Brown 1997 menyatakan bahwa pada pendugaan cadangan biomassa atau karbon pada vegetasi, pengukuran diameter bervariasi yaitu untuk daerah
kering dengan laju pertumbuhan pohon sangat lambat, biasa digunakan batas minimum 2,5 cm dan untuk daerah yang beriklim basah, batas minimum
pengukuran diameter yang digunakan 2,5–10 cm, akan tetapi secara umum biasa digunakan ukuran diameter minimum 5 cm.
2.5 Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon
Penelitian tentang potensi karbon pada hutan jati seperti yang dilakukan oleh Ojo 2003 yang menduga potensi biomassa di KPH Madiun yang hasilnya
seperti disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 1 Rata-rata potensi simpanan karbon pada tegakan jati di kawasan KPH
Madiun
Kelas hutan Kerapatan
phnha Diameter
rata-rata cm
Simpanan karbon tonha Rata-rata
Batas bawah
Batas atas
KU I 884±95
12,3±0,7 24,48
22,51 26,45
KU II 1016±52 13,1±0,59
35,54 34
37,07 KU III
503±26 19±0,59
39,53 37,92
41,14 KU IV
321±28 24,4±1,08 45,79
42,99 48,6
KU V 188±18 33,6±1,38
53,82 51,25
56,39 KU VI
108±11 43,9±2,23 61,80
57,55 66,04
KU VII 112±31 45,4±2,78
61,11 55,99
64,01 KU VIII
92±35 49,9±7,88 64,39
57,47 71,31
Miskin riap 108±40
36,4±2,4 30,35
28,36 32,34
Tanaman jati bertumbuhan kurang
210±29 20,7±1,69 15,64
14,47 17,1
Tanaman kayu lain 443±125 25,1±5,55
31,06 20,67
41,44 Hutan lindung
terbatas 47±15
55,2±7,4 48,18
29,68 66,52
Tanaman jenis kayu lain
597±62 21±1,31
38,30 34,68
41,91 Tanamn jati merana
469±184 12,1±2
13,43 8,37
18,13 Hutan lindung
campur 150
60,8 222
- -
Lasco 2006 melakukan penelitian mengenai simpanan karbon pada ekosistem hutan di Asia Tenggara salah satunya di Nueva Ecija, Philipina yang
hasilnya seperti doisajikan pada Tabel 2, namun Lasco mengkonversi karbon dari
45 biomassanya, berbeda dengan Brown yang mengkonversi karbon dari 50 biomassa.
Tabel 2 Biomassa dan kerapatan karbon di Nueva Ecija, Philipina Spesies
Umur tahun
Rata-rata dbh cm
Biomassa tonha
Karbon tonha
Acacia auriculiformis 9
8,71 32
14,4 Tectona grandis
13 5,5
8,7 3,92
Gmelina arborea 6
7,33 17,22
7,75 Pinus kesiya
13 12,53
107,83 48,52
Sumber: Lasco 2006
2.6 Sistem, Model dan Simulasi
Manetsch dan Park, 1979 dalam Eriyanto 2003, sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai
suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan–tujuan. Sedangkan sub-sistem adalah suatu unsur atau komponen fungsional dari suatu sistem, yang berperan dalam
pengoperasian sistem tersebut. Menurut Purnomo 2004, analisis sistem lebih mendasarkan pada
kemampuan kita untuk memahami fenomena dari data yang tersedia. Analisis sistem adalah sebuah pemahaman yang berbasis pada proses, sehingga sangat
penting untuk berusaha memahami proses-proses yang terjadi. Membuat analogi- analogi terkadang merupakan cara yang penting untuk memahami sesuatu.
Keyakinan akan adanya isomorisme antar beragam sistem menjadikan pemahaman terhadap sesuatu menjadi mungkin, bahkan pada suatu sistem yang
kita buta sekali akan perilakunya. Analisis sistem berguna untuk mendekati masalah yang secara intuitif
dapat digolongkan kedalam organized complexities atau kompleksitas yang terorganisasi dan tidak mungkin diselesaikan dengan pendekatan analitis dengan
matematika. Sistem kompleks artinya sistem tersebut kompleks tetapi kita yakin ada sebuah pola pada sitem tersebut. Disebut intuitif, karena apakah sebuah sistem
terorganisasi atau tidak lebih merupakan keyakinan kita daripada sesuatu yang dapat tersaji secara empiris.
Pemodelan modelling adalah kegiatan membuat model untuk tujuan tertentu. Model adalah abstraksi dari sebuah sistem. Sistem adalah sesuatu yang
terdapat di dunia nyata. Sehingga pemodelan adalah kegiatan membawa sebuah
dunia nyata kedalam dunia tak nyata atau maya tanpa kehilangan sifat-sifat utamanya.
Pemodelan sistem adalah pengetahuan dan seni. Sebuah pengetahuan karena ada logika yang jelas ingin dibangunnya dengan urutan yang sesuai.
