Menghormati suami Pintar dan kreatif

masalah orang lain. Aku menerima, tapi juga memberi.” Lirih adalah perempuan yang maju. Ia selalu berpikir kearah depan dalam bertindak. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dianalisis jika Lirih adalah perempuan yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia berpikir bahwa pekerjaan yang ia miliki tidak hanya cara mencari kekayaan utuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat bermanfaat untuk orang lain. Perempuan yang berpikir seperti itu merupakan perempuan yang memiliki jiwa berkarier. “Wis didhaftar ngangge mobile Pak Piko. Barengan mbarek Srinawang, juru clerong-clerong.” CPP: 39 “Sudah mendaftar pakai mobilnya Pak Piko. Bersama- sama dengan Srinawang juru tata rias.” Dalam novel CPP, Srinawang bekerja menjadi juru tata rias. Ini membuktikan pandangan pengarang, jika seorang perempuan tidak hanya bisa bekerja diwilayah domestik saja. Perempuan sudah bisa bekerja diwilayah publik, dengan keterampilan yang dimilikinya.

c. Menghormati suami

Dalam novel CPP pengarang juga berpandangan bahwa perempuan walaupun sudah memiliki karier tetapi mereka harus tetap menjadi ibu rumah tangga ketika berada di rumah. “Kaya pakulinane, Suradira maca buku, Langit uwet ngatur blanja lan mangsakan kanggo sesuke...” CPP: 232 “Seperti kebiasaan, Suradira membaca buku, Langit sibuk mengatur belanja dan masakan untuk esok hari...” Perempuan dan laki-laki memang sudah memiliki hak yang sama, tetapi menurut kodratnya mereka berbeda. Kodrat perempuan adalah hamil, melahirkan, dan menyusui. Hal-hal tersebut tidak mungkin di gantikan perannya oleh laki-laki. Walaupun Langit adalah wanita karir, tetapi ia tetap memiliki keluarga. Di dalam rumah, ia adalah seorang istri yang harus menghormati suaminya sebagai kepala rumah tangga. Ketika di kantor, ia adalah seorang pimpinan yang harus memberikan contoh yang baik kepada pegawai-pegawainya. “Wong wadon kuwi suwarga nunut neraka katut” CPP: 204 “Perempuan itu surga ikut neraka ikut” Perempuan Jawa tidak boleh berada di atas suaminya. Itulah sebabnya perempuan tidak boleh berada di ruang publik. Hal itu akan dianggap saru. Mungkin karena pengarang merupakan orang Jawa, pandangannya tentang perempuan adalah bahwa perempuan harus tetap menjaga kedudukan suaminya.

d. Pintar dan kreatif

Terkadang laki-laki dianggap lebih hebat daripada perempuan. Dalam hal kemampuan maupun kecerdasan, laki-laki juga dianggap lebih daripada perempuan. Pada kenyataannya perempuan yang cerdas dan kreatif sudah banyak dijumpai. Pada novel CPP pengarang menunjukan pandangannya tentang perempuan bahwa seorang perempuan bukan orang yang bodoh. Mereka bisa melakukan pekerjaan dengan akalnya, tidak hanya dengan fisik saja. Dengan kemampuan yang dimilikinya, perempuan dapat membuktikan ke semua orang. Jika orang-orang disekelilingnya dapat menghargai kemampuannya, ini dapat mengangkat derajatnya sebagai perempuan. Pandangan pengarang tentang perempuan yang pintar dan kreatif dimunculkan memalui tokoh Lirih. Berikut kutipan-kutipan berdasarkan reaksi tokoh lain terhadap tokoh Lirih. “Baguuuss” “Wis aku percaya Profesional banget, kowe dhik Tutugna dhisik. Mengko prekara sembulih apa kontrake dipetung mburi...” CPP: 102 “Baguuuss “Aku percaya Profesional sekali, kamu dik Lanjutkan dulu. Nanti masalah bayaran apa kontrak dihitung belakangan...” “Wah, apik banget, mbak. Apik banget. Luwih hebat tinimbang Titien. Titien yen ana onya sithik wae, mesthi njaluk warah Pak Teja. Dhik Lirih iki, ora sah diomongi Dhik Trengginas, wis bisa nggoleki klirune...” CPP: 104 “ Wah, bagus sekali, mbak. Bagus sekali. Lebih bagus daripada Titien. Titien kalau ada kesulitan sedikit saja, mesti minta bantuan Pak Teja. Dik Lirih ini tidak perlu diajarin Dik Trengginas, sudah bisa mencari kekeliruannya...” “Bener Pak Marsidik. Lirih iki profesional tenan” CPP: 104 “ Bener Pak Marsidik. Lirih ini profesional sekali” “Iya. Pancen. Lirih iki trampil banget.” CPP: 124 “Iya. Memang Lirih ini sangat terampil.” Berdasarkan kutipan di atas, menggambarkan jika perempuan juga bisa hebat dan tidak kalah dengan laki-laki. Perempuan juga bisa bekerja dengan cepat dan profesional. Pendapat-pendapat diatas merupakan penggambaran melalui reaksi tokoh lain. Tokoh-tokoh yang berpendapat pada kutipan di atas semuanya adalah laki-laki yaitu Trengginas dan Pak Marsidik. Dengan kehebatan yang dimiliki, perempuan tidak akan dianggap remeh oleh laki-laki. “Wakil Dhirektur Suradira ndomblong. Anggone menehi idin polah lagi wae mingkem, Lirih wis nrancang nandangi tugase, terus beres luwar biyasa kenya iki” CPP: 221 “Wakil Direktur Suradira terkejut. Baru saja dirinya selesei memberi tugas, Lirih sidah mengerjakan tugasnya, terus beres luwar biasa perempuan ini” Menurut reaksi tokoh Suradira, Lirih merupakan perempuan yang luar biasa. Perempuan bukan manusia yang lemah dan lambat dalam melakukan sesuatu. perempuan pada dasarnya sama seperti laki-laki. Jika laki-laki dapat melakukan sesuatu dengan cepat, perempuan-pun bisa. “...Dheweke ki nduweni falsafah prusahakan, visine jembar bawera lan mbejaji...” CPP: 237 “ ...dirinya mempunyai falsafah perusahaan, visinya luas dan meyakinkan...” Kutipan di atas merupakan reaksi dari tokoh Pak Satuhu, Direktur Pratama Manahira Ads. Dia juga sangat bangga memiliki pegawai sperti Lirih. Segala tindakan yang dilakukan Lirih sangat bagus dan menguntungkan bagi perusahaan. Seperti diketahui bahwa sebuah perusahaan sebisa mungkin mengeluarkan modal sekecil-kecilnya tapi mendapatkan keuntungan yang sebesar- besarnya. Lirih memiliki falsafah perusahaan seperti demikian.

e. Menarik