13
BAB II KAJIAN PUSTAKA LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian novel CPP pernah dilakukan oleh Septiana berjudul Gaya Bahasa dalam Cerbung Cintrong Traju Papat Karya Suparta Brata
2009. Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang, novel Cintrong Paju-Pat
sebelumnya merupakan cerbung Cintrong Traju Papat yang dimuat pada majalah Panjebar Semangat
edisi 102006-412006. Permasalahan yang diangkat oleh Septiana dalam penelitiannya yaitu
mengenai gaya bahasa dalam cerbung Cintrong Traju Papat karya Suparto Brata. Gaya bahasa yang dikaji meliputi kategori leksikal, kategori gramatikal, bahasa
figuratif, konteks dan kohesi. Data diperoleh dari kata atau kalimat yang terdapat dalam cerbung CTP yang mengandung unsur-unsur tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengungkap gaya bahasa yang digunakan Suparto Brata dalam cerbung Cintrong Traju Papat. Pendekatan yang digunakan oleh Septiana
dalam skripsinya yaitu dengan pendekatan stilistika. Metode yang digunakan adalah metode analisis sintesis. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa
gaya bahasa dalam cerbung Cintrong Traju Papat yaitu kategori leksikal meliputi kata benda tembung aran, kata sifat tembung sifat, kata kerja tembung kriya,
kata keterangan tembung katrangan, kata majemuk tembung camboran, kata ulang tembung rangkep, dan kata asing. Kategori gramatikal meliputi klasifikasi
kalimat, jenis frase dan jenis klausa. Bahasa figuratif yang ada meliputi pemajasan
dan skema fonologis. Konteks dan kohesi dimunculkan untuk mengetahui hubungan antara bagian kalimat yang satu dengan yang lain atau kalimat yang
satu dengan yang lain dan juga untuk memperjelas maksud. Penelitian yang dilakukan Septiana seharusnya bukan masalah gaya
bahasanya, karena gaya bahasa yang terdapat dalam cerbung CTP kurang menarik. Seharusnya penelitian yang dilakukan mengenai penggunaan bahasa
ngoko dan krama yang terdapat dalam cerbung Cintrong Traju Papat. Gaya bahasa dalam cerbung Cintrong Traju Papat tidak ada yang luar biasa. Hal yang
paling dominan dalam novel CPP adalah mengenai masalah perempuan. Novel CPP
menyajikan citra perempuan dengan berbagai problema yang ada pada jaman moderen sekarang ini. Maka, penelitian yang penulis lakukan tentang citra wanita
dalam novel Cintrong Paju-Pat sangat baik dan menarik, karena sesuai dengan maksud pengarang.
Penelitian sebelumnya yang masih relevan karena sama-sama mengkaji tentang citra perempuan dan menggunakan teori feminisme adalah penelitian yang
dilakukam Dwi Sulistyorini dalam tesisnya yang berjudul Citra Wanita Dalam Kumpulan Cerpen Lakon Di Kota Kecil Karya Ratna Indraswari Ibrahim 2005,
penelitian yang dilakukan oleh Wahidah Nurhidayah Amalatun dalam skripsinya yang berjudul Citra Perempuan dalam Novel Anteping Tekad Karya AG Suharti
2010. Dwi Sulistyorini dalam tesisnya yang mengkaji kumpulan cerpen Lakon di
Kota Kecil menemukan sebelas cerpen dari dua puluh cerpen menggambarkan
wanita yang tunduk pada budaya patriarki, sedangkan sembilan cerpen lainnya
menentang budaya patriarki. Ideologi gender yang diterapkan oleh para tokoh dapat menguatkan budaya patriarki, dan menimbulkan ketidakadilan relasi gender.
Sedangkan tokoh yang menentang budaya patriarki dapat memperoleh keadilan relasi gender. Dari perspektif feminis, di dalam teks cerpen dalam kumpulan
cerpen tersebut ada beberapa tokoh yang telah bebas dari tekanan luar untuk mengarahkan hidup sesuai dengan kenginan mereka sendiri, baikm sebagai istri,
ibu, maupun wanita karier. Selain itu, tersirat adanya perjuangan wanita untuk mendapatkan pengakuan yang sejajar dengan pria.
Persamaan penelitian Sulistyorini dengan penelitian ini adalah mengkaji citra perempuan citra wanita dengan menggunakan teori feminisme. Perbedaanya
penelitian Sulistyorini mengkaji kumpulan cerpen, sedangkan penelitian ini mengkaji novel. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini juga tidak meneliti
mengenai pandangan feminisme pengarang tentang perempuan. Wahidah Nurhidayah Amalatun dalam skripsinya mengemukakan bahwa
citra perempuan dalam novel Anteping Tekad meliputi citra fisik, citra perilaku, citra psikis dan citra sosial yang berebeda-beda dalam tiap tokoh perempuan.
Secara keseluruhan, citra fisik perempuan dalam novel ini adalah perempuan yang cantik dan memperhatikan penampilan. Citra psikis dalam novel ini merupakan
pencerminan perempuan yang berjiwa besar, mudah memaafkan kesalahan orang lain, sedangkan citra perilaku merupakan perempuan yang santun dalam
berperilaku, menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda. Citra soaial perempuan dalam novel ini dapat disimpulkan sebagai perempuan yang ikut
bereperan dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan masyarakat. Citra
perempuan yang paling menonjol dalam novel ini adalah perempuan yang setia, rela berkorban dan suka bekerja keras serta suka membantu orang lain.Pandangan
feminisme pengarang terhadap perempuan meliputi feminisme liberal, feminisme radikal dan feminisme psikoanalisis.
Persamaan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Amalatun adalah sama-sama membahas citra perempuan dalam novel dan bagaimana
pandangan feminisme pengarang tentang perempuan. Perbedaannya adalah pengarang novel Anteping Tekad adalah seorang perempuan, sedangkan
pengarang novel Cintrong Paju-Pat adalah seorang laki-laki. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan bagaimana pengarang laki-laki dan
perempuan mengungkapkan pandangannya tentang perempuan.
2.2 Landasan Teoretis