Sebuah seni, karena pemodelan mencakup bagaimana menuangkan persepsi manusia atas dunia nyata dengan segala keunikannya.
Menurut Grant et al. 1997, analisis sistem adalah studi yang dibentuk dari satu atau beberapa sistem, atau sifat-sifat umum dari sistem. Holistic adalah
filosofi untuk mempelajari perilaku total atau atribut-atribut total lain dari beberapa sistem yang kompleks. Analisis sistem adalah pendekatan filosofis dan
kumpulan-kumpulan teknik, termasuk simulasi yang dikembangkan secara eksplisit untuk menunjukkan masalah yang berkaitan dengan sistem kompleks.
Analisis sistem menekankan pada pendekatan holistic untuk memecahkan masalah dan menggunakan model matematika unruk mengidentifikasi dan
mensimulasikan karakteristik yang penting dari sistem kompleks. Tahapan analisis sistem menurut Grant
et al . 1997, yaitu formulasi
model konseptual, spesifikasi model kuantitatif, evaluasi model, dan penggunaan model.
1 Formulasi Model Konseptual
Tujuan tahapan ini adalah untuk menentukan suatu konsep dan tujuan model sistem yang akan dianalisis. Penyusunan model konseptual ini didasarkan
pada kenyataan nyata di alam dengan segala sistem yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya serta saling mempengaruhi sehingga dapat mendekati
keadaan yang sebenarnya. Kenyataan yang ada di alam dimasukkan dalam simulasi dengan memperhatikan komponen-komponen yang terkait sesuai dengan
konsep dan tujuan melakukan pemodelan simulasi. Tahapan ini terdiri dari enam langkah sebagai berikut:
1. Penentuan tujuan model 2. Pembatasan model
3. Kategorisasi komponen-komponen dalam sistem
Setiap komponen yang masuk dalam ruang lingkup sistem dikategorisasikan ke dalam berbagai kategori sesuai dengan karakter dan
fungsinya sebagai berikut: a. State variable, yang menggambarkan akumulasi materi dalam sistem.
b. Driving variable, variable yang dapat mempengaruhi variable lain namun tidak dapat dipengaruhi oleh sistem.
c. Konstanta, adalah nilai numerik yang menggambarkan karakteristik sebuah sistem yang tidak berubah atau suatu nilai yang tidak
mengalami perubahan pada setiap kondisi simulasi. d. Auxiliary
variable ,
variable yang
dapat dipengaruhi
dan mempengaruhi sistem.
e. Material transfer, menggambarkan transfer materi selama periode tertentu. Material transfer terletak diantara dua state, source dan state,
source dan sink.
f. Information transfer, menggambarkan penggunaan informasi tentang state
dari sistem untuk mengendalikan perubahan state. g. Source dan sink berturut-turut menggambarkan asal awal dimulainya
proses dan akhir dari masing-masing transfer materi. 4. Pengidentifikasian hubungan antar komponen.
5. Menyatakan komponen dan hubungannnya dalam model yang lazim. 6. Menentukan pola perilaku dari model sesuai dengan pengetahuan dan teori
yang ada. 7. Menggambarkan pola yang diharapkan dari perilaku model.
2 Spesifikasi Model Kuantitatif
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengembangkan model kuantitatif dari sistem yang diinginkan. Pembuatan model kuantitatif ini dilakukan dengan
memberikan nilai kuantitatif terhadap masing-masing nilai variable dan menterjemahkan setiap hubungan antar variabel dan komponen penyusun model
sistem tersebut ke dalam persamaan matematik sehingga dapat dioperasikan oleh program simulasi.
3 Evaluasi Model
Evaluasi model berguna untuk mengetahui keterandalan model sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Langkah-langkah dalam evaluasi model meliputi:
1. Mengevaluasi kewajaran model dan kelogisan model 2. Analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat
kewajaran perilaku model jika dilakukan perubahan salah satu parameter dalam model secara ekstrim.
4 Penggunaan Model
Tujuan tahapan ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model. Tahapan ini melibatkan perencanaan
dan simulasi beberapa skenario. Untuk pemodelan yang lebih fleksibel, Purnomo 2004 menyarankan agar
dilakukan dengan fase-fase sebagai berikut: a Identifikasi isu, tujuan dan batasan
b Konseptualisasi model dengan menggunakan ragam metode seperti diagram kotak dan panah, diagram sebab–akibat, diagram stok stock
dan aliran flow, diagram case, diagram klas dan diagram sekuens. c Spesifikasi model, yaitu merumuskan makna diagram, kuantifikasi dan
atau kualifikasi komponen model jika perlu. d Evaluasi
model, yaitu
mengamati kelogisan
model dan
membandingkan dengan dunia nyata atau model yang serupa jika ada dan perlu.
e Penggunaan model, yaitu membuat skenario-skenario ke depan atau alternatife kebijakan, mengevaluasi ragan skenario atau kebijakan
tersebut dan pengembangan perencanaan dan agenda bersama.
III. METODOLOGI PENELITIAN