Biomassa Pendugaan dan Pengukuran Biomassa

ke permukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah Whitmore 1985. Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer CO 2 melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Karbon juga masih tersimpan pada bahan organik mati dan produk-produk berbasis biomassa seperti produk kayu baik ketika masih dipergunakan maupun sudah berada di tempat penimbunan. Karbon dapat tersimpan dalam kantong karbon dalam periode yang lama atau hanya sebentar. Peningkatan jumlah karbon yang tersimpan dalam karbon pool ini mewakili jumlah karbon yang terserap dari atmosfer Sutaryo 2009. Pada ekosistem daratan, karbon tersimpan dalam 3 komponen pokok, yaitu Hairiah Rahayu 2007: a. Biomassa: masa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim b. Nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan batang atau tunggul pohon, atau telah tumbangtergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur seresah yang belum terlapuk. c. Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup tanaman, hewan dan manusia yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.

2.3 Biomassa

Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area Brown 1997. Sedangkan menurut Chapman 1976 biomassa adalah berat bahan organik suatu organisme per satuan unit area pada suatu saat, berat bahan organik dinyatakan dengan satuan berat kering dry weight atau kadang–kadang dalam berat kering bebas abu ash free dry weight. Biomassa dibedakan menjadi dua kategori, yaitu biomassa di atas permukaan tanah above ground biomass dan biomssa di bawah permukaan tanah below ground biomass. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO 2 dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Laju pengikatan biomassa disebut produktivitas primer bruto. Hal ini tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu dan ciri–ciri jenis tumbuhan masing–masing. Sisa dari hasil respirasi yang dilakukan tumbuhan disebut produksi primer bersih. Lebih lanjut disebutkan bahwa jumlah biomassa di dalam hutan adalah hasil dari perbedaan antara produksi melalui fotosintesis dengan konsumsi melalui respirasi dan proses penebangan Whitten et al. 1984.

2.4 Pendugaan dan Pengukuran Biomassa

Menurut Brown 1997 ada dua pendekatan untuk menduga biomassa dari pohon, yaitu pendekatan pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian dirubah menjadi kerapatan biomassa tonha, sedangkan pendekatan kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa atau lebih dikenal dengan persamaan Allometrik. Pendugaan biomassa pada pendekatan pertama menggunakan persamaan berikut: Biomassa di atas tanah tonha = VOB x WD x BEF ……Brown 1997 Keterangan: VOB = Volume batang bebas cabang dengan kulit m 3 ha, WD = Kerapatan kayu biomassa kering oven ton dibagi volume biomassa m 3 BEF = Perbandingan total biomassa pohon kering oven di atas tanah dengan biomassa kering oven volume inventarisasi hutan. Pendekatan kedua penentuan kerapatan biomassa dengan menggunakan persamaan regresi biomassa berdasarkan diameter batang pohon. Dasar dari persamaan regresi ini adalah hanya mendekati biomassa rata–rata per pohon menurut sebaran diameter, dengan menggabungkan sejumlah pohon pada setiap kelas diameter dan menjumlahkan total seluruh pohon untuk seluruh kelas diameter. Biomassa di atas tanah Y = a D b Keterangan: Y = berat kering per pohon kg, dan D = diameter setinggi dada 130 cm, a dan b merupakan konstanta. Ketterings et al. 2001 mengemukakan model pengukuran biomassa hutan campuran sekunder seperti yang dilakukan di hutan Sepunggur Jambi, dengan memasukkan peubah berat jenis kedalam persamaan: Y = 0,11 D 2+C ………………..Ketterings et al. 2001 Keterangan: Y = Biomassa berat kering pohon kg D = Diameter pohon setinggi dada cm = Berat jenis kayu gcm 3 C = Konstanta sebesar 0,62 Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang nutrisi dan persediaan karbon dalam vegetasi secara keseluruhan, atau jumlah bagian- bagian tertentu. Mengukur biomassa vegetasi pohon tidaklah mudah, khususnya pada hutan campuran dan tegakan tidak seumur. Menurut Chapman 1976, diacu dalam Onrizal 2004 metode pendugaan biomassa di atas tanah dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu 1 metode pemanenan yang terdiri atas a metode pemanenan individu tanaman, b metode pemanenan kuadrat dan c metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata–rata, dan 2 metode pendugaan tidak langsung yang terdiri dari a metode hubungan Allometrik, yakni dengan mencari korelasi yang paling baik antara dimensi pohon dan biomassanya, dan b crop meter, yaitu dengan cara menggunakan seperangkat alat elektroda yang kedua kutubnya diletakkan di atas permukaan tanah pada jarak tertentu. Menurut Hairiah dan Rahayu S 2007, pendugaan biomassa di atas permukaan tanah bisa diukur dengan menggunakan metode langsung destructive dan metode tidak langsung non destructive. Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa vegetasi yang berdiameter 5 cm, sedangkan untuk menduga biomassa vegetasi yang memiliki diameter 5 cm vegetasi tumbuhan bawah menggunakan metode secara langsung. Brown 1997 menyatakan bahwa pada pendugaan cadangan biomassa atau karbon pada vegetasi, pengukuran diameter bervariasi yaitu untuk daerah kering dengan laju pertumbuhan pohon sangat lambat, biasa digunakan batas minimum 2,5 cm dan untuk daerah yang beriklim basah, batas minimum pengukuran diameter yang digunakan 2,5–10 cm, akan tetapi secara umum biasa digunakan ukuran diameter minimum 5 cm.

2.5 Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon