MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI

MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI

Skripsi

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RIRIN DEWI CAHYANI

I 0308013

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

commit to user

ii

LEMBAR PENGESAHAN MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI SKRIPSI

Oleh : Ririn Dewi Cahyani

I 0308013

Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik.

Pada hari

: Selasa

Tanggal

: 18 September 2012 Tim Penguji :

1. Muh. Hisjam, STP, MT (……………………………) NIP. 19700626 199802 1 001

2. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng (……………………………) NIP. 197106021995121001

3. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si (……………………………) NIP. 19770625 200312 1 001

4. Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEc (……………………………) NIP. 19640516200012 1 001

Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik,

Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT NIP. 19711104 199903 1 001

commit to user

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Ririn Dewi Cahyani

NIM

: I 0308013

Judul Tugas Akhir : Model Hubungan Pemasok-Pemanufaktur Furnitur Yang

Mempertimbangkan Penyerapan Karbon Hutan Jati

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti Tugas Akhir yang saya susun tersebut merupakan hasil plagiat dari karya orang lain maka Tugas Akhir yang saya susun tersebut dinyatakan batal dan gelar sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila di kemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, 18 September 2012

Ririn Dewi Cahyani

I 0308013

commit to user

iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Ririn Dewi Cahyani

NIM

: I 0308013

Judul Tugas Akhir : Model Hubungan Pemasok-Pemanufaktur Furnitur Yang

Mempertimbangkan Penyerapan Karbon Hutan Jati

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing I dan Pembimbing II. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 18 September 2012

Ririn Dewi Cahyani

I 0308013

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan laporan skripsi ini, yaitu:

1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.

2. Kedua orangtua tercinta yang selalu mendoakan, melimpahkan kasih sayang, dan memberi dukungan selama pengerjaan skripsi.

3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS.

4. Muh. Hisjam, STP, MT selaku pembimbing I yang telah memperlancar proses penelitian dan memberikan bimbingan serta pengarahannya.

5. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya.

6. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si selaku penguji yang telah memberikan pengarahan, kritik, dan saran terhadap penelitian ini.

7. Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEc selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penelitian ini.

8. Seluruh karyawan dan staf Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang telah

memperlancar perijinan penelitian dan atas informasi yang telah diberikan.

9. Ir. Taufik Setyadi, MBA, MM selaku General Manajer Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung yang telah memberikan ijin penelitian demi memperlancar penelitian ini.

10. Seluruh karyawan dan staf Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung, terima kasih atas informasi dan data yang telah diberikan.

11. Fitriyah Amira Assegaf sebagai teman seperjuangan atas segala bentuk dukungan dan bantuan dalam mencari data selama penelitian.

12. Teman-teman asisten Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis, terima kasih atas dukungannya.

13. Teman-teman Teknik Industri 2008, terima kasih atas persahabatan, kebersamaan, dan kekompakannya selama ini.

commit to user

vi

14. Teman-teman Kos Tisanda I, terima kasih atas dukungan, persahabatan, dan kebersamaannya.

15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan pertolongan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan, dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Surakarta, September 2012

Penulis

commit to user

vii

ABSTRAK

Ririn Dewi Cahyani, NIM : I0308013. MODEL HUBUNGAN PEMASOK- PEMANUFAKTUR FURNITUR

YANG MEMPERTIMBANGKAN

PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012.

Perum Perhutani (PP) Unit I Jawa Tengah, sebagai sebuah BUMN memiliki kewajiban tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku log jati bagi industri kayu, namun juga berkewajiban melestarikan lingkungan dengan mempertahankan hutan yang ada. Hutan yang dipertahankan merupakan kompensasi upaya penyerapan karbon hutan jati. PP juga berkewajiban untuk mengeluarkan Corporate Social Responsibility (CSR) dan memperhatikan K3 karyawan. Dalam model, PP berperan sebagai pemasok.

Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) memiliki tanggung jawab untuk memenuhi permintaan ekspor furnitur kayu. KBM IKB memiliki kewajiban untuk memanfaatkan semaksimal mungkin log jati yang dipasok pemasok agar limbah yang dihasilkan minimal. KBM IKB juga berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) karyawan. Dalam model, KBM IKB berperan sebagai pemanufaktur furnitur.

Dalam mencapai tujuan dan melaksanakan kewajibannya, PP dan KBM IKB harus berusaha mencapai target-target dimana dalam pencapaiannya mungkin saling bertentangan. Pada penelitian ini dikembangkan model hubungan pemasok – pemanufaktur furnitur yang melibatkan perdagangan karbon. Model ini disusun berdasarkan tujuh fungsi tujuan yaitu dari benefit ekonomi, sosial, dan lingkungan. Benefit ekonomi diukur dari profit PP dan profit KBM IKB, benefit lingkungan diukur dari luas area hutan jati untuk perdagangan karbon dan minimasi limbah KBM IKB, dan benefit sosial diukur dari CSR PP, pengadaan APD untuk keselamatan karyawan di PP dan KBM IKB.

Pada tahap awal penyusunan model, dilakukan pendeskripsian karakteristik sistem dan memunculkan variabel-variabel yang mempengaruhi sistem relevan objek kajian. Selanjutnya dilakukan penyusunan model dengan prinsip-prinsip goal programming. Setelah itu, model diuji dengan memasukkan nilai-nilai parameter yang diambil dari data perusahaan dan literatur. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Lingo 11.0. Pada tahap akhir dilakukan analisis terhadap model.

Hasil uji coba model menunjukkan bahwa pada skenario feasible semua goal dapat tercapai targetnya dan dengan pencapaian yang favorable. Dari uji coba tersebut dapat disimpulkan bahwa model ini dapat mendukung hubungan pemasok dan pemanufaktur untuk mencapai target-target terkait kriteria performansi benefit ekonomi, lingkungan, dan sosial yang merupakan objek

kajian dari sustainable supply chain.

Kata-kata kunci: ketersediaan log jati, penyerapan karbon, goal programming, sustainability

xviii + 73 halaman; 18 gambar; 23 tabel; 2 lampiran; daftar pustaka : 26 (2000- 2012)

commit to user

viii

ABSTRACT

Ririn Dewi Cahyani, NIM : I0308013.

A RELATIONSHIP MODEL

BETWEEN SUPPLIER AND FURNITURE MANUFACTURER THAT INVOLVING CARBON SEQUESTRATION TEAK FOREST. Thesis. Surakarta : Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering,

Sebelas Maret University, September 2012.

Perum Perhutani (PP) Unit I Central Java, as the government corporate, has a duty not only to meet the raw material needs of teak logs for the timber industry, but also the obligation to preserve the environment by maintaining the existing forest. Conserved forest is compensation teak forest carbon sequestration effort. In addition, PP is also obligated to issue a Corporate Social Responsibility (CSR) and pay attention to the health and safety of employees. In the model, PP role as a supplier.

Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) has a responsibility to meet the demand for wooden furniture export. KBM IKB has an obligation to get the most out of teak logs were supplied by supplier that produced minimal waste. KBM IKB is also committed to protecting the health and safety of employees to meet the needs of Personal Protective Equipment (PPE). In the model, KBM IKB role as a manufacturer of furniture.

In achieving its objectives and carry out its obligations, PP and KBM IKB should try to achieve the targets in which the accomplishment may be conflicting. This study developed a relationship model between supplier and furniture manufacturer involving carbon trading. This model is based on seven objective functions that benefit from economic, social, and ecological. Economic benefits measured from profit of PP and KBM IKB , ecological benefits measured from teak forest area for carbon trading and KBM-IKB waste minimization , and social benefits measured from CSR PP and PPE's procurement for the safety of employees both PP and KBM IKB.

In the early stage of modeling, done description of the system characteristics and bring the variables that affect the system relevant object of study. Furthermore, conducted modeling with the principles of goal programming. After that, model was tested with the values of the parameters taken from the company's data and literature. Test model is conducted by using software Lingo 11.0. In the final stage conducted model analysis.

The results of test model showed that all targets and goals can be achieved with a favorable achievement in the feasible scenario. From the test model, it can

be concluded that this model can support a supplier and manufacturer relationships to achieve the target performance criteria related to economic, ecological, and social benefits that objects of a sustainable supply chain.

Key words: Availability of teak log, carbon sequestration, goal programming, sustainability consideration xviii + 73 pages, 18 figures; 23 tables; 2 appendix; references: 26 (2000-2012)

commit to user

2.7 Influence Diagram.........................................................

2.8 Goal Programming.........................................................

2.9 Perdagangan Karbon......................................................

2.9.1 Protocol Kyoto………………………………...

2.9.2 Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan………

2.9.3 Permasalahan Perdagangan Karbon…………...

2.9.4 Model Referensi.................................................

II-9 II-9 II-11 II-11 II-12 II-13 II-13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian.................................................... III-1

3.2 Bagan Alir Penelitian………………………………….

3.2.1 Studi Pendahuluan……………………………..

3.2.2 Perumusan Masalah dan Tujuan………………

3.2.3 Studi Pustaka…………………………………..

3.2.4 Kajian Sistem………………………………….

3.2.5 Pengumpulan Data…………………………….

3.2.6 Karakteristik Sistem…………………………...

3.2.7 Pengembangan Model Hubungan Pemasok dan Pemanufaktur………………………………….

3.2.8 Verifikasi Model………………………………

3.2.9 Uji Coba Model………………………………..

3.2.10 . Analisis……………………………………...…

3.2.11 Kesimpulan dan Saran……………………...…

III-4 III-4 III-4 III-4 III-4 III-6 III-6

III-6 III-7 III-7 III-7 III-8

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data……………………………………. IV-1

4.1.1 Data Perdagangan Karbon………………….....

4.1.2 Data Perum Perhutani…………………………

4.1.3 Data KBM IKB………………………………..

IV-1 IV-2 IV-4

4.2 Pengolahan Data............................................................ IV-7

4.2.1 Karakteristik Sistem........................................... IV-7

4.2.2 Penentuan

Variabel-Variabel

yang Berpengaruh……………………………...........

4.2.3 Pengembangan Model........................................

IV-10 IV-13

commit to user

xi

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

xiv

LAMPIRAN

Lampiran 1. : Script Program Lingo 11.0............................... L-1 Lampiran 2 : Output Program Lingo 11.0..............................

L-7

4.2.4 Verifikasi Model................................................ IV-20

4.2.5 Uji Coba Model.................................................. IV-21

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1 Interpretasi Hasil……………………………………… V-1

5.2 Analisis Model………………………………………...

5.2.1 Analisis Sensitivitas…………………………...

5.2.2 Analisis Kesalahan…………………………….

V-4 V-5 V-10

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan…………………………………………… VI-1

6.2 Saran…………………………………………….......... VI-2

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1

Wilayah Kerja Perum Perhutani…………………………… Produk-Produk KBM IKB………………………………… Perbedaan SCM Konvensional dan s-SCM……………….. Aljabar Tipe Tujuan……………………………………….. Posisi Penelitian………………...………………………….

