22
18.0 20.0
22.0 24.0
26.0 28.0
30.0 32.0
34.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour T
em p
er at
u re
o
C
Mei Juli
September Desember
18.0 20.0
22.0 24.0
26.0 28.0
30.0 32.0
34.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour T
em p
er at
u re
o
C
Mei Juli
September Desember
18.0 20.0
22.0 24.0
26.0 28.0
30.0 32.0
34.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour T
em p
er at
u re
o
C
Mei Juli
September Desember
18.0 20.0
22.0 24.0
26.0 28.0
30.0 32.0
34.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour Te
m pe
ra tur
e
o
C
Mei Juli
September Desember
a
b
c
d
Gambar 15. Suhu Udara; a. Kalbar, b. Kalteng, c. Kalsel, d Kaltim
terbentuk akibat pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar lembab yang
terbakar ketika terjadi kebakaran hutan. Karakteristik hutan hujan tropis di Indonesia
yang lembab dan termasuk daerah yang curah hujannya relatif tinggi menyebabkan gas CO
mudah terbentuk ketika terjadi kebakaran hutan. Gas CO juga mudah terbentuk karena
tanah di pulau Kalimantan didominasi tanah gambut hasil dari rawa-rawa yang mengering,
terbuka, dan kekurangan air. Tanah gambut memiliki karakteristikdan tipe tanah yang
dapat menyimpan unsur karbon, sehingga apabila terbakar dapat melepaskan karbon
yang dikandungnya.
Laju emisi tertinggi pada bulan Mei 2006 terjadi di wilayah Danau Sembuluh,
Kalimantan Tengah sebesar 9,71 g s
-1
. Laju emisi CO pada bulan Juli tertinggi terjadi di
daerah sekitar Cempaga, Kalimantan Tengah sebesar 6304,53 g s
-1
. Bulan September 2006 laju emisi CO pada bulan ini sangat tinggi, laju
emisi CO yang dihasilkan dari kebakaran hutan pada bulan September 2006 terjadi di
Sukamara, Kalimantan Tengah sebesar 5216,62 g s
-1
. Bulan Desember 2006 laju emisi CO yang terjadi akibat kebakaran hutan juga
semakin rendah meskipun tetap lebih tinggi dibandingkan laju emisi NO
X
dan PM
2,5
. Laju emisi CO yang tertinggi tercatat terjadi di
wilayah Kutai, Kalimantan Timur sebesar 256,94 g s
-1
. Emisi CO akibat kebakaran hutan yang terjadi pada bulan Mei, Juli, September,
dan Desember 2006 dapat terlihat pada Gambar 14.
4.3 Kondisi Meteorologi Hasil Output
TAPM
Kondisi meteorologis di suatu wilayah merupakan faktor yang mempengaruhi
proses dispersi polutan. Unsur-unsur meteorologi yang dapat mempengaruhi proses
dispersi polutan diantaranya adalah suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin,
total radiasi matahari, intensitas hujan, dan stabilitas atmosfer. Hasil output faktor
meteorologi untuk keempat waktu running dapat dilihat pada Lampiran 11 – 14.
4.3.1 Suhu Udara
Suhu udara merupakan salah satu indikator penting dalam variabilitas cuaca dan
23 iklim di wilayah tropis seperti Kalimantan.
Profil suhu udara untuk 4 provinsi di Kalimanyan yaitu Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dalam 4 waktu simulasi
yaitu bulan Mei, Juli, September dan Desember pada tahun 2006 dapat dilihat pada
Gambar 15.
Profil suhu udara hasil output TAPM untuk keempat provinsi Kalimatan memiliki
grafik yang menyerupai satu sama lainnya. Nilai suhu udara maksimum terjadi pada pukul
2 hingga 4 sore sedangkan suhu udara minimum terjadi pada kisaran pukul 4 hingga
pukul 7 pagi. Kondisi suhu udara maksimum yang terjadi pada siang hari disebabkan
pemanasan udara oleh radiasi matahri, sedangkan pada malam hari tidak ada radiasi
matahari gelombang pendek sehingga suhunya rendah.
Hasil
output TAPM untuk suhu udara juga menunjukkan nilai yang bervariasi ketika
dilakukan perbandingan antara keempat provinsi di pulau Kalimantan. Profil suhu
udara di Kalimantan Barat berbeda dengan profil suhu udara di Kalimantan Tengah. Profil
suhu udara di Kalimantan Selatan pun berbeda dengan profil suhu udara di Kalimantan Timur.
