Pemutahiran Data Keberagaman dan Sebaran Indigofera Indonesia
22 Pasta indigo yang dihasilkan dari proses fermentasi selanjutnya digunakan
sebagai bahan pencelup kain. Pasta indigo tidak langsung dapat digunakan sebagai bahan pencelup sebelum ditambahkan beberapa bahan seperti kapur, tape singkong
dan tetes tebu molase. Bahan tambahan tersebut merupakan adaptasi teknologi dengan bahan sederhana yang tersedia di lingkungan.
Metode pewarnaan dengan indigo dilakukan dengan mencampurkan 200 g pasta indigo ditambah 125 g tape singkong, 200 ml tetes tebu, 250 ml air kapur,
dan 5 l air. Campuran diaduk dan diinkubasi selama 24 jam. Sebelum diwarnai kain dicelup dalam larutan detergen untuk menghilangkan kotoran dan lemak.
Selanjutnya kain dicelup kedalam larutan indigo sambil diratakan selama 5 menit, kemudian kain diangkat dan dibilas dalam air bersih dan dikeringanginkan selama
10
–15 menit. Perlakuan mencelup, membilas dan mengeringanginkan kain dilakukan sampai 20 kali. Dalam pewarnaan dengan indigo, setelah mendapatkan
warna tidak diperlukan proses fiksasi, tetapi proses dilanjutkan dengan merendam dalam larutan bersifat asam dengan tujuan untuk menetralkan kain. Dalam proses
perendaman ini digunakan bahan pencuci asam cuka 10 ml yang dilarutkan dalam 20 l air. Kain direndam selama 30 menit selanjutnya dikeringanginkan sampai
kering Gambar 3.4. Nilai warna pada kain diukur dengan standard color test Kornerup dan Wanscher 1967.
A B
C D
E F
G
H I
Gambar 3.4 Proses pewarnaan kain dengan pasta indigo. Pencampuran bahan- bahan A. Tape singkong; B. Molase; C. Pasta indigo; D. Larutan
kapur aktif; E. Ramuan bahan pencelup; F. Ramuan setelah 24 jam inkubasi; G. Kain yang sudah dibasahi, H. Proses pencelupan
pertama; I. Kain dibilas dengan air bersih selanjutnya dikeringanginkan selama 10 menit; J. Setelah pencelupan ke 20 kali
kain direndam dalam asam cuka
J
23 Kualitas pewarna indigo diuji dengan empat uji yang terdiri dari: 1 uji
ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40 C berdasar metode SNI-ISO 105
C06: 2010, 2 uji ketahanan luntur warna terhadap keringat asam dan basa berdasar metode SNI ISO 105-E04: 2010, 3 uji ketahanan luntur warna terhadap penekanan
panas dilakukan berdasarkan metode SNI ISO 105-X11: 2010, dan 4 uji ketahanan luntur warna terhadap sinar terang hari berdasar metode SNI ISO 105-B01: 2010.
Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Penguji Balai Besar Kerajinan dan Batik BBKB Yogyakarta. Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan
membandingkan dengan tabel Standar Nasional Indonesia SNI Batik.
Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian Suhu 40
o
C
Dalam pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40
o
C pereaksi yang digunakan meliputi natrium hipokhlorit, natrium metasilat, larutan asam asetat 28
dan detergen khusus 4 gliter. Bahan uji kain putih berukuran 5 x 10 cm
2
sebanyak 2 helai, satu helai merupakan kain yang sama jenis dengan contoh uji, sedangkan
sehelai kain lainnya dari serat menurut pasangan sebagai berikut Tabel 3.2. Table 3.2 Jenis kain uji helai 1 dan pasangannya helai 2
Helai 1 Helai 2
Kapas Wol
Wol Kapas
Sutera Kapas
Linen Wol
Viskose rayon Wol
Asetat Viskose rayon
Poliamida Wol atau viskose rayon
Poliester Wol atau Kapas
Poliakrilat Wol atau kapas
Sampel kain uji yang berwarna biru diletakkan di antara dua kain putih pasangannya, kemudian dijahit pada salah satu sisi yang pendek. Dalam penelitian
ini digunakan 6 kain putih dari bahan asetat, polyamida, polister, katun, akrilik, dan wol.