II-2 II-3 II-6 II-10 III-2

Tabel 4.1 Luas Area Hutan Jati tiap KU KPH Kendal.......................... IV-1 Tabel 4.2 Harga APD PP……………………………………………... IV-3 Tabel 4.3 Harga Jual Log Jati dan Biaya Simpan……………………. IV-4 Tabel 4.4 Harga APD KBM IKB…………………………………….. IV-5 Tabel 4.5 Nilai Konversi Produk – Log………………………………. IV-5 Tabel 4.6 Nilai Konversi Log – Limbah……………………………… IV-6 Tabel 4.7 Permintaan Produk………………………………………… IV-7 Tabel 4.8 Skenario Uji Coba Model………………………………….. IV-23 Tabel 4.9

Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3

Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8

Tabel 5.9

Hasil Uji Coba Model……………………………………… Pencapaian Kriteria Performansi Pemasok………………... Pencapaian Kriteria Performansi Pemanufaktur…………... Perubahan Jumlah Permintaan terhadap Kriteria Performansi…………………………………………........... Perubahan Harga Karbon terhadap Kriteria Performansi….. Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP……………… Perubahan Biaya Pemeliharaan terhadap Total Biaya PP…. Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP……….. Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total Biaya KBM IKB…………………………………………… Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB.

IV-24 V-1 V-2

V-6 V-8 V-9 V-11 V-12

V-13 V-14

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Umum SCM pada Industri Furnitur………… II-5 Gambar 2.2

House of Sustainable Supply Chain Management ……… II-6 Gambar 2.3

Diagram Konvensi Influence Diagram…………………. II-9 Gambar 3.1

Metodologi Penelitian…………………………………... III-5 Gambar 4.1

Kapasitas Karbon tiap KU................................................ IV-2 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 5.1

Gambar 5.2

Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5

Gambar 5.6 Gambar 5.7

Gambar 5.8

Kerangka Entitas............................................................... Aliran Proses Perdagangan Karbon.................................. Influence Diagram ……………………………………… Causal Loop Diagram ………………………………….. Alur Prosedur untuk Menyelesaikan Goal Programming Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit PP……………………………………………………….. Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit KBM IKB………………………………………………. Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP…………... Persentase Perdagangan Karbon terhadap Profit PP…... Perubahan Biaya Pemeliharaan Pohon Jati terhadap Total Biaya PP………………………………………….. Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP……. Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total Biaya KBM IKB………………………………….. Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB……………………………………………………...

IV-8 IV-9 IV-12 IV-13 IV-23

V-6

V-6 V-8 V-10

V-11 V-13

V-14

V-15

commit to user

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Ageron, B., Gunasekaran, A., dan Spalanzani, A. 2011. Sustainable Supply

Management: An Empirical Study. International Journal of Production Economics , doi:10.1016/j.ijpe.2011.04.007.

Cetinkaya, B., Cuthbertson, R., Ewer, G., Klaas-Wissing, T., Piotrowicz, W., dan

Tyssen, C. 2011. Sustainable Supply Chain Management: Practical Ideas for Moving Towards Best Practice . Springer-Verlag Berlin Heidelberg,

2011. Chopra, S. dan Meindl, P. 2004. Supply Chain Management. Edisi 2. Upper

Saddle River: Pearson Prentice Hall. Daellenbach, HG. dan McNickle, D.C. 2005. Management Science Decision

Making Through Systems Thinking . Palgrave Macmillan, New York, USA. Gideon, J. 2012. Ekspor Furnitur 2010 Naik 20%. http://www.indonesiafinance

today.com/read/1422/Ekspor-Furnitur-2010-Naik-20. Diakses 2 Februari 2012.

Ginoga, K., Wulan, Y.C., dan Djaennudin, D. 2005. Karbon Dan Peranannya

Dalam Meningkatkan Kelayakan Usaha Hutan Tanaman Jati (Tectona grandis) di KPH Saradan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial & Ekonomi Vol. 2 No. 2, Hal. 183-202.

Habibie ฀, A., Hisjam, M., Sutopo, W., dan Widodo, K.H. 2012. A Relationship

Model between Supplier and Manufacturer for Securing Availability of Teak Log in Export Oriented Furniture Industry with Sustainability Considerations. Proceeding of the International MultiConference of Engineers and Computer Scientists 2012 Vol II, IMECS 2012, March 14 –

16, 2012, Hong Kong. Hester, R.E., Harrison, R.M. 2010. Issues In Environmental Science And

Technology – Carbon Capture Sequestration and Storage . The Royal Society of Chemistry, Cambridge, UK.

Hisjam, M., Ota, I., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2010.

Comparing the practices of forest product certification between perum

commit to user

xv

perhutani and yusuhara forest owner’s cooperative, in Proc. Sustainable Bio-resources for Global Welfare Conf. , 7 - 8 Agustus, Bali, Indonesia.

Hisjam, M., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2011a. A framework

for the development of sustainable supply chain management for business sustainability of export-oriented furniture industry in indonesia (a case study of teak wooden furniture in central java province). In Proc. the 1st International Conference on Industrial Engineering and Service Science , 20 – 21 September, Sol.

Hisjam, M., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2011b. The

development of sustainable supply chain model of the relationship between wood supplier with furniture industry in indonesia: a case study,” In Proc. of IGSCI , Indonesia, November, 2011.

