lain terhadap tokoh utama, atau tokoh utama yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain Nurgiyantoro,
2002:209 7.
Teknik Pelukisan Latar Pelukisan keadaan latar sekitar tokoh secara tepat akan mampu
mendukung teknik penokohan secara kuat walau latar itu sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang berada di luar kedirian tokoh Nurgiyantoro, 2002:210.
Pengarang yang menceritakan keadaan lingkungan tokoh yang jorok, mengakibatkan kesan kepada pembaca terhadap tokoh tersebut sebagai tokoh
yang tidak suka kebersihan. 8.
Teknik Pelukisan Fisik Pelukisan wujud fisik tokoh berfungsi untuk lebih mengintensifkan sifat
kedirian tokoh Nurgiyantoro, 2002:210. Keadaan fisik tokoh harus dilukiskan oleh pengarang, agar keadaan tokoh dan sifat tokoh dapat berkaitan. Pelukisan
tokoh juga memiliki kelebihan mengakibatkan daya imajinasi pembaca dapat aktif. Masing-masing pembaca dapat menggambarkan sosok tokoh tersebut sesuai
yang dibayangkan pembaca.
2.3 Kerangka Berpikir
Novel Cintrong Paju-Pat menceritakan mengenai tokoh utama perempuan yang bernama Lirih Nagari. Novel ini didominasi oleh tokoh-tokoh
perempuan. Baik sebagai tokoh protagonis maupun antagonis. Lirih Nagari bisa dianggap sebagai tokoh protagonis, sedangkan Abrit Mayamaya adalah tokoh
antagonis. Kedua tokoh ini saling beroposisis sehingga menimbulkan adanya peristiwa-peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh inilah yang akan
dijadikan data dalam skripsi ini. Citra perempuan yang diperlihatkan pada novel Cintrong Paju-Pat
berbeda-beda pada setiap tokoh. Citra perempuan dapat dilihat dari citra fisik, citra perilaku, citra psikis, dan citra sosial. Citra perempuan yang ditampilakn
tokoh protagonis berlawanan dengan tokoh antagonis. Kedua tokoh ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Lirih merupakan gadis desa anak dari keluarga
biasa. Ayahnya seorang guru SD dan penulis sastra Jawa. Abrit adalah anak dari Jendral yang hidupnya sangat berkecukupan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan feminis dan teori feminisme. Digunakannya teori feminisme karena penelitian ini mengkaji tentang tulisan
pengarang laki-laki yang menceritakan tentang serorang perempuan. Melalui teori ini, pandangan pengarang tentang perempuan dapat diapahami. Pendekatan
feminisme digunakan karena novel CPP mengangkat masalah perempuan dan citra perempuan melalui tokoh-tokoh perempuan. Semoga dengan adanya
penelitian tentang citra perempuan, dapat dijadikan acuan yang relevan bagi perempuan-perempuan pada masa kini.
43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan feminis. Pendekatan ini digunakan karena novel Cintrong Paju-Pat mengangkat
masalah feminisme dan citra perempuan melalui tokoh perempuan. Melaui pendekatan feminis, pandangan pengarang tentang tokoh perempuan dan citra
perempuan dalam novel Cintrong Paju-Pat dapat dikaji karena masalah dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh dan penokohan dan juga citra
perempuan dalam novel CPP. Penggunaan teori feminisme dilakukan untuk memahami bagaimana
pandangan pengarang tentang perempuan. Penelitian ini melihat bahwa feminisme dalam karya sastra dapat dilihat melalui sikap dan watak tokoh pada setiap
kejadian yang dialaminya. Pengkajian novel Cintrong Paju-Pat dilakukan dengan cara mengungkap penggambaran tokoh perempuan dalam novel Cintrong Paju-
Pat dan mengungkap pandangan feminisme pengarang tentang perempuan dan
citra perempuan dalam novel Cintrong Paju-Pat . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
struktural karena penelitian ini menitikberatkan pada pada teks sastra yang berupa novel. Metode analisis struktural digunakan dalam menganalisis unsur-unsur
pembangun dalam novel Cintrong Paju-Pat dalam hal ini adalah penggambaran tokoh dan penokohan tokoh perempuan.