Tujuan Pendidikan IPS Tinjauan Tentang Pendidikan IPS

90 Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi. a substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat; dan b gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

2.6 Penelitian Yang Relevan

1. Hasil penelitian Udin Sarifudin Winata Putra 2001: 26 mengemukakan bahwa pendidikan karakter yang kini dengan tegas diterima sebagai esensi pendidikan kewarganegaraan secara kurikuler merupakan bagian integral dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang dibingkai dengan satu dengan nilai-nilai masing-masing sila sebagai intinya dalam kedudukan 91 yang setara dan interaktif. Dengan paradigma yang ada itu maka secara subtantif di dalam pendidikan kewarganegaraan terkandung makna pendidikan pancasila, dalam arti berlandaskan dan berorentasi pada cita-cita dan nilai yang secara koheren dan sistemik terkandung dalam pancasila. Dewasa ini tumbuh gagasan yang kuat untuk menempatkan pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana utama dan esensi dari pendidikan demokrasi, pendidikan demokrasi dan dalam rangka penanaman nilai-nilai dari demokrasi dapat di impelmentasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat menggunakan berbagai metode pengajaran seperti: sosiodrama, bermaian peran, simulasi, maupun diskusi. 2. Selanjutnya hasil penelitian Adelina Hasyim, 2009:5 Sukses dalam melaksaanakan pembelajaran dipengaruhi bagaimana seorang guru mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik. Jika guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, berarti guru tersebut telah membantu siswa terlibat dalam proses pembelajaran , dan mampu menjadi siswa yang dapat mencari, mengolah dan memiliki kompetensi yang menjadi tujuan belajarnya. Model pembelajaran melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Fungsi model pembelajaran adalah adalah pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu proses pembelajaran yang bersumber dari suatu model pembelajaran merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Dengan penerapan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan 92 materi yang akan disajikan dan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik siswa maka tujuan pembelajaran dan harapan dari guru akan tercapai dengan maksimal. 3. Kemudian hasil penenelitian Trianto dkk 2012 dikemukakan bahwa sebagai suatu program pendidikan yang amat strategis bagi upaya pendidikan karakter salah satunya karakter cinta tanah air, PKn perlu memperkuat posisinya menjadi “subjek pembelajaran yang kuat” powerfull learning area yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri : bermakna meaningful, terintegrasi integrated, berbasis nilai valuebased, menantang challenging, dan mengaktifkan activating. Melalui pengalaman belajar semacam itulah para siswa difasilitasi untuk membangun pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kewarganegaraan yang demokratis dalam koridor psiko-pedagogis- konstruktif. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah Nasionalism Project Citizen NPC, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran PKn adalah : 1 Sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn yang cenderung memandang sebelah mata meremehkan; memandang PKn sebagai second matter, 2 Model, metode mengajar guru PKn yang tidak variatif monoton, 3 Sarana prasarana dan media pembelajaran yang terbatas, 4 Perangkat pembelajaran PKn yang dipegang guru terbatas, 5 Penekanan pembelajaran masih di ranah knowledge pengetahuan saja. Model