28 a
b
c
d
Gambar 21. Obukhov Length Scale; a. Kalbar, b. Kalteng, c. Kalsel, d Kaltim
-110.00 -100.00
-90.00 -80.00
-70.00 -60.00
-50.00 -40.00
-30.00 -20.00
-10.00 0.00
10.00 20.00
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour O
bu k
hov L
e ngth m
Mei Juli
September Desember
Batas Stabil Batas Tidak Stabil
-110.00 -100.00
-90.00 -80.00
-70.00 -60.00
-50.00 -40.00
-30.00 -20.00
-10.00 0.00
10.00 20.00
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour O
buk h
ov L
e ngth
m
Mei Juli
September Desember
Batas Stabil Batas 0
Batas Tidak Stabil -110.00
-100.00 -90.00
-80.00 -70.00
-60.00 -50.00
-40.00 -30.00
-20.00 -10.00
0.00 10.00
20.00
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour O
b uk
h o
v Le
n g
th m
Mei Juli
September Desember
Batas Stabil Batas 0
Batas Tidak Stabil -110.00
-100.00 -90.00
-80.00 -70.00
-60.00 -50.00
-40.00 -30.00
-20.00 -10.00
0.00 10.00
20.00
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour O
b uk
h o
v Le
ng th
m
Mei Juli
September Desember
Batas Stabil Batas 0
Batas Tidak Stabil
Kecepatan angin hasil output TAPM menunjukkan nilai yang relatif serupa di antara
keempat provinsi di pulau Kalimantan. Profil kecepatan angin lebih tinggi di musim kemarau
pada bulan Juli dan musim peralihan dari musim kering ke musim hujan di bulan
September.
Kecepatan rata-rata diantara keempat provinsi tersebut berkisar antara 1 hingga 4 m
s
-1
. Kecepatan angin rata-rata di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Selatan sekitar 2 m s
-1
, sedangkan di Kalimantan Timur kecepatan angin rata-
ratanya sekitar 1,6 m s
-1
. Profil kecepatan angin sangat
menentukan dalam proses dispersi polutan karena angin merupakan sarana transportasi
polutan. Semakin tinggi kecepatan angin maka dispersi polutan akan semakin luas, sedangkan
semakin rendah kecepatan angin maka luas dispersi polutan akan semakin rendah.
Semakin luas proses dispersi polutan akan semakin baik karena proses pengenceran oleh
udara bersih dapat berjalan dengan baik, sedangkan apabilia luas dispersi polutan
semakin kecil maka konsentrasi polutan akan menumpuk pada daerah tersebut sehingga
dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi masyarakat.
4.3.6 Stabilitas Atmosfer
Kondisi stabilitas atmosfer tidak dipengaruhi oleh perbedaan musim, sehingga
variasi diurnalnya lebih terlihat. Gambar 21 menunjukkan nilai Obukhov Length Scale di
Kalimantan pada tahun 2006. Nilai Obukhov pada siang hari berada pada kisaran 0 hingga
10 yang menunjukkan kondisi sangat stabil di atmosfer dan lebih dari 10 yang menunjukkan
kondisi stabil di atmosfer. Nilai Obukhov pada malam hari berada dalam kisaran yang lebih
luas antara 0 hingga -100 yang menunjukkan kondisi udara sangat tidak stabil.
Berdasarkan nilai interpretasi skala panjang Obukhov dapat terlihat bahwa pada
malam hari kisaran nilai skala panjang Obukhovnya berada di antara nilai 0 dan 10 m
yang berarti kondisi udaranya sangat stabil. Pada siang hari nilai skala panjang Obukhov
secara umum berada pada kisaran 0 hingga -
29 a
b
c
d
Gambar 22. Mixing Height; a. Kalbar, b. Kalteng, c. Kalsel, d Kaltim
250 500
750 1000
1250 1500
1750
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour M
ix in
g H e
ight m
Mei Juli
September Desember
250 500
750 1000
1250 1500
1750
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour M
ix ing H
e ight
m
Mei Juli
September Desember
250 500
750 1000
1250 1500
1750
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour M
ix ing H
e ight
m
Mei Juli
September Desember
250 500
750 1000
1250 1500
1750
12 24
36 48
60 72
84 96
108 120
132 144
156 168
Hour M
ix in
g H
e ig
ht m
Mei Juli
September Desember
100 m yang berarti kondisi udaranya sangat tidak stabil.
