Analisis Sensitivitas Evaluasi Model 1 Mengevaluasi Kewajaran Model dan Kelogisan Model

Gambar 10 Perbandingan karbon pada tegakan dan karbon pada mebel. Karbon pada hutan jati yang dikelola dengan masa daur 60 tahun, jumlahnya semakin meningkat dengan bertambahnya umur, hal ini dikarenakan diameter pohon jati yang semakin bertambah setiap tahunnya. Dengan daur dan umur yang sama, apabila pohon jati dirubah bentuknya menjadi mebel tanpa memperhitungkan faktor pelapukan, awal tahun jumlah karbon pada mebel lebih sedikit dibandingkan dengan karbon pada tegakan. Hal ini dikarenakan pada pohon jati yang masih muda proporsi kayu teras yang menjadi bahan baku pembuatan mebel jumlahnya masih sedikit dan banyak yang menjadi limbah, sedangkan pada kayu jati dengan umur masak akan mempunyai jumlah karbon yang besar dikarenakan sebagian besar kayu teras dapat dimanfaaatkan sebagai mebel. Sehingga model dapat dikatakan logis dan wajar.

5.2.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dalam evaluasi model penyimpanan karbon pada mebel bertujuan untuk menentukan tingkat respon atau sensitivitas perilaku model yang dibangun apabila dilakukan perubahan komponen-komponen utama penyusun model atau dengan kata lain analisis sensitivitas dilakukan untuk mempelajari apakah pola umum perilaku dari model dipengaruhi oleh perubahan- perubahan dalam parameter yang tidak pasti Ford, 1999. Analisis sensitivitas pada model penyimpanan karbon pada mebel dilakukan dengan perubahan terhadap persentase alokasi kayu jati yang digunakan sebagai bahan baku ketiga sample mebel. Pada analisis sensitivitas, persentase alokasi kayu jati yaitu 30, 50, 80. Gambar analisis sensitifitas dapat dilihat pada gambar berikut ini. Keterangan : 1. Persen alokasi jati 30 2. Persen alokasi jati 50 3. Persen alokasi jati 80 Gambar 11 C mebel berdasarkan persentase alokasi kayu jati yang dijadikan mebel. Persentase alokasi jati dipengaruhi oleh jumlah pohon yang dihasilkan pada saat pemanenan dan penjarangan. Penerapan sistem pemanenan yang baik dan pengaruh tempat tumbuh seperti kondisi tanah, cuaca atau iklim setempat akan menambah persentase jumlah pohon yang akan dijadikan bahan baku dikarenakan kualitas pohon yang baik. Sebaliknya cacat pada pohon serta cacat pada proses pemanenan akan mengurangi persentase bahan baku. Pada persen alokasi jati 80, jati ditanam dengan kondisi tanah yang mengandung Ca dan P cukup serta penerapan teknologi pemanenan akan dihasilkan jumlah pohon yang banyak dengan kualitas pohon yang baik untuk dijadikan mebel. Pada persentase alokasi jati 30, kondisi lingkungan tempat tumbuh jati kurang baik, tanah berbatu dan kekurangan air sehingga persentase pohon jati dengan kualitas baik sebagai bahan baku mebel menjadi berkurang. Hal ini berdampak, semakin sedikitnya karbon yang dapat dikonservasi pada mebel.

5.3. Penggunaan Model