sedangkan kutipan di atas adalah percakapan Kinyis dan Lirih. Kutipan di atas hampir sama dengan kutipan sebelumnya. Lirih dengan berani mengomentari
perkataan Bu Kinyis yang mengatainya palanyahan. Ia tidak takut walaupun orang tersebut derajat sosialnya lebih tinggi. Pandangan pengarang tentang
perempuan bahwa perempuan adalah sosok yang berani juga dicitrakan pada tokoh Abrit.
“Emoh aku
yen dicencang-cencang
ngono. Ngrusuhi
kebebasanku nglakoni karir Ra sah diterke. Perusahakan wis nanggung, kok.”
CPP: 43 “Tidak mau aku kalau diatur-atur begitu. Menganggu
kebebasanku menjalankan karir Tidak usah dianterin. Perusahaan sudah menanggung, kok.”
Abrit adalah seorang selebritis yang sudah sangat sukses. Dapat dikatakan bahwa Abrit merupakan wanita karir. Abrit sangat menentang
perjodohan yang dilakukan ibunya. Menurut feminisme eksistensialis, tidak ada seorang-pun yang berhak mengatur-atur atau menghambat kebebasannya untuk
maju.
h. Mandiri
Perempuan yang bisa hidup mandiri adalah perempuan yang dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Perempuan yang berpandangan feminis,
dapat menentukan kehidupannya sendiri. Ia harus bisa menghilangkan ketergantungannya pada orang lain, terutama bapak maupun saudara laki-laki.
Memang tak dapat dipungkiri jika peran bapak dan saudara laki-laki dalam masyarakat Indonesia memang masih sangat kuat.
“... Lirih wingi pancen rumangsa dadi wong miskin, wong wis
kudu metu saka pangrekuhe simboke, kudu golek urip dhewe, nanging durung oleh pemetu. Nanging nyatane saiki durung
nganti sepuluh dina pisah karo simboke, wis nampa satus ewu rupiyah Lirih wis dudu wong miskin maneh. Lan yakin, urip
kudu mandhiri pisah karo simboke sabanjure, lirih ora perlu oleh dhana kompensasin BBM. Laku urip kuwi kawiwitan saka
keyakinan. Yakin bisa urip makmur, ya urip makmur tenan” CPP: 134
“... Lirih kemaren memang merasa menjadi orang miskin, sudah harus keluar dari tanggung jawab ibunya, harus mencari
penghidupan sendiri, tetapi belum dapat jalannya. Tapi nyatanya sekarang belum sampai sepuluh hari berpisah denga ibunya,
sudah menerima seratus ribu rupiyah Lirih sudah bukan orang miskin lagi. Dan yakin, hidup harus mandhiri pisah dengan
ibunya selanjutnya, Lirih tidak perlu mendapat dana kompensasi BBM. Hidup itu diawali dari sebuah keyakinan. Yakin bisa
hidup makmur, ya hidup makmur beneran Kutipan di atas merupakan pandangan pengarang tentang perempuan
sebagai sosok perempuan yang mandri. Setelah lulus SMA Lirih harus pisah dari ibunya dan mengatur kehidupannya sendiri. Hidup yang ia akan terima tergantung
apa yang ia lakukan.
i. Percaya diri
Pandangan pengarang tentang perempuan yang percaya diri, tergambar melalui tokoh Lirih. Lirih adalah perempuan yang sangat percaya dengan dirinya
sendiri. Ia yakin bisa melakukan hal apa saja asalkan mau belajar. Tidak ada hal tidak bisa dilakukan, semuanya bisa dilakukan jika dari dalam diri seorang
perempuan mempunyai kemampuan dan keyakinan. “... Dakkira aku bisa madeg nyekel marketing niru-niru carane
Bu Langit. Mengko yen kurang pinter, aku dakmaca buku-buku bab marketing...”CPP: 259
“...
Aku kira aku bisa memegang marketing meniru cara Bu Langit. Nanti kalau kurang pinter, aku akan membaca buku-
buku tentang marketing...”
Lirih adalah orang yang percaya dan yakin pada kemampuan yang dimilikinya. Ia bisa belajar apapun dimanapun ia berada. Segala hal yang dilihat
maupun dialaminya merupakan sesuatu yang dapat ia pelajari. Ketika Luhur memintanya untuk menjadi marketing, ia menyanggupinya. Lirih adalah sosok
perempuan yang suka mempelajari hal-hal yang baru. Ia memang belum lama bekerja bersama Langit, tapi ia yakin bisa melakukan pekerjaan menjadi
marketting dengan meniru dari orang lain. Berdasarkan kutipan di atas, pengarang
mengisyaratkan jika belajar bisa dari apa saja, bisa dari membaca buku maupun pengalaman orang lain. Dengan belajar, yang tidak tahu menjadi tahu.
“ Iya Yakin, kuwi pawitanku. Yakin sing positif bakal ngentas uripku. Kuwi sing rata-rata ora diduweni wong Indonesia.
Pawitan utama modhal ati kang yakin positif bisa urip resik makmur ing tanah wutah getihku Indonesia, kuwi aji-ajiku
anggonku ngoyak rejekiku. Mesthi kasile. Mesthi aku bisa nyambutgawe kantoran ing gedhong nyakar langit tingkat
sangalas Heh-heh-heh Ayo semangat, aku bisa” CPP: 143
“Iya Yakin, itu. in yang positif akan memperbaiki hidupku. Itu yang rata-rata tidak dipunyai orang Indonesia. Pawitan utama
modal hati yang yakin positif bisa hidup makmur di tanah tumpah darahku Indonesia, itu aji-ajiku untuk mencari rejeki.
Mesti dapat hasil. Mesti aku bisa bekerja di gedung pencakar langit lantai sembilan belas Heh-heh-heh Ayo semangat, aku
bisa” Pada kutipan di atas melalui reaksi tokoh, pandangan pengarang tentang
perempuan adalah sebagai sosok yang percaya dengan dirinya sendiri. Lirih seorang gadis desa yang menuju Jakarta pastinya tidak tanpa tujuan. Ia bercita-
cita dapat bekerja di gedung-gedung besar di Jakarta. Dengan keyakinan dari dalam dirinya, ia yakin dengan dirinya sendiri jika ia pasti bisa mewujudkan cita-
citanya walaupun ia hanya bermodalkan ijazah SMA.
j. Optimis