Jones, D., Tamiz, M. 2010. Practical Goal Programming. Springer New York

Dordrecht Heidelberg London. Kardono. 2010. Memahami Perdagangan Karbon. Pusat Standardisasi dan

Lingkungan, Kementerian Kehutanan. KBM IK Brumbung. KBMIK-BRB/PM/PA-PM/00 PANDUAN MUTU. Perum

Perhutani KBM IK Brumbung. Keles, S. 2010. Forest optimisation models including timber production and

carbon sequestration values of forest ecosystems: a case study. International Journal of Sustainable Development & World Ecology , Vol. 17, No. 6, Hal.

468–474. Kementrian Kehutanan. 2010. Ketidakseimbangan Distribusi Nilai Tambah dalam

Rantai Nilai (Value Chain) Mebel. Police Brief Volume 4 No. 7. KKPH Kendal. 2011. Public Summary Kendal. Perum Perhutani Unit I Jawa

Tengah Kesatuan Pemangkuan Hutan Kendal. León-Peña, J.R. 2008. e-Business And The Supply Chain Management. Secured

Assets Yield Corporation Limited Acapulco 36 – 9o piso, Colonia Condesa, Mexico City.

commit to user

xvi

Media Indonesia. 2011. Pembalak Liar Babat 4.265 Pohon Jati di Bojonegoro.

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/12/02/280656/289/101/Pembala k-Liar-Babat-4.265-Pohon-Jati-di-Bojonegoro. Diakses 23 Februari 2012.

Menteri Kehutanan. 2009. Peraturan Menhut RI Nomor: P.30/Menhut-II/2009

tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD).

Oktyajati, N. 2009. Perencanaan Alokasi Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu

Jati (IPKJ) Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Dengan Metode Linear Programming. Skripsi Sarjana-1, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Razak, A. 2007a. Kajian Yuridis CarbonTrade dalam Penyelesaian Efek Rumah

Kaca. Makalah Etika dan Kebijakan Perudangan Lingkungan. Program Pasca Sarjana/ S2 - Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Razak, A. 2007b. Kelayakan Kompensasi yang ditawarkan dalam Perdagangan

Karbon. Makalah Manajemen Hutan Lanjutan Program Pasca Sarjana / S2 - Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya Aalam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Regional Economic Development Indonesia (REDI). 2007. Studi Hambatan

Kebijakan Bagi Industri Furnitur - Hasil Studi Di Jawa Timur Dan Jawa Tengah. USAID: The United States Agency for International Development.

Sutopo, W., Devi, A.O.T., Hisjam, M., dan Yuniaristanto. 2012. A Model for

Procurement and Inventory Planning for Export-Oriented Furniture Industry in Indonesia: A Case Study. Proceeding of the International MultiConference of Engineers and Computer Scientists 2012 Vol II, IMECS 2012, March 14 – 16, 2012, Hong Kong.

Teuteberg, F., dan Wittstruck, D. 2010. A systematic review of sustainable supply

chain management research: what is there and what is missing?. In Proc. of MKWI , pp. 1001-1015.

commit to user

xvii

Zhou, Z., Cheng, S., dan Hua, B. 2000. Supply Chain Optimization of Continuous

Process Industries with Sustainability Considerations. ELSEVIER: Computers and Chemical Engineering , No. 24, Hal. 1151-1158.

commit to user

I-1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan beberapa hal mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara eksportir furnitur terbesar di

dunia. Tahun 2006 posisi ekspor produk furnitur Indonesia di dunia berada pada peringkat 8 dengan urutan dari peringkat tertinggi Cina, Kanada, Meksiko, Itali, Vietnam, Malaysia, dan Taiwan (REDI, 2007). Permintaan dunia yang terus meningkat menjadi penyebab naiknya nilai ekspor furnitur. Ini terbukti dari peningkatan kinerja ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia selama tahun 2010 mencapai US$ 2,70 miliar dan pada tahun 2009 sebesar US$ 2,25 miliar atau naik 20,17% (Gideon, 2011). Produk-produk furnitur yang terkenal di Indonesia merupakan hasil kerajinan para pengrajin yang tersebar di beberapa kota di Jawa Tengah, seperti Semarang, Jepara, Klaten, Sukoharjo, Kudus, Rembang, Blora dan Sragen.

Perkembangan industri furnitur di Indonesia khususnya di Jawa Tengah tidak lepas dari beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut adalah terjadinya kesenjangan yang tinggi antara ketersediaan (supply) dan permintaan (demand) bahan baku, persaingan tidak sehat diantara industri mebel kayu, kelangkaan bahan baku dan harga bahan baku kayu yang fluktuatif dikalangan para pemasok kayu, kurangnya akses informasi pasar, dan permintaan legalitas keaslian bahan baku oleh negara pengimpor (Kemenhut, 2010). Dari beberapa permasalahan tersebut, permasalahan yang paling sering dihadapi oleh industri furnitur adalah ketersediaan bahan baku (Sutopo, dkk., 2012). Masalah ketersediaan bahan baku adalah masalah yang paling kritis yang perlu disoroti oleh para pengrajin furnitur.

Para pengrajin produk-produk furnitur menggunakan bahan baku utama kayu jati. Menurut Hisjam, dkk. (2011b), kayu jati merupakan bahan baku utama pada industri furnitur yang memiliki kualitas ekspor tinggi. Pemilihan kayu jati sebagai bahan baku utama karena kayu jati memiliki karakteristik mudah di

commit to user

I-2

proses, kuat, tahan lama, dan yang terpenting memiliki aspek keindahan. Selain itu, sebagian besar hutan produksi Perum Perhutani merupakan hutan tanaman jati (Tectona grandis). Hutan produksi berisi 498.813 ha area produksi tanaman jati dan 220.598 ha untuk area lain (Hisjam, dkk., 2010).

Perum Perhutani (PP) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Visi PP adalah menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk itu, PP diharapkan mampu memberikan pemasukan keuangan negara dan tetap menjaga kelestarian hutan. Kontribusi dalam memberikan pemasukan keuangan negara dilakukan dengan pengelolaan hasil hutan (kayu jati) untuk pasokan bahan baku ke industri furnitur. Selain memberikan pasokan bahan baku industri furnitur yang memadai dan dengan harga yang terjangkau secara berkelanjutan, PP juga memiliki tugas untuk tetap menjaga kelestarian hutan. Dua hal tersebut harus berjalan dengan selaras, namun untuk menyelaraskan kedua hal tersebut tidaklah mudah.

Dalam pelaksanaan tugasnya, PP mengalami beberapa masalah. Adanya pembalakan liar menyebabkan kerugian yang besar bagi negara. Seperti kasus pembalakan liar di Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bojonegoro, Jawa Timur menyebabkan kerugian sebesar Rp.2 miliar akibat sedikitnya 4.265 pohon ditebang oleh para pembalak liar (Media Indonesia, 2011). Oleh karena itu, PP perlu mengeluarkan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) seperti yang telah diatur dalam PER- 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Hutan memang perlu dilindungi dan dilestarikan. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari kelestarian hutan. Salah satu manfaat hutan adalah sebagai paru-paru bumi yang menghasilkan oksigen untuk kehidupan dan menjaga keseimbangan iklim. Iklim yang buruk diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang tidak seimbang dengan kelestarian hutan. Hal ini menyebabkan adanya global warming yang merupakan dampak menurunnya fungsi hutan sebagai

penyerap karbon dioksida (CO 2 ).

commit to user

I-3

Menurut Hester, dkk. (2010), bahan bakar fosil memberikan 81% dari pasokan energi komersial di dunia. Konsumsi bahan bakar fosil menghasilkan

hampir 30 Pg (petagram) CO 2 per tahun. Sampai saat ini, hampir semua CO 2 telah

dirilis ke atmosfer. Di masa lalu, atmosfer dianggap cukup besar untuk

menampung setiap tambahan CO 2 , tetapi kandungan CO 2 dari atmosfer kini telah

meningkat lebih dari sepertiga sejak awal revolusi industri, yaitu dari 280 part per

million (ppm) sekarang menjadi 385 ppm. Peningkatan kandungan CO 2 perlu

ditanggulangi dengan adanya keberadaan hutan sebagai area penyerapan karbon. Hal ini dapat dikendalikan dengan adanya sistem perdagangan karbon sehingga hutan tidak hanya memberikan pemasukan keuangan dari penjualan atau pengolahan kayu, tetapi juga dari perdagangan karbon.

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.30/Menhut-II/2009, perdagangan karbon merupakan kegiatan perdagangan jasa yang berasal dari kegiatan pengelolaan hutan yang menghasilkan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Sedangkan menurut Razak (2007a), perdagangan karbon adalah menjual kemampuan pohon untuk menyerap sejumlah karbon yang dikandung di atmosfer agar disimpan didalam biomasa pohon untuk waktu yang ditentukan. Perdagangan karbon dilakukan antara PP (penjual kredit karbon) dan pembeli kredit karbon. PP menyediakan lahan yang dipertahankan untuk area perdagangan karbon sedangkan pembeli kredit karbon merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

Salah satu industri furnitur yang mendapatkan pasokan bahan baku kayu jati adalah Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) – salah satu kesatuan bisnis mandiri yang dimiliki PP. Produk yang dihasilkan oleh KBM IKB adalah Garden Furniture, Housing Component, Flooring, Parquet, dan Finger Joint Laminating . Untuk dapat memaksimalkan profit, KBM IKB harus memaksimalkan penggunaan kayu jati yang telah di alokasikan PP dan meminimalkan limbah hasil pengolahan.

Selain aspek ekonomi, KBM IKB juga perlu memerhatikan aspek lingkungan. Suatu perindustrian seperti KBM IKB tentu menghasilkan limbah sisa hasil produksi furnitur. Limbah yang dihasilkan berupa sisa hasil pengolahan

commit to user

I-4

furnitur seperti serbuk sisa penggergajian kayu dan kayu sisa-sisa pemotongan (tungkel). Tidak semua limbah yang dihasilkan KBM IKB tidak bermanfaat. Limbah yang dihasilkan KBM IKB dapat dijadikan bahan bakar dan atau langsung dijual. Untuk limbah tungkel dapat digunakan sebagai bahan bakar di kiln dry atau langsung dijual dan limbah serbuk langsung dijual. Tentunya hal ini akan menambah pemasukan bagi KBM IKB. Limbah yang dihasilkan perlu diminimalisir agar penggunaan log kayu jati dapat dimaksimalkan.

KBM IKB juga harus memerhatikan keselamatan dan kesehatan karyawannya. Ini dapat diwujudkan dengan pengadaan APD (Alat Pelindung Diri) untuk masing-masing karyawan. Pengadaan APD ini telah diatur dalam PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 (1) yang menyatakan bahwa pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Tidak hanya pada KBM IKB, PP juga perlu memerhatikan keselamatan dan kesehatan karyawannya.

