4.2 Pandangan Feminisme Pengarang Tentang Perempuan
Pengarang novel Cintrong Paju-Pat adalah Suparto Brata yang notabene adalah seorang laki-laki. Seorang laki-laki dapat menjadi feminis jika sikap dan
tingkah laku mereka menunjukan sikap menghargai dan menghormati perempuan. Laki-laki yang mendukung ide-ide feminis disebut male feminist. Pandangan
pengarang tentang perempuan dikaji menggunakan teori feminisme. Pandangan feminisme pengarang tentang perempuan digambarkan melalui tokoh utama
perempuan dan tokoh tambahan perempuan. Pandangan feminisme pengarang lebih dominan dimunculkan pada tokoh Lirih Nagari. Tokoh Lirih berdasarkan
penampilannya dapat dikategorikan sebagai tokoh protagonis. Dalam menganalisis penelitian ini, penulis memakai teori feminisme dari Tong. Berikut
kutipan-kutipan yang menunjukan pandangan feminisme pengarang tentang perempuan dalam novel Cintrong Paju-Pat yang menunjukan citra perempuan.
a. Berpendidikan
Melalui tokoh perempuan utama dan tokoh perempuan tambahan, pengarang menunjukan pandangan feminisnya bahwa perempuan juga berhak
menikmati pendidikan yang sama seperti laki-laki. Lirih adalah seorang gadis yang berasal dari desa dan anak dari seorang janda. Ia mampu bersekolah sampai
SMA bahkan setelah lulus ia melanjutkan kursus komputer. Abrit pernah kuliah di ITS dan Langit dapat menguasai bahasa Inggris. Dengan pendidikan yang dimiliki
seorang perempuan dapat menentukan nasibnya sendiri. “ ora. Simbokku wis hebat, randha anak telu bisa dirampungake
kabeh sekolahe nganti SMA. Simbok, embuh sekolahe biyen apa, ning kiraku ora nganti SMA, duwe panguripan dhewe, anak-
anake sing wis padha nyekel ijasah SMA, ya kudu duwe
panguripan dhewe. Jamane simbok, uripe bukak toko mracangan, jamanku uripe ya kudu beda. Manut nuting jaman.
Saiki jaman teknologi maju....” CPP: 59
“Tidak. Ibuku sudah hebat, janda tiga anak bisa menyelesaikan sekolah anaknya sampai SMA. Ibu, tidak tahu dulu sekolahnya
apa, tapi aku kira tidak sampai SMA, punya pekrjaan sendiri, anak-anaknya yang sudah memegang ijazah SMA, ya harus
punya pekerjaan sendiri. Jamannya ibu, hidupnya membuka toko, jamanku hidup harus berubah. Mengikuti perubahan
jaman. Sekarang jaman teknologi maju...”
Pada kutipan di atas, pengarang memandang perempuan sebagai sosok yang hebat melalui tokoh simbok. Dalam novel CPP tokoh simbok hanya tokoh
tambahan yang dimunculkan sekali dan melalui reaksi tokoh lain. Sebagai seorang janda, adalah sebuah kehebatan dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus
SMA. Lirih sangat bangga dengan ibunya, yang dapat membiayainya bersekolah sehingga ia menjadi orang yang berpendidikan. Setelah lulus SMA, Lirih tak puas
hanya mendapatkan pendidikan di SMA. Ia kemudian melanjutkan kursus komputer.
“Tambah kursus komputer. Aku nguwasani MS word, Excel, e-mail, databis, lotus, lan program aplikasi liyane.”
CPP: 59 “Tambah kursus komputer. Aku menguasai MS word, Ex-cel, e-
mail, databis, lotus, dan program aplikasi lainnya.” “Kula saged komputer excel, databis, lotus, programming, Basa
Inggris fluently.” CPP: 160
“Saya bisa komputer excel, databis, lotus, programming, Basa Inggris Fluently.”
Setelah mengikuti pendidikan kursus komputer, Lirih menguasai
beberapa hal yang berhubungan dengan komputer. Kemampuannya itu menjadi
salah satu bekalnya untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Pertama, ia bekerja di Metro Manunggal Film
mengetik suara rekaman shooting. Selanjutnya, dengan kemampuannya itu pula, Lirih menjadi pegawai yang dibanggakan oleh atasan-
atasannya di Manahira Advetising Agency. “Bale Prodhuksi Manahira Advertising Agency. Ada yang bisa
saya bantu? Oh, Mrs Patterson. Yes. Yes. Its finished already. Okey. Very good. Thank you. Would you please...”
CPP: 182
Kutipan di atas, tokoh Langit berbicara dengan orang asing sehingga ia menggunakan bahasa Inggris. Seorang perempuan yang menguasai bahasa Inggris
termasuk orang yang pintar. Pekerjaan yang dilakukan Langit sudah berhubungan dengan orang asing. Ini membuktikan bahwa seorang perempuan juga dapat
bekerja di sektor publik.
b. Berkarier