subsp. suffruticosa Keberagaman Morfologi Indigofera Pewarna

66 033 –035, Dep. Biologi IPB, PBIO UNS: berbunga dan berbuah; Andhulang, Sumenep, 31 Januari 2014, hariri 007 –009, Dep. Biologi IPB, PBIO UNS: berbunga dan berbuah; Poton Bakau, Lombok Timur, 10 Oktober 2013, Roni 007 – 009, Dep. Biologi IPB, PBIO UNS: berbunga dan berbuah; Maumere, Flores, 4 September 2013, yin 181 –183, Dep. Biologi IPB, PBIO UNS: berbunga dan berbuah, Bireun, Aceh, 1September 1971, K Iwatsuki, G Murata, J Dransfield, D Saerudin 1795 BO: berbunga dan berbuah. 4.2.2.2 Keserupaan Indigofera Pewarna Hasil analisis keserupaan terhadap 131 sampel Indigofera penghasil pewarna yang mewakili empat jenis dengan menggunakan 38 ciri morfologi divisualisasikan dalam bentuk dendrogram dengan koefisien keserupaan berkisar 0.42 –1 Gambar 4.23. Pada koefisien keserupaan 0.42, semua individu I. longeracemosa, mengelompok dan memisah dengan jenis I. arrecta. I. suffruticosa dan I. tinctoria. Jenis ini memiliki ciri unik yang membedakan dengan tiga jenis yang lain, yaitu bentuk pertumbuhan batang muda zig-zag, warna batang muda kemerahan, bangun daun jorong melebar, warna daun segar indranila, bentuk stipula seperti sisik, dan bentuk bendera bunga belah ketupat. Pada koefisien keserupaan 0.48, I. arrecta memisah dengan I. suffruticosa dan I. tinctoria. Jenis ini berbeda dengan jenis lainnya pada tiga ciri yaitu tekstur biji berbubungan ridged, warna batang muda beralur cokelat kemerahan, dan bentuk polong silindris, panjang, dan lurus. Pada koefisien keserupaan 0.71 I. arrecta membentuk dua subgugus berdasarkan asal wilayah lokasi. Subgugus 1A terdiri dari I. arrecta yang berasal dari Yogya dan Temanggung, sedangkan subgugus IB berasal dari Samosir dan Magelang. Dua subgugus ini dibedakan oleh ciri warna permukaan atas dan bawah yang memiliki warna keabu –abuan pada permukaan atas daun kering, jumlah polong 3˗32, ukuran polong 43 mm, tekstur biji berbubungan dan memiliki ukuran lebih besar yaitu 2.3 mm. Sementara subgugus IB memiliki warna hijau gelap –hijau keabu–abuan dan abu–abu kehijaun, jumlah polong 33 –61, polong berukuran 43–65 mm, tekstur biji halus dan biji berukuran kurang dari 2.3 mm. Adanya perbedaan ciri pada jumlah polong, ukuran polong, tekstur biji dan ukuran biji disebabkan adanya perbedaan kondisi geografi asal lokasi yang meliputi ketinggian, suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya dan faktor tanah sehingga perbedaan ini belum cukup menjadi dasar untuk memberi kategori takson yang berbeda. Hal ini diperkuat adanya fakta bahwa variasi tersebut menjadi sama dengan I. arrecta yang berasal dari Yogyakarta dan Magelang ketika tanaman ditanam pada lahan yang sama. Pada koefisien keserupaan 0.44, gugus I. suffruticosa mengelompok dengan I. tinctoria menunjukkan kedua jenis memiliki kekerabatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis yang lain. Keserupaan antara I. suffruticosa dengan I. tinctoria terletak pada ciri warna daun segar hijau kebiruan, warna daun kering permukaan atas hijau gelap 25F3, 29F5, 29F3 , warna daun kering permukaan bawah hijau keabu-abuan 29F1, 29F2, 30F2, tidak memiliki kelenjar pada daun, memiliki sepasang anak daun penumpu stipela, permukaan tangkai putik melokos, dan tekstur biji berbubungan. Kedua jenis memisah pada koefisien 67 Gambar 4.23 Dendrogram empat jenis Indigofera penghasil pewarna berdasarkan 38 ciri morfologi yang dibangun dengan indek keserupaan SM dan metode UPGMA I. arrecta I.suffruticosa

