Spesifikasi Model Pemodelan Siklus Karbon dan Pendekatan Sistem .1. Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan

Berdasarkan Tabel 9, jumlah karbon yang terkandung dalam 1 m 3 log kayu adalah 0,30 ton Cm 3 dan 0,19 ton Cm 3 tersimpan dalam bentuk mebel sampai jangka waktu mebel tersebut melapuk dan teremisi ke udara. Pada penelitian ini, konservasi karbon pada mebel terbesar terdapat pada sample kursi sudut sebesar 0,21 ton Cm 3 , sedangkan konservasi karbon pada mebel terkecil terdapat pada sample bangku kebun sebesar 0,18 ton Cm 3 . Jumlah karbon 0,07 ton Cm 3 yang dihasilkan selama proses produksi dalam bentuk serbuk maupun potongan kecil yang sebagian dimanfaatkan sebagai bahan bakar oven mebel akan langsung teremisi menjadi CO 2 ke udara. Tabel 9 Potensi karbon pada mebel ton Cm 3 Contoh Log Papan Limbah Papan c Mebel Komponen Limbah Mebel f a b c=a-b d e f=b- d+e Bangku Kebun 0,30 0,29 0,01 0,18 0,09 0,02 Kursi sudut 0,30 0,27 0,03 0,21 0,03 0,03 Lemari 0,31 0,25 0,06 0,19 0,03 0,03 Rata-rata 0,30 0,27 0,04 0,19 0,05 0,03

5.1.5. Spesifikasi Model

Pemodelan siklus karbon pada mebel di Jepara menggunakan software STELLA 9.0.2 terdiri dari beberapa submodel, antara lain:

1. Model Dinamika Pertumbuhan Jati

Submodel dinamika pertumbuhan jati menggambarkan pertumbuhan pohon jati di hutan rakyat dan hutan jati milik Perhutani di daerah Jepara. Submodel ini terdiri dari state variable populasi jati yang mengalami penambahan dengan adanya penanaman serta dipengaruhi oleh daur dan mengalami pengurangan jumlah pohon oleh penjarangan dan pemanenan. Pada model ini disimulasikan luas hutan yaitu 1 ha dengan jarak tanam 3 x 3 m dan daur 60 tahun. Submodel dinamika pertumbuhan jati dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Submodel dinamika pertumbuhan jati.

2. Pendugaan Volume Tegakan Jati

Submodel ini menggambarkan faktor yang mempengaruhi volume pohon jati sebagai bahan baku pembuatan mebel. Pendugaan volume tegakan jati dipengaruhi oleh populasi jati per ha dan volume pohon jati per pohon. Populasi jati yang dimaksud yaitu jumlah pohon tiap ha, sehingga semakin banyak jumlah pohon per ha maka volume tegakan jati yang akan dijadikan bahan baku mebel juga semakin besar. Submodel pendugaan volume tegakan jati seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6 Submodel pendugaan volume tegakan jati. 3. Pendugaan Biomassa Tegakan Jati Submodel ini menggambarkan jumlah kandungan biomassa dalam tegakan jati baik di hutan rakyat maupun hutan jati milik perhutani yang dipengaruhi oleh diameter pohon jati. Pendugaan biomassa tegakan jati menggunakan persamaan allometrik untuk jati berdasarkan Purwanto Shiba 2006. Biomassa total dalam suatu areal hutan merupakan perkalian antara biomassa satu pohon dengan populasi dalam luasan areal 1 ha.Untuk menduga jumlah kandungan karbon dalam tegakan digunakan faktor konversi 0,5 Brown 1997. Submodel pendugaan biomassa tegakan jati dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. Gambar 7 Submodel pendugaan biomassa tegakan jati.

4. Industri Mebel

Submodel industri mebel menggambarkan aktifitas yang dilakukan industri pengolahan hasil hutan kayu mulai dari proses penggergajian sampai menghasilkan produk akhir berupa mebel. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan produk mebel yang berasal dari kayu jati maka kebutuhan akan kayu jati juga semakin rneningkat. Kebutuhan bahan baku untuk pembuatan mebel dapat dipenuhi dari volume kayu penjarangan ataupun volume pemanenan. Bahan baku masuk ke tempat penggergajian kayu dalam bentuk kayu log. Volume log yang dijadikan contoh dalam penelitian ini adalah 1 m 3 untuk setiap produk mebel. Volume log untuk mebel didapatkan dari pembagian alokasi pohon jati yang digunakan untuk mebel dengan volume log per 1 m 3 . Kayu log tersebut diolah menjadi bentuk papan dengan tebal sesuai dengan kebutuhan mebel. Dalam proses perubahan bentuk dari kayu log menjadi bentuk papan terjadi pengurangan volume kayu yang akan menjadi limbah. Jumlah volume limbah yang terbuang tergantung pada kualitas kayu serta ada tidaknya cacat pada kayu. Rendemen papan ke mebel dihasilkan dari perkalian antara volume papan yang diperlukan dalam proses produksi dengan rendemen mebel. Setiap proses produksi dari log menjadi papan ataupun papan menjadi komponen mebel menghasilkan limbah yang akan mempengaruhi jumlah mebel yang dihasilkan. Submodel industri mebel dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini : Gambar 8 Submodel industri mebel.

5. Karbon Mebel

Submodel karbon mebel menggambarkan jumlah kandungan karbon mulai dari log hingga produk akhir. Untuk mengetahui jumlah kandungan karbon pada mebel, diperlukan perhitungan biomassa mebel terlebih dahulu karena biomassa 50-nya tersusun oleh karbon Brown 1997 sehingga perhitungan karbon merupakan konversi dari perhitungan biomassa dengan mengalikannya dengan faktor konversi 0,5. Perhitungan biomassa didapatkan dari perhitungan volume komponen mebel dikalikan dengan berat jenis jati sebesar 0,59 grcm 3 hasil uji laboratorium. Pada submodel karbon mebel juga diberikan gambaran mengenai kandungan karbon pada log dan papan yang digunakan sebagai bahan baku mebel serta limbah yang dihasilkan selama proses produksi dimana perhitungan jumlah kandungan karbonnya sama dengan perhitungan jumlah kandungan karbon pada mebel. Gambaran submodel karbon mebel dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Submodel karbon mebel. Karbon yang tersimpan pada mebel dalam jangka waktu tertentu akan mengalami pengurangan. Pengurangan jumlah karbon tersebut tergantung dari masa pakai dan perlakukan terhadap mebel. Mebel yang digunakan di luar ruangan akan berbeda masa pakai dan ketahanannya dibandingkan dengan mebel yang digunakan di dalam ruangan. Berdasarkan wawancara dengan pengrajin mebel dan konsumen, bangku kebun memiliki masa pakai 25 tahun sedangkan kursi set umumnya memiliki masa pakai 10 tahun. 5.2. Evaluasi Model 5.2.1 Mengevaluasi Kewajaran Model dan Kelogisan Model