Model Pembelajaraan Contextual Teaching and Learning CTL
62 proses pembelajaran. Penerapannya di kelas, misalnya siswa melakukan surve
harga, memecahkan masalah, menulis hasil surve, mendiskusikan kemudian menulis kesimpulannya. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri, dan
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran dengan pendekatan
kontestual. Adapun langkah-langkah inquiri ini meliputi: a. merumuskan masalah
b. mengamati atau melakukan observasi c. menganalisis dan menyajikan tulisan, laporan, gambar, bagan, tabel dan
karya lainnya d. mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman
sekelas, guru atau audience yang lain.
3. Bertanya Questioning Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari aktifitas bertanya
kerena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk: a. menggali informasi
b. mengecek pemahaman siswa c. membangkitkan respon siswa
63 d. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
e. mengetahui hal-hal yang telah deketahui siswa f.
memfokuskan perhatian siswa g. membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa
h. menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan; antara siswa dengan siswa; antara siswa dengan guru; antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas dan sebagainya. Bagi siswa, bertanya menunjukan adanya perhatian terhadap materi yang dipelajari dan upaya menemukan
jawaban dari hal yang tidak diketahui. Bagi guru, bertanya apta mengukur pengetahuan siswa sebelum atau setelah kegiatan pembelajaran. Aktivitas
bertanya juga dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan mengamati dan lain-lain.
4. Masyarakat Belajar learning community Konsep masyarakat belajar learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke
yang belum tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang berada di luar sana semua adalah anggota masyarakat yang belajar. Dengan
pendekatan kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dengan kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok yang anggotanya heterogen yang pandai mengajar yang lemah, yang tahu memberiktahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong
64 temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera mamberi usul. Jadi
laerning community sangat berkaitan dengan cooperative learning.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberikan
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini
bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menggap
dirinya paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman,
atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
5. Pemodelan Modelling Sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang
bisa ditiru. Model tersebut memberi peluang ang besar bagi guru untuk memberi contoh mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model
tentang bagaimana cara belajar. Model dalam hal ini dapat berupa apa saja yang bisa diikuti oleh siswa, contohnya cara berenang dengan baik. Ketika
guru mendemonstrasikan cara berenang dengan gaya kupu-kupu siswa mengamati gerakan tangan, kaki, badan dan menarik napas yang benar. Gerak
yang dilakukan oleh guru menjadi perhatian utama siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak tangan, kaki, badan dan cara menarik napas yang
epektif dalam berenang. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
65 dirancang dengan melibatkan seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi
contoh temannya. Siswa contoh tersebut dapat dikatankan sebagai model, siswa lainya dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi
yang harus dicapai.
6. Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berfikir tantang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tantang apa-apa yang sudah kita dilakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pada setiap akhir pembelajaran guru menyisakan waktu untuk memberi kesempatan bagi siswa
melakukan refleksi. Refleksi dapat berupa: a. pernyataan langsung siswa terhadap apa-apa yang deperoleh setelah
kegiatan pembelajaran b. catatan atau jurnal buku siswa
c. kesan dan saran siswa d. diskusi atau pertanyaan dari siswa
e. hasil karya.
7. Penilaian Sebenarnya Authentic Assesment Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
66 pembelajaran dengan benar. Gambaran tentang kemajuan belajar itu
diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak hanya dilakukan pada akhir periode seperti semester dan ujian nasional.
Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari learning how to learn, bukan ditekankan pada
perolehan sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic asessment adalah: a.
dilaksanakan selama dan setelah pembelajaran berlangsung b.
bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif c.
yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta d.
berkesinambungan e.
terintegrasi f.
dapat digunakan sebagai feed back. Depdiknas, 2003:10 dalam Sagala 2007:92
Dengan demikian kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya semata- mata melalui hasil tes yang diberikan setiap akhir periode pembelajaran.
Dengan melaksanakan proses belajar yang tepat, maka siswa akan memiliki kemampuan, hasil belajarnya akan lebih permanen, sehingga mencapai
kompetensi.
Kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual apabila menerapakan tujuh komponen utama pembelajara efektif ini dalam pembelajarannya. Untuk
melaksanakan hal itu dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
67 apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaanya. Penerapan pendekatan
kontekstual secara garis besar langkah-langkahnya adalah : 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan. 3. Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan masyarakat belajar. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan. 7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Menurut Depdiknas 2003 dalam Sagala 2003 : 93 ada beberapa alasan mengapa pendekatan kontekstual menjadi pilihan, yaitu :
1. Pendekatan kontekstual merupakan strategi belajar ‘baru’ yang lebih memberdayakan siswa.
2. Melalui landasan filosofi konstruksivisme, siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’.
3. Pengetahuan dikontruksi dari siswa itu sendiri.
Pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta yang aktif bukan pengamat pasif, dan
bertanggung jawab terhadap belajarnya.
68