Kondisi udara yang tidak stabil menyebabkan banyaknya turbulensi yang
terjadi dalam parsel udara tesebut. Suhu dalam parsel udara tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan udara di sekitarnya, sehingga massa jenisnya lebih ringan. Hal ini menyebabkan
parsel udara tersebut akan naik ke atas dengan kecepatan yang semakin bertambah besar.
Pada kondisi udara stabil, parsel udara tidak dapat bergerak terus naik karena suhu parsel
udara tersebut lebih dingin dari suhu lingkungannya sehingga massa jenisnya lebih
besar daripada sekitarnya. Hal ini menyebabkan parsel udara tersebut tidak dapat
bergerak naik dan akan kembali pada kondisi ketinggian semula.
4.3.7 Mixing Height
Lapisan pencampuran atau mixing hieght merupakan suatu batas ketinggian
dimana terjadinya percampuran antara polutan dengan udara yang lebih bersih diatasnya.
Mixing height dipengaruhi oleh kondisi stabilitas atmosfer. Pada kondisi mixing height
yang tinggi polutan mengalami percampuran dengan daerah yang lebih luas daripada mixing
height yang rendah. Oleh karena itu, kondisi mixing height yang tinggi mampu
mengencerkan pencemar dengan lebih luas, sehingga kondisi ini lebih menguntungkan
dalam pengendalian dampak pencemaran udara Sumaryati, 2007.
Lapisan udara di atas mixing height tidak lagi berpengaruh terhadap dispersi
pencemaran udara di permukaan bumi. Pencemar yang berasal dari permukaan bumi
akan terdipersi pada lapisan udara di bawah mixing height. Namun ada pencemara dari
permukaan bumi yang mampu menembus mixing height jika mempunya energi kinetik
yang sangat tinggi, seperti debu vulkanik akibat letusan gunung berapi yang akhirnya
menjadi aerosol di lapisan stratosfer Sumaryati, 2007.
Kondisi
mixing height yang lebih besar secara umum terjadi pada siang hari
bahkan dapat mencapai ketinggian lebih dari 1000 m, dimana radiasi matahari menyebabkan
30 terjadinya pemanasan parsel udara hingga
suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara sekitarnya. Naiknya parsel udara
tersebut akan menyebabkan naiknya ketinggian lapisan udara yang mengalami pencampuran
dengan polutan.
Kondisi pada malam hari berkebalikan dengan kondisi siang hari dimana
rata-rata ketinggian mixing height 40 hingga 80 meter, hal ini disebabkan oleh ketiadaan
pemanasan parsel udara oleh radiasi matahari. Pada malam hari kenaikan parsel udara
tertahan oleh adanya lapisan inversi dimana suhu parsel udara lebih dingin dibandingkan
dengan suhu lingkungan di lapisan inversi, sehingga parsel udara tersebut akan kemabali
pada ketinggiannya semuala karena massa jenisnya lebih besar dibandingkan dengan
kondisi sekitarnya. Kondisi
mixing height secara umum pada kondisi atmosfer tidak stabil maka
ketinggian lapisan percampuran akan semakin tinggi. Sebaliknya pada kondisi atmosfer stabil
di malam hari ketinggian lapisan percampuran akan rendah karena tertahan oleh lapisan
inversi. Profil
mixing hight secara umum juga dipengaruhi oleh suhu udara dan kelembaban
udara. Pada kondisi suhu udara relatif tinggi dan kelembaban udara rendah maka mixing
height akan semakin tinggi karena perbedaan temperatur dan massa jenis antara parsel udara
dengan lingkungan sekitarnya akan semakin tinggi. Sedangkan apabila pada kondisi
kelembaban udara tinggi dan suhu udaranya relatif rendah maka mixing height akan
semakin rendah karena gradien suhu udara dengan massa jenisnya tidak terlalu besar. Hal
ini menyebabkan pada siang hari mixing height lebih tinggi dibandingkan pada malam hari dan
mixing height pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan.
4.4 Analisa