w
ar in
gin Pu
la ng
Se ru
ya n
Su ka
m ar
a B
al ang
an Ba
rit o Ku
ala Ku
ta i Ba
ra t
Ku ta
i T im
ur Pa
sir
Lokasi L
aju E
m is
i g
s
Emisi PM2,5
Emisi Desember 2006
5 10
15 20
25 30
Nunukan Berau
Muara Wahau Kutai
Kertanegara Katingan 1
Katingan 2
Lokasi L
aju E
m is
i g
s
Emisi PM2,5
Gambar 12. Laju Emisi PM
2,5
hutan dan proses pengenceran gas-gas pencemar udara seperti NO
x
dan CO sehingga kualitas udara di bulan-bulan musim hujan
cenderung lebih baik dibandingkan di musim kemarau dimana proses pencucian dan
pengenceran yang dilakukan oleh hujan tidak terjadi. Kebakaran hutan yang terjadi pada
bulan Desember 2006 hanya terjadi pada 6 area kebakaran hutan yang terjadi di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur Gambar 11. Data lokasi hotspot dan laju
emisi 6 – 12 Desember 2006 dapat dilihat pada Lampiran 10.
Gambar 11. Area Kebakaran Hutan Musim
Basah Desember 2006
4.2 Laju Emisi 4.2.1 Laju Emisi PM