penurunan fungsi ginjal dan sebagainya; berakibat rusaknya struktur fisik dan berakibat komplikasi luka yang memerlukan perawatan medis lanjutan.
3. Hari kerja yang hilang Lost work days Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak
dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua
macam: jumlah hari tidak bekerja days away from work yaitu semua hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena
kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya. Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas days of restricted activities, yaitu semua kerja dimana
seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada
tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan secara normal seluruh tugasnya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat
terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat. 4. Kematian Fatality
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh
pekerjaan yang dideritanya, dan saat si korban meninggal Ramli, 2009.
2.3.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya “Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia, serta hasil karya budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha manusia dalam
melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang
bekerja Santoso, 2004. Kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan ini menurut
Silalahi 1995 merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyedia, mandor kepala dan juga kepala urusan. Tetapi menurut Sulaksmono 1997 dan yang tersirat
dalam UU RI No. 01 tahun 1970 pasal 10 bahwa tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja, selain pihak perusahaan juga karyawan tenaga kerja dan
pemerintah. Pencegahan kecelakaan kerja menurut para pakar, antara lain pendapat Silalahi 1995 bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dua aspek, yakni
aspek perangkat keras peralatan, perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya. Kemudian aspek perangkat lunak manusia dan segala unsur yang berkaitan.
Menurut Suma’mur dalam Yustini 2009 menyatakan bahwa kecelakaan– kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan dua belas hal berikut :
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemiliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugastugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat- syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri
dan alat pelindung diri APD. 3. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib dipatuhi.
4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan- bahan yang berbahaya, pagarpengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan peralatan lainnya.
5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola – pola kewajiban yang
mengakibatkan kecelakaan. 7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.
8. Pendidikan dan latihan-latihan. 9. Penggairahan.
10. Pendekatan lain agar bersikap yang selamat. 11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan. Untuk menghindari tingginya tingkat kecelakaan kerja, Pemerintah telah
mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang harus diikuti oleh perusahaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain :
1. Undang-Undang RI Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang didalam penjabarannya menyebutkan bahwa “setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produktivitas nasional.
Universitas Sumatera Utara
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bagian standar keteknikan, ketenagakerjaan
dan tata lingkungan yaitu pada pasal 30 yang menyebutkan bahwa keamanan, keselamatan,
kesehatan tempat
kerja kontruksi
telah diatur
dalam perundangundangan yang berlaku dalam ayat 1 huruf a tentang keteknikan yang
meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan mutu hasil pekerjaan, mutu bahan, komponen bangunan dan mutu hasil pekerjaan dan mutu
peralatan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku. 3. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Bab X
Tentang Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan pada pasal 86 ayat 1 menyatakan bahwa setiap pekerja buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
2.3.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja