N = jumlah responden
Harga r
hitung
yang diperoleh dibandingkan dengan r
tabel
dengan taraf signifikansi 5 . Jika harga r
hitung
r
tabel
maka item soal yang diujikan memiliki kriteria valid.
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh bahwa soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, dan 12 merupakan soal valid, dan soal nomor 5, 9 merupakan soal tidak
valid.
3.6.2 Reliabilitas Soal
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subyek
yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Menurut Arikunto 2010: 239, rumus yang digunakan untuk menghitung
reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha.
Dengan:
dan keterangan :
k = banyaknya butir pertanyaan
2 b
= jumlah varians butir
2 t
= varians total
= jumlah skor tiap nomor butir soal
= jumlah skor total soal N
= jumlah responden Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga r product
moment pada tabel, jika r
hitung
r
tabel
maka item tes yang diujicobakan reliabel. Berdasarkan hasil ujicoba soal, diperoleh r
hitung
= 0,114 dan r
tabel
= 0,101. Maka soal ujicoba termasuk kriteria reliabel.
3.6.3 Tingkat KesukaranSoal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui soal yang digunakan
termasuk tipe soal mudah, sedang, atau sukar. Soal yang diujikan harus diketahui taraf kesulitannya.
Menurut Supranata 2004, rumus analisis tingkat kesukaran soal adalah :
Keterangan: IK
= indeks kesukaran soal Mean
= skor rata-rata peserta didik pada satu nomor butir soal SkorMaksimum = skor tertinggi yang telah ditetapkan pada pedoman
penskoran
Kriteria indeks kesukaran soal dijabarkan dalam skala di bawah ini: IK = 0,00 : terlalu sukar
0,00 IK ≤ 0,30 : sukar 0,30 IK ≤ 0,70 : sedang
0,71 IK ≤ 1,00 : mudah IK = 1,00 : terlalumudah
Berdasarkan hasil uji coba soal diperoleh kriteria bahwa soal nomor 5, 7, 9, dan 11 merupakan soal mudah, soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, dan 8 merupakan soal
sedang, dan soal nomor 10, dan 12 merupakan soal sukar.
3.6.4 Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal DP dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara tes yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan tes yang tidak mampu menjawab soal. Dengan kata lain daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk
membedakan antara tes yang berkemampuan tinggi dengan tes yang berkemampuan rendah.
Menurut Arikunto 2010, menyatakan bahwa untuk menghitung daya
beda soal dapat menggunakan rumus:
Keterangan: DP
= daya pembeda
Mean Kelompok Atas = skor rata-rata peserta didik pada satu nomor butir soal pada kelompok atas
Mean Kelompok Bawah = skor rata-rata peserta didik pada satu nomor butir soal pada kelompok bawah
Skor Maksimum Soal = skor tertinggi yang telah ditetapkan Klasifikasi daya pembeda:
0,00 ≤ DP ≤ 0,19 = soal dibuang
0,19 DP ≤ 0,29 = soal diperbaiki
0,29 DP ≤ 0,39 = soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,39 DP ≤ 1,00 = soal diterima baik
Dari hasil analisis diperoleh bahwa soal nomor 12 memiliki kriteria diperbaiki, soal nomor 8 memiliki kriteria diterima tapi diperbaiki, dan soal
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, dan 11 memiliki kriteria diterima baik.
3.7 Metode Analisis Data