Penggunaan Data Molekuler Sejarah Pewarna Indigo

21

3.2.2.2 Analisis Keberagaman dan Keserupaan Morfologi Indigofera

Penghasil Pewarna Indonesia Pengamatan ciri morfologi dari Indigofera pewarna menggunakan prosedur dan deskriptor yang sama dengan prosedur untuk pemutahiran data keberagaman Indigofera Indonesia. Akan tetapi ciri yang diamati berjumlah 38 Lampiran 2.

3.2.2.3 Pengujian Kualitas Warna, Kuantitas Indikan dan Indigo pada Indigofera

3.2.2.3.1 Pengujian Ketahanan Luntur Warna

Pengujian kekuatan warna diawali dengan pembuatan pasta indigo sebagai bahan pencelup kain untuk diwarnai. Prosedur pembuatan pasta indigo meliputi beberapa langkah yaitu daun dan ranting sebanyak 1 sampai 3 kg yang telah dicacah, direndam dalam 5 liter air dan diinkubasi selama 10 sampai 24 jam. Setelah terjadi perubahan warna pada air rendaman, daun dan ranting dipisahkan dengan menyaring air rendaman, kemudian air rendaman ditambah dengan 30 g kapur CaO yang dilarutkan dalam 1 liter pelarut air, kemudian dikebur diaduk secara vertikal untuk mendapatkan aerasi. Larutan hasil saringan diinkubasi selama 24 jam, selanjutnya cairan bening di bagian atas dibuang sehingga hanya mendapatkan endapan pasta. Pasta berwarna biru disebut pasta indigo ditiriskan untuk mengurangi kadar air Gambar 3.3. Pembuatan pasta dilakukan sebanyak dua ulangan pada masing-masing jenis. Indikator keberadaan indigo ditandai adanya perubahan warna air rendaman menjadi hijau tua, berbuih dan berbau tidak sedap. Lama perendaman sampai terjadinya perubahan warna dan terbentuknya buih dicatat. Gambar 3.3 Proses perendaman daun dan ranting Indigofera dalam pembentukan pasta indigo dari bahan daun Indigofera. A. Ranting dan daun dicacah; B. Ranting dan daun direndam dalam ember; C. Air rendaman setelah 10 jam berwarna hijau tua, D. Air rendaman dikebur; E. Hasil kebur; F. Larutan yang telah diinkubasi 24 jam; G. Ekstrak endapan yang selanjutnya disebut pasta indigo ditiriskan selama 3 hari; H. Pasta indigo siap digunakan sebagai pewarna A B C D H E F G 22 Pasta indigo yang dihasilkan dari proses fermentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pencelup kain. Pasta indigo tidak langsung dapat digunakan sebagai bahan pencelup sebelum ditambahkan beberapa bahan seperti kapur, tape singkong dan tetes tebu molase. Bahan tambahan tersebut merupakan adaptasi teknologi dengan bahan sederhana yang tersedia di lingkungan. Metode pewarnaan dengan indigo dilakukan dengan mencampurkan 200 g pasta indigo ditambah 125 g tape singkong, 200 ml tetes tebu, 250 ml air kapur, dan 5 l air. Campuran diaduk dan diinkubasi selama 24 jam. Sebelum diwarnai kain dicelup dalam larutan detergen untuk menghilangkan kotoran dan lemak. Selanjutnya kain dicelup kedalam larutan indigo sambil diratakan selama 5 menit, kemudian kain diangkat dan dibilas dalam air bersih dan dikeringanginkan selama 10 –15 menit. Perlakuan mencelup, membilas dan mengeringanginkan kain dilakukan sampai 20 kali. Dalam pewarnaan dengan indigo, setelah mendapatkan warna tidak diperlukan proses fiksasi, tetapi proses dilanjutkan dengan merendam dalam larutan bersifat asam dengan tujuan untuk menetralkan kain. Dalam proses perendaman ini digunakan bahan pencuci asam cuka 10 ml yang dilarutkan dalam 20 l air. Kain direndam selama 30 menit selanjutnya dikeringanginkan sampai kering Gambar 3.4. Nilai warna pada kain diukur dengan standard color test Kornerup dan Wanscher 1967. A B C D E F G H I Gambar 3.4 Proses pewarnaan kain dengan pasta indigo. Pencampuran bahan- bahan A. Tape singkong; B. Molase; C. Pasta indigo; D. Larutan kapur aktif; E. Ramuan bahan pencelup; F. Ramuan setelah 24 jam inkubasi; G. Kain yang sudah dibasahi, H. Proses pencelupan pertama; I. Kain dibilas dengan air bersih selanjutnya dikeringanginkan selama 10 menit; J. Setelah pencelupan ke 20 kali kain direndam dalam asam cuka J