Kemampuan Komunikasi Lisan dan Kerjasama

pemecahan masalah ditandai dengan naiknya persentase tiap aspek kemampuan komunikasi tertulis dan pemecahan masalah dari sebelum dan sesudah perlakuan. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa, Pembelajaran inkuiri terbimbing mengangkat masalah dalam dunia nyata sebagai konteks pembelajaran. Media animasi interaktif berfungsi mengajak siswa secara langsung dan aktif mengalami sendiri dalam percobaan untuk mengembangkan kemampuan generik sains siswa. Perpaduan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan media animasi interaktif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi tertulis dan pemecahan masalah siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata nilai kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

4.2.2 Kemampuan Komunikasi Lisan dan Kerjasama

Kemampuan generik sains dalam penelitian didukung aspek komunikasi lisan dan kerjasama siswa. Komunikasi lisan diantaranya adalah menyampaikan ide secara lisan, mengungkapkan kembali hasil pembicaraan, mengidentifikasi suasana hati lawan bicara, mempengaruhi lawan bicara secara positif dan memberikan presentasi sesuai dengan rencana. Sedangkan kerjasama siswa diantaranya mengambil giliran dan berbagi tugas dalam kelompok, mengundang oranglain untuk berbicara menyelesaikan tugas, menggunakan kesepakatan menghargai kontribusi, mendorong partisipasi dan juga menghormati perbedaan individu. Aspek komunikasi lisan dan kerjasama siswa diamati pada saat siswa melakukan kegiatan dalam LKS. Penelitian dengan menggunakan model inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk aktif selama proses pembelajaran. Aspek komunikasi lisan dan kerjasama siswa diperoleh dari pengamatan siswa selama melakukan proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer. Berdasarkan hasil observasi aspek psikomotorik siswa secara klasikal kelas eksperimen Tabel 4.10. Kelas eksperimen pertemuan pertama memperoleh persentase sebesar 66,97 dengan kriteria cukup aktif. Namun besarnya aspek komunikasi lisan dan kerjasama siswa tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas eksperimen pertemuan ketiga yang memperoleh persentase sebesar 81,52 dengan kriteria sangat aktif . Dengan kata lain, siswa kelas eksperimen pada pertemuan ketiga menjadi lebih aktif, terlihat adanya peningkatan keaktifan siswa dari pertemuan awal kegiatan pembelajaran sebesar 66,97, kemudian meningkat pada kegiatan pembelajaran kedua yaitu 74,09, dan meningkat lagi menjadi 81,52 pada kegiatan pembelajaran yang terakhir. Terjadinya peningkatan keaktifan siswa pada kelas eksperimen disebabkan oleh siswa yang bersemangat dan mulai terbiasa melakukan kerja ilmiah, dalam rangka membangun konsep serta pengetahuannya melalui pendekatan keterampilan proses. Pada pelaksanaan kegiatan, kelas eksperimen mengikuti tahapan-tahapan model inkuiri terbimbing dan kelas kontrol melalui metode konvensional. Secara keseluruhan hasil belajar komunikasi lisan dan kerjasama kelas tersebut sudah baik dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan media animasi interaktif, dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan siswa mengalami sendiri suatu percobaan untuk memecahkan semua permasalahan tentang materi pembelajaran yang mengakibatkan pembelajarannya lebih bermakna. Siswa menjadi tertarik dengan pembelajaran ini dan siswa benar-benar belajar bagaimana cara melakukan kegiatan eksperimen dan praktikum dengan benar.

4.2.3 Kendala Dalam Melaksanakan Penelitian