Keberagaman Indigofera Jenis-jenis Indigofera di Indonesia
12 Carthamus tinctorius, kayu Caesalpinia sappan, kayu Rubia tinctoria, kayu
Haematoxylon camphechianum, kayu Rumex dentatus, kayu Morinda tinctoria, bunga Mallotus philippinensis. Warna kuning dari bunga Solidago grandis, daun
Tectona grandis, bunga Tagetes, bunga Crocus sativus, bunga Butea monosperma. Warna hitam dari kulit kayu Alnus glutinosa, daun Loranthus pentapetalus, buah
Annona reticulata, buah Terminalia chebula. Warna jingga berasal dari biji Bixa orellana, bunga Dhalia sp, daun Convallaria majalis, daun Urtica dioica; warna
hijau berasal dari kulit buah Terminalia bellerica, daun Eupatorium odoratum. Warna cokelat dihasilkan oleh kulit kayu Pelthophorum pterocarpum, kulit kayu
Ceriop tagal, kulit kayu Swietenia mahagoni Lemmens et al. 1992; Siva 2007; Acquaviva et al. 2010; Chengaiah et al. 2010.
Gambar 2.1 Oksidasi indol pada tumbuhan tingkat tinggi E1 = Indole oxygenase, E2 = Indole oxidase; E3 = Indole 2, 3-dioxygenase; E4 = Indikan
synthase; E5 =Indoksil-UDPG-glucosyltransferase; E6 =Formylase; E7 = Aldehyde oxidase; S = reaksi spontan, P = jaringan atau organ
tanaman; GT? = Glucosyltransferase, belum teridentifikasi; GLU? = Glucosidase, belum teridentifikasi
Golongan utama zat warna dapat berupa klorofil, karotinoid, flavonoid, dan kuinon. Klorofil merupakan zat warna hijau dalam tanaman yang dicirikan dengan
gugus Klorofil a CH
3,
dan gugus klorofil b CH
.
Karotenoid dicirikan oleh suatu rantai panjang poliena alifatik. Contoh pigmen karotenoid adalah biksin, krosin,
Tumbuhan penghasil indigo Tumbuhan tidak
menghasilkan indigo
13 safran. Flavonoid dicirikan oleh adanya struktur flavon atau flavonol, antosianin,
dan isoflavonoid contohnya morin dan rutin. Kuinon mengandung struktur kuinon, subkelompok utama naftokuinon, benzokuinon, dan antrakuinon. Contoh pigmen
naftakuinon adalah lawson dari Lawsonia inermis inai, Contoh antrakuinon adalah alizarin, morindin, dan purpurin yang diperoleh dari suku Rubiaceae.
Pewarna nabati yang tidak tergolong ke dalam pigmen di atas adalah indigo, brazilin, kurkumin Gambar 2.2 Lemmens et al. 1992.
Sebanyak 90 jenis tumbuhan di Asia Tenggara, dan 450 jenis di India telah diujicoba sebagai pewarna Lemmens dan Wessel-Riemens 1992. Sekitar 150
macam pigmen yang dihasilkan tumbuhan telah dieksploitasi sebagai komoditas yang komersial Siva 2007; Chengaiah et al. 2010. Pewarna yang dihasilkan
tumbuhan dapat digunakan untuk mewarnai tekstil, kertas, kayu, kulit, tinta, bulu, makanan, kosmetik, obat, dan sebagainya. Secara kimiawi molekul pewarna
memiliki dua kelompok utama yaitu kromofor dan auksokrom. Kromofor terikat dalam sebuah cincin aromatik yang fungsinya berkaitan dengan kekuatan
pewarnaan. Kromofor memiliki ikatan tak jenuh, yang dapat menentukan intensitas warna. Auksokrom membantu molekul pewarna untuk berikatan dengan
substrat, sehingga memberikan warna yang lain Lemmens et al. 1992; Siva 2007.
Di dunia dikenal beberapa tumbuhan penghasil warna biru. Jenis –jenis
tersebut tumbuh dan dapat dijumpai pada wilayah dan belahan bumi yang berbeda. Isatis tinctoria tumbuh di Eropa, Isatis indigotica di China, Polygonum tinctorium
dan Marsdenia tinctoria tumbuh dan dimanfaatkan sebagai pewarna alami oleh masyarakat Korea dan Jepang, Calanthe veratrifolia dan Lawsonia spinose tumbuh
di daerah tropis, dan Indigofera spp. dimanfaatkan oleh masyarakat di Asia, Afrika, Madagaskar, dan Amerika Selatan Georgievics 1892; Beijerinck 1900; Xia dan
Zenk 1992; Chanayath et al. 2002; John dan Angelini 2009.
Brazilin merah
Curcumin kuning-jingga
Indigo biru
Gambar 2.2 Struktur dasar pewarna nabati yang tidak termasuk golongan pigmen Lemmens et al. 1992
14 Prekursor warna biru indigo terdiri dari beberapa pola. Pola prekursor indigo
yang dihasilkan oleh jenis Isatis tinctoria dan Isatis indigotica terdari dari isatan A indoxyl-3-O-6
’-O-malonyl-β-D-ribohexo-3-ulopyranoside, isatan B indoxyl-3- O-
β-D-ribohexo-3-ulopyranoside dan indikan Indoxsyl β-D glucoside Oberthu ¨r et al. 2004. Indikan merupakan komponen minor pada Isatis tinctoria dengan
rasio 3:1 jika dibandingkan dengan indikan pada Indigofera, tetapi sebagai komponen mayor pada Indigofera dan P. tinctorium Strobel dan Goger 1989,
Kokobun et al. 1998; Gilbert et al. 2000.
Penemuan senyawa prekursor indigo dimulai abad ke 19 pada Isatis tinctoria oleh Schunk 1855, dan senyawa indikan pada P. tinctorium dan Indigofera oleh
Beijerinck 1899. Indikan diubah menjadi indoksil dengan bantuan enzim isatase. Indikan adalah zat warna biru yang dihasilkan daun Indigofera yang berasal dari
senyawa glukosida tidak berwarna. Ketika sel tanaman rusak akan dihasilkan indikan yang terhidrolisis oleh enzi
m β-Glukosidase menjadi indoksil. Selanjutnya indoksil mengalami tautomerisasi yang secara spontan menjadi senyawa indigo.