Tinjauan Umum Jati TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Jati

Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn.f. Secara historis, nama tectona berasal dari bahasa Portugis tekton yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Di negara asalnya, tanaman jati dikenal dengan banyak nama daerah, seperti ching-jagu di wilayah Asam; saigun, segub Bengali; tekku Bombay Sumarna 2001. Jati memiliki persebaran yang cukup luas, meliputi sebagian besar India, Myanmar, Laos, Kamboja, bagian barat Thailand dan Indo-China. Di Indonesia, jati terdapat di sebagian Pulau Jawa dan beberapa kepulauan kecil seperti di Muna, Kangean, Sumba dan Bali. Tempat tumbuh yang optimal 0-700 m dari permukaan laut. Di Indonesia, memang masih dijumpai jati pada ketinggian 1300 m dpl, tetapi pertumbuhannya menjadi kurang optimal Mahfudz et al. 2005. Jati tidak terlalu terikat pada satu jenis tanah tertentu, tetapi jati tumbuh baik pada tanah yang sarang, mengandung Ca dan P cukup serta pH tanah antara 6-8. Pada tanah yang berbatu-batu, kekurangan air, sangat kering dan jelek aerasinya, termasuk juga tanah yang dangkal, pertumbuhan jati dapat menjadi sangat bengkok dan bercabang rendah. Kondisi lingkungan yang baik untuk jati adalah daerah dengan musim kering yang nyata meski bukan syarat mutlak, memiliki curah hujan 1200-3000 mmtahun. Intensitas cahaya cukup tinggi, 75-100 dan suhu berkisar 22°-31° C Mahfudz et al. 2005. Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai 30- 45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai 15-20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna kecokelatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Bentuk batang tidak teratur serta beralur. Warna kayu teras bagian tengah cokelat muda, cokelat-merah tua, atau merah- cokelat, sedangkan warna kayu gubal bagian luar teras hingga kulit putih atau kelabu kekuningan. Tekstur kayu agak kasar dan tidak merata. Arah serat lurus dan agak terpadu. Permukaan kayu licin agak berminyak dan memiliki gambaran yang indah Sumarna 2001. Secara fenologis, tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun deciduous pada saat musim kemarau, antara bulan November hingga Januari. Setelah gugur, daun akan tumbuh lagi pada bulan Januari atau Maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum ditentukan oleh kondisi musim. Ditinjau dari sifat fisiknya, kayu jati mempunyai berat jenis 0,62-0,75 dan memiliki kelas kuat II dengan penyusutan hingga kering tanur 2,8 sampai 5,3. Ditinjau dari sifat mekaniknya, kayu jati memiliki keteguhan lentur statik 718 kgcm 2 dan tegangan batas patah 1031 kgcm 2 serta modulus elastisitas kayu sekitar 127,7 1000 kgcm 2 . Sedangkan keteguhan tekan sejajar arah serat maksimum 550 kgcm 2 Sumarna 2001. Sifat kimia kayu jati memiliki kadar selulosa 47,5, lignin 29,9, pentosan 14,4, abu 1,4 dan silika 0,4, serta nilai kalor 5.081 kalgram. Keawetan kayu sesuai hasil uji terhadap Cryptotermes cynocephalus, jamur dan rayap tergolong kelas II. Artinya, kayu tersebut dapat terserang rayap dalam kapasitas rendah dengan kondisi kayu yang dipengaruhi oleh umur pohon, semakin tua semakin sulit terserang rayap. Keawetan kayu dapat diusahakan dengan pelaburan Carbolineum dan NaF. Sifat fisik dan kimia tanaman jati konvensional akan sangat ditentukan oleh kondisi lahan, iklim, serta lingkungan tempat tumbuh. Pada kawasan hutan dataran rendah dengan kandungan hara optimal, curah hujan 750-1500 mmth, suhu udara nisbi 34°C sampai 42°C, dan kelembaban sekitar 70, akan diperoleh kualitas produk kayu yang memiliki struktur kambium dengan tebal kulit kayu 0,4-1,8 cm, serat halus berwarna cokelat terang, sedangkan bagian teras berwarna cokelat-cokelat tua dan cokelat-kemasan Sumarna 2001. Pada masa pendudukan Belanda, kayu jati digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan rumah, pekerjaan umum, bantalan rel kereta api, mebel bahkan untuk pembuatan kapal, baik kapal dagang maupun kapal perang. Disamping itu, kayu jati digunakan sebagai pengganti bahan besi untuk konstruksi yang berada di lokasi yang mudah mengalami perkaratan. Saat ini, karena makin tingginya apresiasi masyarakat terhadap kayu jati, penggunaan kayu jati lebih terfokus kepada pemanfaatan yang menonjolkan nilai estetika. Menariknya penampilan kayu jati karena warna kayu teras dan kayu gubalnya yang bervariasi, dari cokelat muda, cokelat kelabu, sampai cokelat merah tua atau merah cokelat. Kdang-kadang diselingi warna putih kekuningan dengan lingkaran tumbuh tampak jelas, baik pada bidang transversal maupun radial, sehingga menimbulkan ornament yang indah. Karenanya, penggunaannya lebih banyak diarahkan untuk keperluan pembuatan bahan mebel atau furniture dan bahan baku pembuatan kerajinan handicraft. Sebagian lagi digunakan untuk keperluan bahan bangunan dan industri Tini Amri 2002.

2.2 Karbon C