I. tinctoria

Jawa Madura

I.tinctoria

Flores 1 I.longeracemosa I II III IV V IA IB 0.42 0.52 1.0 Koefisien keserupaan 0.61 0.71 0.81 0.90 68 keserupaan 0.50. Ciri yang memisahkan kedua jenis adalah: kerapatan trikom pada batang muda rapat, bangun anak daun ellips, pangkal daun berbentuk pasak, ujung daun bermukro, kerapatan trikom pada permukaan atas daun sangat rapat, warna daun kering permukaan atas hijau gelap, bentuk cuping kelopak segitiga melebar, bentuk lipatan kantong pada lunas dangkal, bentuk polong silindris melengkung dan warna polong saat tua hitam. Pada koefisien keserupaan 0.60, I. tinctoria membentuk satu kelompok, kelompok III terdiri dari aksesi dari Pulau Jawa dan Madura dengan koefisien keserupaan 0.85, kelompok IV yang berasal dari P. Flores memiliki koefisien keserupaan 0.81. Ciri yang mengelompokkan populasi I. tinctoria asal Pulau Flores yaitu: warna permukaan atas daun kering greyish green, dark green dan greenish grey, warna permukaan bawah daun kering grey dan greenish grey, ukuran polong 43 – 66 mm, dan jumlah biji lebih dari 13. Ukuran polong dan jumlah biji dari sampel yang berasal dari P. Flores lebih besar dibanding I. tinctoria yang berasal dari P. Jawa. Keempat jenis Indigofera pewarna memiliki koefisien keserupaan rendah 0.42. Nilai keserupaan yang rendah pada ciri morfologi menunjukkan bahwa variasi ciri morfologi antar jenis sangat tinggi. Nilai keberagamannya sebesar 58. Dendrogram hasil analisis keserupaan menunjukkan masing-masing jenis mengelompok berdasar lokasi. Jenis I. tinctoria asal P. Jawa dan P. Madura mengelompok dan terpisah dengan I. tinctoria asal P. Flores. 4.2.3 Kualitas Warna, Kuantitas Indikan dan Indigo pada Indigofera 4.2.3.1 Ketahanan Luntur Warna Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40 C dari empat jenis Indigofera memiliki nilai rata –rata 4˗5 baik. Pewarna dari I. arrecta dan I. longeracemosa menghasilkan nilai perubahan warna 4 baik, sedangkan I. suffruticosa dan I. tinctoria 4˗5 Tabel 4.5. Nilai ini telah memenuhi syarat kualitas pewarna yang ditetapkan oleh SNI SNI 7617: 2013 yaitu minimal 3˗4 sedang– bagus. Ikatan antara pewarna indigo dengan kain telah mencapai keseimbangan maksimal sehingga warna tidak luntur. Selain itu adanya ion Ca 2+ dari kapur tohor menyebabkan ikatan antara ion-ion tersebut dengan indigotin yang telah berada dalam kain berikatan dengan serat kain sehingga molekul zat warna menjadi lebih besar dan molekul indigo sulit keluar dari pori-pori serat kain yang akan memperkuat ketahanan luntur. Menurut Lestari 2002 zat warna bejana misalnya indigo merupakan zat warna alam yang memiliki ketahanan luntur warna yang paling unggul jika dibandingkan dengan zat warna mordan, direk maupun zat warna basaasam. Nilai penodaan warna pada uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40 C memiliki rata –rata nilai tahan luntur 4–5. Nilai ketahanan luntur warna empat jenis Indigofera bernilai baik, tidak terjadi dehidrasi pigmen warna karena penodaan warna pada uji pencucian 40 C.