11 masih belum menyentuh dua akar
permasalahan utama yaitu perubahan vegetasi serta pembukaan lahan dengan menggunakan
api, sehingga berakibat kembali terjadinya kebakaran hutan besar pada tahun 1994.
Kebakaran hutan meluas hingga menghancurkan sekitar 4 juta hektar namun
hanya sekitar 8000 hektare lahan hutan alam yang terbakar sedangkan sisanya merupakan
daerah hutan produksi dan perkebunan serta pertanian Goldammer, 1997 dalam KLH,
2001.
Peristiwa kebakaran tahun 1994 memproduksi asap yang dirasakan semakin
menggangu kehidupan dan aktifitas sehari- hari. Banyak bandara di Sumatera dan
Kalimantan yang ditutup karena jarak pandang pendek karena tertutup kabut asap. Asap tebal
yang disebabkan kebakaran hutan di Indonesia menyelimuti wilayah Malaysia dan Singapura
sejak pertengan September 1994. Asap itu juga menyebar ke Brunei Darussalam dan
diperkirakan bergerak menuju Thailand KLH, 2001.
2.5.3 Kebakaran Hutan 1997
Kebakaran hutan dan lahan tahun 1997 meliputi 25 propinsi di Indonesia, hanya
di Jakarta dan Timtim yang tidak melaporkan adanya kebakaran hutan. Propinsi yang
kondisinya paling buruk adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Barat, Sumatera Selatan dan Jambi. Pada akhir September 1997, dapat diidentifikasikan
sebanyak 167 titik api. Pada bulan Oktober 1997 api telah mebakar sedikitya 627.280 ha
lahan. Sebesar 72 persen dari areal yang terbakar berlokasi di kalimantan, termasuk
260.000 lahan gambut di kalimantan Tengah KLH, 2001.
Beberapa hal menjadi catatan penting dari kebakaran hutan yang terjadi pada tahun
1997. Pertama pemerintah mulai menyadari sebagian besar api disebabkan oleh pembukaan
lahan skala besar untuk perkebunan, HTI Hutan Tanaman Industri, dan transmigrasi.
Kedua, dampak asap pada kesehatan mulai dikhawatirkan terutama merebaknya penyakit
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut akibat kabut asap. Ketiga, asap yang meluas ke
negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia juga lebih serius dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Keempat, untuk pertama kalinya kebakaran hutan dan lahan dinyatakan
sebagai bencana nasional. Kelima, informasi mengenai luas lahan yang terbakar, bandara
yang tertutup, kualitas udara, dampak ekonomi dan ekologi lainnya cukup terbuka dibicarakan.
Tabel 3 menunjukkan sebaran luas kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia
sejak tahun 1984 hingga tahun 1997. Tahun 1987, 1991, 1994, dan 1997 Indonesia
mengalami kebakaran hutan dan lahan yang luas, lebih dari 50.000 hektar.
Luas kebakaran hutan di seluruh Pulau Kalimantan sebelum tahun 1990 rata-
1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Sumatra 4,808.34 17,747.40 10,235.67 12,582.90 6,123.30 6,123.30 13,928.65
Jawa 10,263.40 5,095.06 5,064.97 17,984.40 10,156.10 10,156.10 5,423.90
Nusa Tenggara
8.00 12,111.50 969.56
6,344.30 609.20 609.20 2,829.00
Kalimantan 0.00
0.00 4,689.00 2,368.10 745.00 745.00 1,314.99 Sulawesi
0.00 1,516.00 879.00 9,760.70 27.80
27.80 1,454.00 Maluku
Irja 1,984.00 8,085.00 2,236.00 2,021.00 1,988.00 1,989.00 2,613.00
Jumlah 17,063.74 44,554.96 24,074.20 51,061.40 19,649.40 19,650.40 27,563.54
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Sumatra 25,685.92 2,911.50 27,244.00 32,054.00 303.65 2,280.00 72,306.27
Jawa 35,071.77 5,791.10 4,704.20 95,364.00 5,722.18 5,519.90 26,965.59
Nusa Tenggara 19,455.87 5,303.05 8,591.28 10,435.00 548.00 1,012.35 9,398.07
Kalimantan 29,901.62 356.00 352.00 18,292.00
75.50 1,101.96 73,990.14 Sulawesi 8,501.00
0.00 6.00
4,521.00 56.25
442.00 25,879.83
Maluku Irja 2,256.00
1,992.00 1,993.00
3,126.00 1,995.00
1,996.00 44,701.07
Jumlah 120,872.20 16,353.65 42,890.48 163,792.00 8,700.58 12,352.21 253,241.97
Tabel 3. Luas Kebakaran Hutan Ha Tahun 1984 – 1997
Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2001
12 rata 1600 ha per hutan, namun setelah tahun
1990 khususnya tahun 1991, 1994, dan 1997 mencapai luas rata-rata 19.998 ha. Provinsi
Kalimantan Timur mengalami kebakaran hutan setiap tahun semenjak 1990, nampaknya hal ini
terjadi karena perubahan ekologi semakin cepat terjadi di Kalimantan dan juga luas
konversi lahan semakin meningkat KLH, 2001.
Beberapa model telah dikembangkan untuk memodelkan dispersi dan trayektori
polutan, salah satunya adalah TAPM. TAPM dikembangkan pertama kali digunakan untuk
memodelkan urban polutan namun pada perkembangannya TAPM juga dapat
digunakan untuk memodelkan kebakaran hutan.
2.6 The Air Pollution Model TAPM