Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter Di Sekolah
60 Pembelajaran dan pengajaran kontekstual didasarkan pada pengetahuan bahwa
mengaitkan merupakan kegiatan alami manusia. Membangun keterkaitan untuk menemukan makna merupakan kunci utama dari pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka waktu pendek, tetapi
gagal dalam membekali siswa memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Dalam pembelajaran kontekstual ini siswa mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan apa yang diketahuinya. Pada saat siswa dapat mengaitakan isi dari mata pelajaran akademik dengan pengalaman mereka sendiri, mereka
menemukan makna dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Diharapkan mereka sadar bahwa yang mereka pelajari itu berguna untuk hidupnya sehingga
mereka menempatkan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.
Terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Relate, yaitu menghubungkan atu mengkaitkan pengalaman sehari-hari dengan konsep yang dipelajari.
2. Experience, yaitu mengalami kejadian atau fenomena sains secara langsung atau terus.
3. Apply, yaitu mengaplikasikan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan dalam konteks kerja profesi.
4. Cooperative, yaitu penguasaan ilmu yang dipelajari dalam situasi lain. Dekdikbud, 2002 : 6 dalam Sukamto 2007 : 12
61 Menurut Nurhadi dalam Sagala 2007 : 88 bahwa pelaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan kontektual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif yakni :
1. Konstruktivisme Constructivism 2. Menemukan Inquiry
3. Bertanya Questioning 4. Masyarakat belajar Learning Community
5. Pemodelan Modelling 6. Refleksi Reflection
7. Penilaian sebenarnya Authentic Assesment
Adapun penjelasan dari ketujuh komponen di atas adalah : 1. Konstruktivisme Constructivism
Konstruktivisme Constructivism merupakan landasan berpikir filosofi pendekatan kontektual, yaitu pengetahuan yang dibangun sedikit demi sedikit
atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Dalam hal ini pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau
diingat, tetapi siswa mengkonstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut ide-ide dan mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Jadi inti dari teori konstruktivisme ini adalah ide, bahwa ide siswa harus menemukan, mentransformasikan dan merekontruksikan suatu informasi
komplek ke dalam pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam
62 proses pembelajaran. Penerapannya di kelas, misalnya siswa melakukan surve
harga, memecahkan masalah, menulis hasil surve, mendiskusikan kemudian menulis kesimpulannya. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri, dan
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran dengan pendekatan
kontestual. Adapun langkah-langkah inquiri ini meliputi: a. merumuskan masalah
b. mengamati atau melakukan observasi c. menganalisis dan menyajikan tulisan, laporan, gambar, bagan, tabel dan
karya lainnya d. mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman
sekelas, guru atau audience yang lain.
3. Bertanya Questioning Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari aktifitas bertanya
kerena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk: a. menggali informasi
b. mengecek pemahaman siswa c. membangkitkan respon siswa