Keberagaman dan Keserupaan Morfologi
91 Tabel 4.10 Komponen pemuatan dari analisis komponen utama individu I. tinctoria
dari P. Jawa, P. Madura, dan P. Flores yang dievaluasi dengan 28 ciri morfologi
No Ciri Morfologi
Nilai Komponen Utama 1
2 3
4 1
Tinggi tanaman
0.058 0.032
0.069 0.082
2 Diameter batang
-0.021 0.008
-0.145 -0.091
3 Diameter kanopi
-0.074 0.059
0.108 0.220
4 Panjang tangkai daun
0.126 0.054
0.009 0.049
5 Pangkal daun
-0.473 0.017
-0.015 -0.096
6 Bentuk tajuk
0.236 -0.010
0.622 -0.668
7 Kerapatan trikom daun permukaan
atas
-0.043 0.016
0.038 0.038
8 Warna daun segar
0.473 -0.017
0.015 0.096
9 Warna permukaan atas daun kering
0.088 -0.356
-0.615 -0.575
10 Warna permukaan bawah daun
kering
-0.128 -0.046
0.192 -0.090
11 Trikom daun penumpu
0.008 -0.004
0.059 0.039
12 Urutan bunga dalam tandan
-0.041 -0.001
-0.000 0.054
13 Panjang tangkai perbungaan
0.038 0.013
0.052 -0.067
14 Ukuran bunga mekar
0.133 -0.010
-0.096 0.004
15 Panjang cuping dibanding tabung
kelopak
0.099 0.068
0.106 0.059
16 Bentuk bendera
-0.057 -0.918
0.254 0.232
17 Kelenjar pada bendera
0.131 0.053
-0.021 0.056
18 Ukuran sayap dibanding lunas
-0.120 -0.022
-0.012 0.000
19 Letak trikom pada kepala sari
-0.134 0.054
-0.012 -0.122
20 Permukaan tangkai putik
-0.031 -0.069
0.017 0.111
21 Jumlah polong dalam tandan
0.135 -0.017
0.023 0.030
22 Kerapatan trikom pada polong
0.018 0.053
0.152 -0.029
23 Daun sisa pada pangkal buah
remnant
0.158 -0.006
0.005 0.032
24 Warna polong saat tua
0.315 -0.011
0.010 0.064
25 Ukuran polong
0.158 -0.006
0.005 0.032
26 Jumlah biji
0.158 -0.006
0.005 0.032
27 Ornamen biji
-0.380 0.036
0.208 -0.153
28 Ukuran biji
-0.158 0.006
-0.005 -0.032
Eigenvalue
9.008 2.971
2.140 1.600
Proportion
0.500 0.165
0.119 0.089
Cumulative
0.500 0.665
0.784 0.873
Hasil analisis struktur populasi pada I. tinctoria di Indonesia menunjukkan adanya keberagaman yang sama antara lokasi h=0.08 asal Bangkalan, Sumenep
dan Waioti Tabel 4.11, meskipun dengan jumlah individu yang berbeda. Keberagaman terendah terdapat di Tuban dan Kulon Progo dengan nilai
keberagaman identik. Wilayah Bangkalan dan Maumere memiliki jumlah individu tinggi yaitu 9, namun nilai keberagaman sangat berbeda. Keberagaman dan variasi
92 antar ciri di Bangkalan lebih tinggi h = 0.08 dan P = 22.6 dibandingkan di
Maumere h = 0.04 dan P = 13.2. Yang menarik dalam data ini, koleksi dari Sumenep yang hanya terdiri dari 3 individu memiliki nilai keberagaman tinggi h
= 0.08.
Gambar 4.42 Persentase keberagaman dalam dan antarpopulasi pada I. tinctoria Hasil analisis keberagaman menunjukkan populasi Bangkalan, Sumenep dan
Waioti menghasilkan keberagaman tinggi dibandingkan 10 populasi yang lain. Populasi Bangkalan yang merupakan kumpulan dari 3 lokasi yaitu Burneh,
Jukporong dan Halim Perdana Kusuma yang mencirikan kondisi lingkungan asal populasi berbeda. Populasi dari Burneh berasal dari lingkungan terbuka dengan
tanah tandus, populasi Jukporong tumbuh di lokasi yang ternaungi, tepi pantai dengan habitat tanah subur, sedangkan populasi Halim Perdana Kusuma tumbuh di
lingkungan ternaungi, tepi sawah dan dekat dengan aliran air. Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan jenis lain mampu beradaptasi dengan baik karena
memiliki plastisitas yang tinggi sehingga terjadi perubahan yang membawa pada variasi morfologi seperti tinggi pohon, bentuk tajuk, diameter batang, kerapatan
bunga dalam tandan, dan perbandingan ukuran sayap dengan lunas yang berbeda pada masing-masing individu.