Nilai suhu udara rata-rata untuk bulan Mei di keempat provinsi di pulau Kalimantan
menunjukkan nilai yang berada dalam kisaran 24,9 °C di Kalimantan Selatan hingga 27,6 °C
di Kalimantan Barat. Nilai suhu udara rata-rata di bulan Juli merupakan nilai suhu terendah di
provinsi Kalimantan Tengah, Selatan dan Timur, sedangkan di Kalimantan Barat
merupakan profil suhu maksimum. Nilai suhu udara rata-rata di bulan Juli berada dalam
kisaran yang lebih kecil dibandingkan dengan bulan Mei, 25,3 °C di provinsi Kalimantan
Tengah dan Selatan hingga 27,3 °C di provinsi Kalimantan Barat. Nilai suhu udara rata-rata di
bulan September berada dalam kisaran 25 °C diantara keempat provinsi di Kalimantan.
Bulan Desember merupakan puncak profil suhu di Kalimantan Tengah, Selatan dan Timur
dan merupakan profil suhu minimum di Kalimantan Barat dimana kisaran suhu
terendah terjadi Kalimantan Barat 25,3 °C sedangkan di ketiga provinsi lainnya suhu
hingga mencapai 28 °C.
Profil suhu udara Kalimantan Selatan relatif mirip dengan profil suhu udara di
Kalimantan Tengah, sedangkan profil suhu udara Kalimantan Timur lebih mirip dengan
profil suhu udara di Kalimantan Barat. Perbedaan ini disebabkan pengaruh letak
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur yang lebih dekat, sedangkan Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan lebih ke arah pedalaman. 4.3.2 Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang rendah menyebabkan kebakaran mudah terjadi dan
penyebaran area kebakaran hutan terjadi lebih luas, sedangkan sebaliknya pada kondisi
kelembaban udara yang relatif tinggi dapat meredam terjadinya kebakaran hutan.
Hasil
output TAPM menunjukkan kelembaban udara rata-rata di provinsi
Kalimantan Barat selama 4 waktu simulasi bulan Mei, Juli, September, dan Desember
menunjukkan nilai 56 ; 62,4 ; 65,1 ; dan 66,1 . Kelembaban udara rata-rata di
Kalimantan Tengah pada bulan Mei 77,3 ; bulan Juli 79,7 ; bulan September 64,6 ;
serta pada bulan Desember kelembaban udaranya rata-rata 64,3 . Kelembaban udara
rata-rata di Kalimantan Selatan pada bulan Mei 74,6 ; pada bulan Juli mencapai 72,8 ;
sedangkan pada bulan September 68,2 ; dan pada bulan Desember kelembaban udara rata-
ratanya 67 . Kelembaban udara rata-rata di Kalimantan Timur pada buan Mei senilai 61
; pada bulan Juli kelembaban udaranya 68,1 ; pada bulan September kelembaban udara di
Kalimantan Timur mencapai puncaknya 69,3 ; dan pada bulan Desember kelembaban
udara rata-ratanya 63,8 .
Profil kelembaban udara di seluruh provinsi di pulau Kalimantan Gambar 16
berkebalikan dengan profil suhu udara Gambar 15. Puncak profil kelembaban udara
di provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur terjadi pada bulan September dan
Desember sedangkan pada bulan Mei dan Juli kondisi kelembaban udaranya lebih rendah.
Puncak profil kelembaban udara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan terjadi pada
bulan Mei dan Juli sedangkan profil kelembaban udara di bulan September dan
Desember lebih rendah.
Kelembaban udara di Kalimantan Timur memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan dengan bulan Mei, September, dan Desember. Tingginya kelembaban udara di
Kalimantan Timur dapat dikaitkan dengan pergerakan angin hasil output TAPM pada
bulan Juli yang menunjukkan angin berhembus dari perairan Laut Aru yang berada di kawasan
Indonesia Timur menuju bagian pulau Kalimantan yang kemudian akan bergerak ke
arah utara. Hasil
output TAPM menunjukkan bahwa kelembaban udara tinggi terjadi pada
siang hari sedangkan pada malam hari kondisi
24
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour Re
la ti
v e
Hu m
id it
y
Mei Juli
September Desember
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour Re
la ti
v e
Hu m
id it
y
Mei Juli
September Desember
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour R
e la
ti v
e H
u m
idi ty
Mei Juli
September Desember
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour R
e la
ti v
e H
u m
id it
y
Mei Juli
September Desember
a
b
c
d
Gambar 16. Kelembaban Udara; a. Kalbar, b. Kalteng, c. Kalsel, d Kaltim
kelembaban udara relatif lebih tinggi. Suhu udara pada siang hari yang relatif lebih tinggi
menyebabkan kelembaban udara lebih rendah sedangkan pada suhu yang lebih rendah
kelembaban udaranya akan lebih tinggi Prawirowardoyo, 1996. Nilai kelembaban
udara yang tinggi juga dapat memicu tingginya intensitas hujan yang akan terbentuk, karena
kandungan uap airnya yang terkandung lebih banyak.
4.3.3 Intensitas Hujan