Pengujian dimulai dengan memanaskan bejana-bejana yang berisi 200 ml larutan yang mengandung sabun sebanyak 0.5 dan 10 kelereng baja tahan karat
sampai suhu mencapai 40
o
C. Selanjutnya sampel kain uji dimasukkan kedalam bejana bejana yang terdapat di dalam lounder ometer. Bejana-bejana tersebut
kemudian diletakkan pada tempatnya dengan tutup menghadap keluar dan setiap sisi berisi sejumlah bejana yang sama. Mesin lounder ometer dijalankan selama 45
menit. Sampel kain uji kemudian dikeluarkan dari bejana-bejana untuk dicuci di dalam gelas piala dengan 100 ml air bersuhu 40
o
C selama 1 menit dan diulang dua kali. Sampel kain selanjutnya diperas dengan tangan kemudian diasamkan dalam
100 ml asam asetat 0.014 0.05 ml asam asetat 28 per 100 ml air selama 1 menit pada suhu 27
o
C. Kain dicuci lagi di dalam 100 ml air bersuhu 27
o
C selama satu menit. Selanjutnya dikeringkan dan diset
rika pada suhu 135‒150
o
C. Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan
warna asli yang dilakukan dengan membandingkan perbedaan pada kain uji dengan contoh asli terhadap perbedaan standar perubahan warna yang digambarkan oleh
gray scale. Nilai 5 = tak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke
24 5 dalam gray scale; nilai 4 = perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 4 dalam
gray scale. Tingkat nilai ketahanan luntur dari 1 sampai 5. Penilaian penodaan warna pada kain putih di dalam pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan
membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap perbedaan yang digambarkan staining scale, dan
dinyatakan dengan nilai kekhromatikan adam seperti gray scale. Nilai penodaan warna berkisar 1
–5 seperti pada hasil nilai perubahan warna.
Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Keringat Asam dan Basa
Prosedur pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat dimulai dengan memotong kain contoh uji yang berwarna biru, kain putih dengan serat sejenis
dengan contoh uji dan kain pasangannya berukuran 4 x 10 cm
2
. Kain contoh uji dijahit di antara kedua kain putih pada sisi yang pendek. Kain putih yang digunakan
berjumlah 6 jenis yaitu asetat, katun, poliamide, poliester, akrilik dan wol, sedangkan kain pasangannya adalah viskos, wol, viskos, dan tiga potong kain
kapas. Kain yang telah dijahit direndam dalam larutan keringat buatan selama 30 menit. Kain contoh uji diangkat, diperas, kemudian diletakkan di antara 2 lempeng
kaca, dipasang pada perspiration tester dan diberi tekanan 12.5 kPa. Selanjutnya alat uji yang berisi kain uji dimasukkan ke dalam tungku pengering pada suhu 37±
2
o
C, selama 4 jam. Setelah kering, kain uji dilepas dari perspiration tester untuk dikering anginkan. Pengujian dilakukan dengan ulangan 3 kali. Penilaian ketahanan
luntur warna dilakukan dengan membandingkan dengan warna pada gray scale, dan penodaan warna pada kain putih dibandingkan dengan staining scale. Nilai
perubahan warna dan penodaan warna berkisar 1‒5. Nilai 1 jika perubahan warna dan penodaan warna sesuai dengan tingkat ke 1 dalam gray scale dan staining scale,
dan nilai tertinggi adalah 5 jika tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke 5 dalam gray scale dan staining scale.
Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Penekanan Panas
Uji ketahanan luntur warna terhadap penekanan panas dilakukan dua macam, yaitu uji
penekanan panas kering dan uji penekanan panas basah. Cara uji ketahanan luntur warna dengan penekanan panas kering dilakukan dengan meletakkan sampel kain
uji berukuran 5 × 20 cm dipotong diagonal di atas sepotong kain putih pada permukaan halus dan horizontal. Kain diseterika dengan suhu sesuai jenis kain, dan
jenis kain katun diseterika dengan suhu 204
o
C sampai 218
o
C selama 10 detik. Kain uji dievaluasi perubahan warnanya dengan cara membandingkan dengan standar
warna pada gray scale. Untuk mengevalusi nilai penodaan warna, proses uji dilakukan dengan cara sama dengan pada uji sebelumnya tetapi kain uji ditutup
dengan kain putih kering baru diseterika dengan suhu dan waktu sama. Nilai penodaan warna dievaluasi dengan membandingkan warna yang terdapat pada
standar staining scale.
Uji ketahanan luntur warna terhadap penekanan panas basah dilakukan dengan membasahi kain uji dan kain putih dengan air suling pada suhu kamar
sampai mencapai penyerapan basah 100. Kain uji diletakkan di atas kain putih dan ditutup dengan kain putih basah dan diseterika dengan suhu 204 sampai 218
o
C selama 15 detik. Perubahan warna dan penodaan warna dinilai dengan
membandingkan warna pada gray scale dan staining scale.
Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Panas Sinar Terang
Prosedur pengujian ketahanan luntur warna terhadap panas sinar terang terdiri dari dua rangkaian uji, yaitu tahan luntur warna terhadap cahaya matahari dan tahan