Populasi Sumenep memiliki ciri beragam karena tiga populasi penyusunnya berasal dari lokasi berbeda, yaitu Gapura, Andhulang, dan Pakandhangan yang
terletak pada lokasi berjauhan, habitat, dan perawakan berbeda. Lokasi dari Andhulang tumbuh di tepi sawah dan berbatasan dengan hutan, ketinggian tempat
90 m dpl, dan ternaungi, sementara lokasi Gapura tumbuh di ladang jagung, mendapatkan sinar penuh pada siang hari terbuka dengan ketinggian lokasi 90 m
dpl, dan rutin dipangkas oleh pembatik. Lokasi Pakandhangan tumbuh di tepi sawah dekat pesisir pantai, dengan ketinggian wilayah mencapai 5 m dpl, mendapatkan
sinar matahari penuh dan rutin dipangkas oleh penduduk setempat sebagai pakan ternak. Selain itu kondisi lingkungan memiliki suhu dan intensitas cahaya lebih
tinggi dibandingkan Bangkalan dan Pamekasan. Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan individu tumbuh berdaptasi dengan baik sehingga terjadi variasi
dalam individu yang dapat mempengaruhi keberagaman genetik individu di dalam populasi.
antar populasi
83 dalam
populasi 17
93 Tabel 4.11 Indikator keberagaman populasi I. tinctoria berdasar ciri morfologi
Populasi N
Ne I
h P
Bangkalan 9
1.14 0.12
0.08 22.6
Pamekasan 6
1.04 0.03
0.02 5.7
Sampang 3
1.03 0.02
0.02 3.8
Tuban 3
1.00 0.00
0.00 0.0
Gunung Kidul 8
1.13 0.10
0.07 17.0
Kulon Progo 3
1.00 0.00
0.00 0.0
Bantul 6
1.07 0.05
0.04 7.5
Cirebon 5
1.05 0.04
0.03 5.7
Banten 3
1.02 0.01
0.01 1.9
Kotauning 8
1.10 0.09
0.06 17.0
Waioti 8
1.14 0.12
0.08 20.8
Wairbleler 9
1.07 0.07
0.04 13.2
Sumenep 3
1.14 0.11
0.08 17.0
Rata –rata
1.07 0.06
0.04 10.2
Keterangan: N= Jumlah sampel, Ne= Jumlah sifat efektif pada setiap ciri, I= Indeks Shannon’s,
h= Nilai keberagaman, P= Variasi antar ciri
Populasi Waioti berasal dari 2 lokasi yang berdekatan, dengan ketinggian lokasi sama 10 m dpl, mendapatkan sinar penuh, habitat tepi pesisir pantai, dan
tanah bertekstur gembur dan berwarna hitam. Populasi I. tinctoria pada lokasi Waioti tumbuh alami, namun dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai
pewarna, sehingga sering dilakukan pemangkasan. Variasi ditemukan pada beberapa ciri yaitu diameter batang, diameter kanopi, warna daun kering
permukaan atas, dan warna daun kering permukaan bawah. Berbeda dengan lokasi Maumere, dengan jumlah individu tinggi namun menghasilkan nilai keberagaman,
dan variasi antar ciri rendah. Lokasi Maumere dikoleksi dari 3 lokasi berjauhan Wairbleler, Luah, dan Maumere, namun memiliki habitat tanah yang sama dan
perkiraan umur tanaman sama. Adanya kesamaan habitat dan kondisi lingkungan lokasi dari Maumere menyebabkan rendahnya keberagaman.
Selain itu ditemukan ciri yang spesifik dari hasil eksplorasi I. tinctoria yaitu warna daun segar hijau biru tua, warna buah matang kemerahan dan warna buah
matang coklat kemerahan. Ciri warna pada daun dan buah yang berbeda dari aksesi yang berasal dari wilayah berbeda dapat terjadi karena adanya perbedaan faktor
lingkungan seperti suhu dan intensitas cahaya. Suhu dan intensitas cahaya di Flores memiliki kisaran lebih tinggi dibandingkan wilayah lain, mencapai 30
o
C sampai 34
o
C dengan intensitas cahaya 1016 –1170 lux. Penelitian sebelumnya juga
menunjukkan kandungan pigmen tanaman meningkat dengan peningkatan sinar radiasi matahari Alenius et al. 1995; Liu et al. 1995.
94