Dari kajian hubungan PP sebagai pemasok dan KBM IKB sebagai pemanufaktur, dapat dilihat permasalahan dalam aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dalam aspek ekonomi, PP harus memasok log kayu jati agar KBM IKB dapat memenuhi permintaan pasar dan tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan cara melakukan perdagangan karbon. Dilihat dari aspek lingkungan, PP perlu menjaga ketersediaan lahan untuk perdagangan karbon sedangkan KBM IKB perlu meminimasi limbah agar dapat memaksimalkan penggunaan log kayu jati. Dilihat dari aspek sosial, PP perlu mengeluarkan CSR untuk menjaga kesejahteraan rakyat sekitar dan melakukan pengadaan APD untuk karyawannya. KBM IKB juga perlu melakukan pengadaan APD untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Selain itu, pengadaan APD perlu dilakukan untuk audit Sistem Verivikasi Legalitas Kayu (SVLK).

Penelitian terdahulu terkait hubungan pemasok pemanufaktur dilakukan oleh Zhou, dkk. (2000) dan Habibie, dkk. (2012). Model yang dikembangkan oleh Zhou, dkk. (2000) meneliti tentang optimisasi supply chain untuk produksi yang berkelanjutan. Dalam model ini telah dipertimbangkan aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Model Zhou, dkk. (2000) hanya mempertimbangkan kepentingan satu perusahaan. Sedangkan model yang dikembangkan oleh

commit to user

I-5

Habibie, dkk. (2012) merupakan model yang telah mempertimbangkan aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan pada hubungan dua perusahaan, yaitu PP sebagai pemasok dan VSU sebagai pemanufaktur.

Pada penelitian sebelumnya, faktor perdagangan karbon belum dipertimbangkan. Pada penelitian ini dikembangkan model hubungan pemasok pemanufaktur yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainability) yaitu mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Cetinkaya, dkk., 2011) dengan melibatkan adanya perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati. Penelitian ini dikembangkan untuk membuat pandangan baru tentang hubungan pemasok dengan pemanufaktur tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana model s-SC pada hubungan antara pemasok dan pemanufaktur yang melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati?

2. Upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai lingkungan bagi pemasok kayu jati dan bagi industri furnitur?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan keterkaitan antara pemasok log jati (pengelola hutan jati), pemanufaktur furnitur, dan pembeli kredit karbon pada sistem rantai pasok furnitur.

2. Membuat model s-SC pada hubungan antara pemasok dan pemanufaktur yang melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati.

commit to user

I-6

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model s-SC diharapkan membantu Perum Perhutani dalam hal penentuan jumlah area hutan yang ditanam, jumlah area hutan yang dipertahankan sebagai penyerap karbon, dan jumlah area hutan yang dipanen serta memberikan usul dalam mengeluarkan biaya CSR dan pengadaan APD

sehingga ekosistem hutan jati tetap terjaga.

2. Mendukung keberlanjutan produksi pada industri furnitur KBM IKB, meminimalisisr limbah yang dihasilkan, dan meningkatkan keselamatan dan kesehatan karyawan.

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Periode waktu perencanaan yang digunakan adalah tahunan selama lima tahun, yaitu tahun 2007 – 2011.

2. Densitas karbon Kelas umur (KU) pohon jati yaitu KU I – VI.

3. Perum Perhutani KPH Kendal sebagai area hutan jati.

4. Perdagangan karbon dilakukan pada pohon jati dengan umur pohon di atas 5 tahun.

1.6 Asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perum Perhutani menyediakan lahan untuk perdagangan karbon.

2. Luas area hutan perdagangan karbon merupakan sisa total luas hutan setelah dilakukan pemanenan pohon jati.

3. Ada pembeli kredit karbon yang bersedia menurunkan emisi karbon dengan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (PP dan pembeli kredit karbon).

commit to user

I-7

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Tinjauan pustaka berisi tentang definisi supply chain management , definisi sustainable supply chain management, konsep permodelan sistem serta aplikasinya dalam pengembangan model matematis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tahapan pelaksanaan penelitian secara umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, gambaran keterkaitan rantai pasok furnitur, model s-SC, analisis dan interpretasi hasil, serta pemberian saran dan kesimpulan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah, pengembangan model beserta batasan-batasannya untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai permasalahan yang dirumuskan, analisis sensitivitas, dan analisis kesalahan.

commit to user

I-8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saran- saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada baik untuk instansi terkait maupun untuk penelitian selanjutnya.

commit to user

II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat teori-teori relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah yang terdapat pada penelitian ini.

2.1 Profil Perusahaan

Pada sub bab ini akan dipaparkan profil perusahaan sebagai tempat yang disoroti pada pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Profil Perum Perhutani

Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Sebagai BUMN, Perum Perhutani mengusahakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Perum Perhutani didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1972, kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1978 seterusnya keberadaan dan usaha-usahanya ditetapkan kembali berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1986 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003. Saat ini dasar hukum yang mengatur Perum Perhutani adalah Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010.

Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi seluruh hutan yang terdapat di dalam Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten kecuali Hutan Suaka Alam, Hutan Wisata dan Taman Nasional. Luas kawasan hutan yang menjadi wilayah kerja Perum Perhutani seluruhnya adalah 2.426.206

ha, terdiri dari Hutan Produksi 1.767.304 ha dan Hutan Lindung 658.902 ha yang tersebar dalam wilayah kerja perusahaan di Unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa Timur dan Unit III Jawa Barat & Banten.

commit to user

II-2

Tabel 2.1 Wilayah Kerja Perum Perhutani

UNIT KERJA PROPINSI HP(ha) HL(ha) LUAS TOTAL(ha)

Unit I

Jawa Tengah 546.290 84.430

630.720 Unit II

Jawa Timur

809.959 326.520

1.136.479 Unit III

- Jawa Barat 349.649 230.708

Total Unit III 411.055 247.952

Sumber: Public Summary Perum Perhutani KPH Kendal, 2011

Wilayah kerja perusahaan terbagi menjadi 3 Unit dengan 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan perusahaan, Perum Perhutani didukung pula oleh 13 Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM), satuan kerja perencanaan sumberdaya hutan (SDH) yang terdiri dari 13 Seksi Perencanaan Hutan (SPH), dengan rincian sebagai berikut :

1. Unit I Jawa Tengah terdiri dari : 20 KPH ; 2 KBM Pemasaran; 2 KBM Industri Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa Lingkungan dan Produksi lainnya serta 4 SPH ; seluas 630.720 ha.

2. Unit II Jawa Timur terdiri dari: 23 KPH ; 3 KBM Pemasaran; 1 KBM Industri Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa Lingkungan dan Produksi lainnya serta 5 SPH ; seluas 1.126.958 ha.

3. Unit III Jawa Barat dan Banten terdiri dari:14 KPH ; 1 KBM Pemasaran; 1 KBM Industri Kayu Non Kayu; 1 KBM Agroforestry Ekologi dan Jasa Lingkungan (AEJ) serta 4 SPH ; seluas 684.423 ha. Selain itu Perum Perhutani juga memiliki satuan kerja pendukung yaitu Kantor Pusat, 3 Kantor Unit, 1 Puslibang SDH, 1 Pusdiklat SDM dan 3 Kantor Biro Perencanaan.

2.1.2 Visi dan Misi Perum Perhutani

Visi PP adalah “Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sedangkan misi PP adalah sebagai berikut:

1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestry serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna

commit to user

II-3

menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan berkelanjutan.

2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal, memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.

3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.

2.1.3 Profil KBM IKB

Kesatuan Bisnsis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) adalah salah satu kesatuan bisnis mandiri yang dimiliki Perum Perhutani. KBM IKB merupakan salah satu kegiatan pengolahan Perum Perhutani yang bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah yang setinggi-tingginya dari hasil pengolahan bahan baku log yang diproduksi sendiri oleh Perum Perhutani. Tugas pokok KBM IKB adalah meningkatkan nilai tambah produk-produk kayu sehingga bisa memberikan kontribusi maksimal pada perusahaan.

Adapun produk-produk kayu yang diproduksi dan dijual adalah kelompok produk yang bersertifikat FSC (Forest Stewarship Council), yaitu:

Tabel 2.2 Produk-Produk KBM IKB

No Product Group

Material Category

System Control

Garden Furniture

381

Outdoors & Indoors

Jati

FCS Pure Transfer

FSCPure Transfer

FCS Pure Transfer

Housing Component

FCS Pure Transfer

Sumber : KBMIK-BRB/PM/PA-PM/00

Dengan sumber bahan baku log berasal dari raw material yang status produknya adalah FSC Pure dan kapasitas terpasang yang ada pada KBM IKB adalah sebesar 10.500 m 3 log per tahun.

commit to user

II-4

Target pasar utama KBM IKB adalah pasar dalam negeri dan ekspor terutama produk furnitur, RST, flooring, dan housing component sesuai permintaan pasar.

2.1.4 Visi dan Misi KBM IKB

Sebagai unit pelaksana bisnis Perum Perhutani KBM IKB melaksanakan fungsi Perum Perhutani dalam memproduksi barang dan jasa bermutu tinggi untuk menghasilkan nilai yang setinggi-tingginya untuk memupuk keuntungan perusahaan dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi nasional di bidang kehutanan.

Adapun visi KBM IKB adalah “Menjadi salah satu unit bisnis Industri Kayu yang terpercaya dan menjadi andalan di Perum Perhutani”. Sedangkan misi KBM IKB adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan.

2. Memperluas pangsa pasar dan meningkatkan komunikasi dan informasi serta konsisten menjamin kepuasan pelanggan.

3. Selalu membangun semangat dan situasi kerja yang kondusif.

4. Menjamin kesiapan SDM, sarana dan alat produksi dan kecukupan bahan baku industri untuk kelancaran proses produksi yang konsisten, terjadwal dan tepat mutu, tepat waktu, dan tepat jumlah produk yang berkualitas.

2.2 Supply Chain Management

Menurut Chopra, dkk. (2004), supply chain terdiri dari semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi sebuah permintaan pelanggan. Supply chain tidak hanya mencakup produsen dan pemasok, tetapi juga transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Dalam setiap organisasi, seperti produsen, supply chain mencakup semua fungsi yang terlibat dalam penerimaan dan pengisian permintaan pelanggan. Fungsi ini tidak terbatas pada pengembangan produk baru, pemasaran, operasional, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan.

