j. Optimis
Dari beberapa tokoh perempuan, Lirih yang digambarkan memiliki sifat optimis dalam hidupnya. Melalui tokoh Lirih ini, pandangan pengarang tentang
perempuan bahwa perempuan juga harus bersikap optimis dapat dilihat. “...Sanajan ijasahku mung SMA, yen atiku positif, aku mesthi
bisa urip kepenak. Ora sah ndadak daksesuwun, aku pancen mung nglakoni amanah kersane Allah. Aku duwe piandel,
kapercayan, yen Allah ora marengake aku urip rekasa Sanajan wis mahasiswa, yen wawasan uripe negatif, mbok digrujugi
bandha, semangate ya nglokro, tansah kuciwa marang kahanan...”
CPP: 52 “... walaupun ijasahku hanya SMA, kalau hatiku positif, aku
mesthi bisa hidup enak. Tidak perlu diminta, aku pasti menjalankan perintah Allah. Aku percaya kalau Allah tidak
memberikan aku hidup susah Walaupun sudah mahasiswa, kalau wawasan hidupnya negatif, mempunyai banyak harta,
malas, akan menghadapi kekecewaan....” Kekuatan terdhasyat yang paling bisa mengubah dunia adalah kekuatan
pikiran. Tokoh Lirih selalu berpikir positif dalam menghadapi segala peristiwa yang dialaminya. Sehingga, walaupun ia hanya memiliki ijazah SMA ia yakin
bisa memiliki kehidupan yang baik. Dibawah ini juga kutipan yang menggambarakan perempuan yang optimis.
“Kowe wis tau weruh? Apa ya sing digarap ing kana?, mbok menawa, aku bisa mlebu mrana, nyambutgawe neng kana. Aku
kerep mikir, gedhong gedhe-gedhe, dhuwur-dhuwur kaya mengkono kuwi apa ya ana wong Jawa sing ngenyam urip,
manggon, nyambutgawe neng kana? Apa mung dienggoni wong manca sing sugih-sugih thok? Apa kenya ndesa saka Caruban
kaya aku ngene iki uga bisa ngenyam enake migunakake gedhong nyakar langit ngana kae? Ah, mesthine aku ya duwe
hak, wong kuwi diyasa ya ing tanah wutah getihku. Gedhong gedhe, ya, kantore pabrik pariwara kuwi?”
CPP: 49
“Kamu sudah pernah melihat? Apa ya yang dikerjakan disana? Barang kali aku bisa masuk kesana, bekerja disana. Aku sering
berpikir, gedung besar-besar, tinggi-tinggi seperti itu apa ya ada orang Jawa yang merasakan hidup, menempati dan bekerja
disana? Apa cuma ditempati orang luar negeri yang kaya-kaya saja? Apa gadis desa dari Caruban seperti aku ini juga bisa
merasakan enaknya menggunakan gedung pencakar langit seperti itu? Ah, mestinya aku juga punya hak, gedung itu
dibangun di tanah airku. Gedung besar, ya, kantor pabrik pariwara itu?”
Lirih adalah gadis desa yang sengaja ke Jakarta memang untuk mencari pekerjaan. Sudah seminggu ia berkeliling Jakarta mencari pekerjaan yang ia
inginkan tanpa lelah. Ia bercita-cita dapat bekerja di gedung. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat jika Lirih bukan perempuan yang rendah diri. Ia sangat
percaya diri dan tidak ada seorang-pun yang dapat menghentikan keinginannya untuk
dapat bekerja di sebuah gedung besar, walaupun dia hanya seorang gadis desa. Kutipan di bawah ini juga pandangan pengarang tentang perempuan adalah
sosok yang selalu optimis dalam menjalani kehidupannya. “... Sakuwat kuwi Lirih jan nelangsa Awake gemeter, atine
nggreges Nanging nggegem dhuwit satus ewu rupiyah, saka njero batine wis thukul kuwanene, dheweke wis mesthi slamet
mulih tekan omahe Madu.” CPP: 136
“...
Lirih sangat nelangsa Badannya gemetar, hatinya trenyuh Tapi memegang uang seratus ribu rupiah, dari dalam batinnya
tumbuh keberaniannya, dia mesti selamat pulang sampai rumahnya Madu.”
Lirih tidak tahu daerah Jakarta, tetapi harus ditinggal sendirian ditempat
yang sangat asing baginya. Dalam menghadapi masalah yang menerpanya, ia selalu berpikir optimis jika masalah yang dihadapi pasti dapat deselesaikan.
Karena keoptimisannya itulah, segala masalah yang dihadapi dapat diselesaikan
yang terkadang dengan cara yang tak terduga.
k. Tegas