Kompetensi Dasar Tektonisme dan Gempa Bumi

Tujuan umum dari pengajaran geografi di sekolah yaitu: 1. Mengembangkan cara berfikir untuk dapat melihat dan memahami interaksi dan interelasi gejala-gejala fisis maupun sosial dalam konteks keruangan. 2. Menanamkan kesadaran bermasyarakat dan kesadaran akan keTuhanan Yang Maha Esa. 3. Mengembangkan ketrampilan deskripsi, membuat peta dan membuat komparasi wilayah. 4. Memupuk kemitraan ekologi dan kesadaran akan perlunya keseimbangan potensi wilayah Suharyono, 1989: 66.

D. Kompetensi Dasar Tektonisme dan Gempa Bumi

Materi geografi yang diambil dalam penelitian ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006 dan disesuaikan dengan Standart Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Standart Kompetensi : Menganalisis unsur-unsur geosfer Kompetensi Dasar : Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Materi : Tektonisme dan gempa bumi Indikator : 1. Mendiskripsikan pengertian tektonisme. 2. Menganalisis gejala-gejala diastropisme yang terdapat di permukaan bumi. 3. Menganalisis dampak gejala tektonisme baik fisik maupun sosial masyarakatnya. 4. Mendiskripsikan pengertian gempa bumi. 5. Menganalisis bentuk-bentuk gempa bumi. 6. Mengaplikasikan rumus Laksa pada beberapa fenomena gempa bumi yang pernah terjadi di Indonesia. 7. Menganalisis dampak gempa bumi baik fisik dan sosial masyarakatnya. Materi: 1. Tektonisme Sriyono 2009:34 mendefinisikan tektonisme adalah tenaga dari dalam bumi yang mengakibatkan perubahan letak dislokasi atau perubahan bentuk deformasi kulit bumi. Berdasarkan luas dan waktu terjadinya, gerakan lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik dan gerak orogenetik. a. Gerak Epirogenetik Gerak epirogenetik adalah gerak atau pergeseran lapisan kerak bumi yang relatif lambat dan berlangsung dalam waktu yang lama, serta meliputi daerah yang luas. Contoh: penenggelaman benua Gondwana menjadi Sesar Hindia. Gerak epirogentik dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1 Epirogenetik positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga kelihatannya permukaan air laut yang naik. Contoh: Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur Kepulauan Maluku dari pulau-pulau barat daya sampaike pulau Banda. Gambar 2.1 Gerak Epirogenetik Positif Sumber: zahrosofie.wordpress.com 2 Epirogenetik negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga kelihatannya permukaan air yang turun. Contoh: naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor. Gambar 2.2 Gerak Epirogenesis Negatif Sumber: zahrosofie.wordpress.com b. Gerak Orogenetik Gerak orogenetik adalah proses pembentukan pegunungan. Proses orogenesis meliputi luas areal yang relatif sempit dan dalam waktu yang relatif singkat, dibandingkan epirogenesis. Contoh: pembentukan pegunungan-pegunungan yang ada di bumi ini, seperti Pegunungan Andes, Rocky Mountain, Sirkum Mediterania, dan sebagainya. Gerak orogenetik menyebabkan tekanan horizontal dan vertikal di kulit bumi, yang mengakibatkan terjadinya dislokasi atau berpindah-pindahnya letak lapisan kulit bumi. Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan dan patahan. c. Diastropisme Susilawati 2010:15 mendefinisikan diastropisme adalah proses pembentukan permukaan bumi yang berasal dari tenaga dalam bumi tanpa dipengaruhi aktivitas magma. Gerakan diastropik mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Pola tersebut antara lain lipatan dan patahan. 1 Lipatan Folds Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya dalam bumi sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula sehingga membentuk lengkungan. Berdasarkan kedudukan garis sumbu simetrisnya dan bentuknya lipatan di bagi menjadi beberapa bentuk yaitu lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, lipatan rebah, lipatan isoklin dan sesar sungkup. Gambar 2.3 Macam Bentuk Lipatan Sumber: zahrosofie.wordpress.com 2 Patahan Fault Patahan adalah retakan sepanjang blok kerak bumi yang pada kedua sisinya bergerak satu dengan yang lainnya dengan arah yang paralel dengan retakan tersebut. Gambar 2.4 Bentuk-Bentuk Patahan Sumber: geospasial.blogspot.com 2. Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen. Gempa bumi itu sendiri diakibatkan oleh tumbukan antar dua lempeng yang terdapat dibumi, dimana salah satu lempeng menunjam lempeng yang lain. a. Klasifikasi gempa bumi Sriyono 2009:36 menggolongan beberapa jenis gempa bumi yaitu: 1 Berdasarkan Faktor Penyebabnya a Gempa Bumi Runtuhan Gempa bumi ini disebabkan oleh runtuhnya batu-batu raksasa di sisi gunung atau akibat runtuhnya gua-gua besar. b Gempa Bumi Vulkanik Gempa bumi vulkanik disebabkan oleh aktivitas gunung api yang akan meletus. Banyak peristiwa gempa vulkanis, biasanya gempa bumi ini mendahului erupsi gunung merapi, tetapi lebih sering terjadi secara bersamaan. c Gempa bumi tektonik Gempa bumi ini terjadi akibat proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan pergerakan lempeng. Gempa jenis ini memiliki kekuatan yang besar dan menjangkau wilayah yang sangat luas. 2 Berdasarkan Bentuk Episentrumnya a Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis. Gempa tektonik merupakan gempa linear. Salah satu akibat tektonisme adalah patahan. b Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berupa titik. Gunung api pada erupsi sentral adalah sebuah titik letusan, demikian juga runtuhan retak bumi. 3 Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum a Gempa dangkal, memiliki kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi. b Gempa menengah, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 100 km-300 km di bawah permukaan bumi. c Gempa dalam, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 300- 700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa terdalam 700 km. 4 Berdasarkan Jarak Episentrum a Gempa setempat, berjarak kurang dari 10.000 km. b Gempa jauh, berjarak 10.000 km. c Gempa jauh sekali, berjarak lebih dari 10.000 km. 5 Berdasarkan Letak Pusat Gempa a Gempa laut, terjadi jika letak episentrumnya terletak di dasar laut atau dapat pula dikatakan episentrumnya terletak di permukaan laut. Gempa ini terjadi karena getaran permukaan dirambatkan di permukaan laut bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan bumi di dasar laut. b Gempa darat, terjadi jika episentrumnya berada di daratan. b. Pencatatan Gempa Bumi Pencatatannya dilakukan di beberapa tempat yang berbeda, sehingga pusat gempa dan episentrumnya bisa diketahui secara tepat. Untuk menentukan letak suatu episentrum gempa, diperlukan catatan gempa bumi dari minimal tiga pencatat gempa bumi. Jarak stasiun ke episentrum dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Laska berikut: Δ = {S – P – 1} × 1 megameter Δ = Delta, menunjukkan jarak ke episentrum S = Saat tibanya gelombang S pada seismograf P = Saat tibanya gelombang P pada seismograf r = 1 menit; 1 megameter = 1.000 km.

E. Pengembangan