Supply Chain Management (SCM) dikenal sebagai integrasi rantai pasokan atau optimasi rantai pasokan (León-Peña, 2008). SCM merupakan proses pengoptimalan kinerja perusahaan dalam berinteraksi dengan pemasok dan

commit to user

II-5

pembeli untuk membawa produk ke pasar agar lebih efisien. Menurut Cetinkaya, dkk. (2011), SCM mencakup semua kebutuhan pergerakan dan penyimpanan bahan baku, persediaan Work In Process (WIP), dan barang jadi dari titik awal ke titik konsumsi.

Berikut adalah gambaran umum implementasi SCM pada industri furnitur.

Gambar 2.1 Gambaran Umum SCM pada Industri Furnitur

Sumber: Hisjam, dkk. (2011a)

2.3 Sustainable Supply Chain Management

Definisi sebenarnya dari manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan (s- SC) harus mempertimbangkan semua masalah ekonomi, sosial dan lingkungan yang relevan (Cetinkaya, dkk., 2011). Keberlanjutan suatu bisnis tidak hanya mengacu pada aspek ekonomi saja, melainkan juga mempertimbangkan aspek sosial, dan lingkungan. Aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi harus dipertimbangkan dan ditambahkan ke dalam sistem operasi untuk mengatur kriteria kinerja, seperti kualitas, biaya, dan fleksibilitas (Ageron, dkk., 2011). Dengan mempertimbangkan ketiga aspek tersebut, akan mengurangi risiko jangka panjang terkait dengan penipisan sumber daya, fluktuasi biaya energi, dan pengelolaan polusi dan limbah. Pada Tabel 2.3 dipaparkan perbedaan antara SCM konvensional dan s-SCM.

commit to user

II-6

Tabel 2.3 Perbedaan SCM Konvensional dan s-SCM

Sumber : Centikaya, dkk. (2011)

Bidang masalah dan ruang lingkup s-SCM digambarkan dalam House of Sustainable Supply Chain Management oleh Teuteberg dan Wittstruck (2010). Tiga dimensi sustainability yang divisualisasikan di sini merupakan pilar yang

diperlukan untuk menjaga keseimbangan bangunan. Manajemen risiko dan peraturan menjadi pondasi bangunan. Dalam rangka untuk mencapai keuntungan jangka panjang, risiko harus diidentifikasi dan dikurangi. Hukum, pedoman, dan standar merupakan titik awal untuk implementasi prinsip sustainability dan praktek sepanjang rantai pasokan.

Kajian s-SCM pada Gambar 2.2 dapat meningkatkan nilai tambah pada tiga pilar House of Sustainable Supply Chain Management. Upaya untuk meningkatkan nilai tambah pada ketiga pilar tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan model sehingga dapat memaksimalkan manfaat, meminimalkan risiko dan biaya.

Berikut adalah gambar House of Sustainable Supply Chain Management.

Gambar 2.2 House of Sustainable Supply Chain Management

Sumber: Teuteberg dan Wittstruck (2010)

commit to user

II-7

2.4 Model Sistem

Menurut Daellenbach dan McNickel (2005), model merupakan deskripsi atau analogi yang digunakan untuk membantu untuk memvisualisasikan sesuatu (seperti atom) yang tidak dapat langsung diamati, meskipun dalam beberapa kasus aspek-aspek tertentu dari itu bisa diamati. Oleh karena itu model sistem adalah representasi dari semua bagian penting dari suatu sistem.

Sebuah model dapat berupa ikonik, analog, atau simbolis. Berkut adalah pemaparannya:

1. Model ikonik adalah reproduksi benda fisik, biasanya untuk skala yang berbeda dan dengan detail yang berbeda dan detail yang lebih sedikit dari objek aslinya.

2. Model analog adalah representasi yang menggantikan sifat atau fitur dari apa yang dimodelkan dengan cara alternatif seperti bahwa model ini mampu meniru apapun aspek dari hal nyata yang menjadi kepentingan untuk pembuat model tersebut. Misalnya, perbaruan gambar secara simultan yang diamati pengawas lalu lintas udara di monitor radar analog.

3. Model simbolis merupakan representasi dari hubungan antara berbagai entitas atau konsep melalui simbol. Tipe lain dari model simbolik adalah model matematika. Model matematik dinyatakan dalam bentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi-fungsi matematis. Dalam sebuah model matematis, entitas yang ada dinyatakan dalam bentuk variabel dan parameter.

Pemodelan sistem merupakan aktivitas atau proses konseptualisasi dari sebuah sistem yang akan diamati menjadi sebuah model. Menurut Daellenbach dan McNickel (2005), langkah-langkah dalam memodelkan sistem adalah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 7E MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Geneng Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 20112012)

0 0 88

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011

0 1 152

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MEROKOK DENGAN DERAJAT BERAT MEROKOK

0 0 72

POLA PERILAKU KONSUMSI JILBAB DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KALANGAN KOMUNITAS “SOLO HIJABERS” KOTA SURAKARTA

0 0 141

HUBUNGAN INTENSITAS KECANDUAN ONLINE GAMES TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MASA AWAL REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 60

OPTIMALISASI PORTOFOLIO SAHAM PADA INDEKS LQ-45 DENGAN PENDEKATAN BAYES MELALUI MODEL BLACK-LITTERMAN

0 0 44

HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI MELALUI MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 44

APLIKASI PEMBELAJARAN MODEL BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI (Penelitian Quasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 20092010)

0 1 90

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

1 4 134

HUBUNGAN KECANDUAN ONLINE GAME DENGAN KECEMASAN PADA REMAJA PENGUNJUNG GAME CENTRE DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 58