56 melepaskan dua varietas HQPM yaitu Srikandi Putih-1 dan Srikandi
Kuning-1 pada tahun 2004. Srikandi Putih-1 memiliki kadar protein, lisin dan triptophan masing-masing 10,44, 0,41, dan 0,09 dengan potensi
hasil 8,09 tonha. Sedangkan Srikandi Kuning-1 memiliki kadar protein, lisin dan triptophan masing-masing 10,38, 0,48, dan 0,09 dengan
potensi hasil 7,92 tonha anonim
d,
2006.
B. BUDIDAYA JAGUNG
1. Sistem Produksi dan Pola Tanam.
Cara memproduksi jagung dapat dibedakan ke dalam empat sistem, yaitu berdasarkan tipe lahan karakteristik tanah dan pengaturan air,
sistem penanaman tunggal dan tumpang sari, keuntungan, dan pengelolaan masukan. Berdasarkan tipe lahan, jagung dapat ditanam di
lahan kering tegalan, lahan pasang surut dan sawah Adisarwanto dan Widyastuti, 2004. Sistem tegalan meliputi areal yang luas dan sangat
heterogen kesuburannya, serta terdapat perbedaan waktu tanam maupun panen. Perbedaan ini karena curah hujan yang tidak sama di setiap
wilayah. Lahan sawah terbagi menjadi lahan sawah irigasi dan tadah hujan. Berbeda dengan tegalan, pada lahan sawah irigasi, waktu tanam
maupun panennya relatif sama. Lahan sawah irigasi produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan sawah tadah hujan Suprapto dan Marzuki, 2005.
Ada dua sistem penanaman di lahan kering atau tegalan, yaitu penanaman secara ganda tumpang sari dan penanaman tunggal.Tanam
ganda adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada suatu luasan lahan. Produktivitas tanamannya dipengaruhi oleh populasi tanaman,
pemupukan, model tumpang sari, penggunaan varietas unggul, pemeliharaan, dan penanganan pasca panen. Sedangkan pada sistem tanam
tunggal, dalam satu luasan lahan hanya ditanam satu jenis tanaman Suprapto dan Marzuki, 2005.
Berdasarkan tingkat produktivitasnya, sistem produksi digolongkan lagi kedalam dua subsistem, yaitu subsistem produktivitas tinggi dan
57 subsistem produktivitas rendah. Pada subsistem dengan produktivitas
tinggi, petani menggunakan varietas unggul dan takaran pupuk yang tinggi. Petani pada subsistem produktivitas rendah menggunakan varietas
lokal serta takaran pupuk yang rendah, biasanya disebabkan oleh rendahnya harga hasil produksi. Pada umumnya, subsistem produktivitas
rendah terdapat di daerah hulu atau dataran tinggi Suprapto dan Marzuki, 2005.
2. Teknik Bercocok Tanam.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas jagung, antara lain jenis tanah, kesuburan tanah, persiapan lahan, benih
yang bagus, waktu tanam yang tepat, serta pengendalian hama, penyakit dan gulma. Bercocok tanam jagung meliputi kegiatan persiapan lahan,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pengairan Suprapto dan Marzuki, 2005.
Pada tahap persiapan, umumnya lahan untuk tanaman jagung dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan penggaruan tanah sampai rata.
Sebaiknya tanah jangan terlampau basah, tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis tanah yang kelebihan air,
perlu dibuatkan saluran drainase. Pada tahap penanaman, tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak antara tanaman diusahakan teratur
agar ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Pada lahan tegalan, penanaman lebih baik dilakukan pada saat musim
labuhan permulaan musim hujan, yaitu pada bulan September- November, atau pada saat musim merengan musim hujan hampir
berakhir, yaitu pada bulan Februari-April. Sedangkan pada lahan jenis sawah, selain pada musim labuhan dan merengan, penanaman juga dapat
dilakukan pada musim kemarau Suprapto dan Marzuki, 2005. Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia
lanjut, khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut. Jumlah pupuk fosfat yang
dianjurkan sekitar 40-80 kg TSPha. yang diberikan sebagai pupuk dasar
58 sehari sebelum tanam atau bersamaan tanam. Unsur hara lainnya yang
dibutuhkan, antara lain Nitrogen N, dan Kalium K Suprapto dan Marzuki, 2005.
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman jagung antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembumbunan, dan
pemangkasan daun. Selain itu, pengairan juga sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak layu. Pengairan yang terlambat
mengakibatkan daun layu Suprapto dan Marzuki, 2005.
C. Pati Jagung