23 Kriteria persentase keaktivan siswa secara individual:
Sangat Aktif : 81 skor ≤ 100
Aktif : 61 skor ≤ 80
Cukup Aktif : 41 skor ≤ 60
Kurang Aktif : 21 skor ≤ 40
Tidak Aktif : 0 skor ≤ 20
5. Indikator keberhasilan
a. Petunjuk praktikum yang dikembangkan dinyatakan layak apabila:
1 Ju
mlah skor validasi pakar ≥ 81,25 2
Rata-rata skor tanggapan siswa dan guru ≥ 81,25
b. Petunjuk praktikum yang dikembangkan dinyatakan efektif apabila:
1 Minimal 9
0 siswa memperoleh nilai hasil belajar ≥ 75 2
Minimal 90 siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pentingnya Pengembangan petunjuk praktikum kontekstual dengan
pemanfaatan kondisi lingkungan lokal materi pencemaran dilakukan 1.
Identifikasi masalah
Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi dan masalah, yaitu dengan melakukan observasi di SMA N 2 Rembang untuk mengetahui
potensi dan masalah. Observasi awal dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, angket, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil observasi di SMA N 2 Rembang tahun 2012, didapatkan informasi bahwa belum terdapat petunjuk praktikum materi
pencemaran. Selama ini guru biologi kelas X dalam menyampaikan materi pencemaran dilakukan dengan metode diskusi. Praktikum belum pernah
dilakukan sebagai sumber belajar siswa, padahal materi pencemaran sangat banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan. Hasil
belajar siswa pada materi pencemaran masih kurang, yaitu terdapat 52 siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM yang ditetapkan
yaitu 75. Sedangkan melalui angket diketahui bahwa 95 siswa menyukai materi pencemaran, namun 49 siswa merasa kesulitan dalam mempelajari
materi tersebut. Sebanyak 97 siswa menyukai kegiatan praktikum dan 95 siswa setuju jika pembelajaran materi pencemaran menggunakan
kegiatan praktikum, serta 100 siswa menyatakan tertarik untuk mengetahui pencemaran yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.
SMA N 2 Rembang beralamat di Jalan Gajah Mada nomor 2 Rembang, terletak di jalur pantura pesisir pantai utara jawa. Cuaca di daerah
ini panas dengan curah hujan rendah. Hal tersebut menyebabkan cemaran asap dan jelaga sangat tinggi. Faktor kendaraan seperti sepeda motor, bus,
truk hingga kendaraan berat, baik antar propinsi maupun antar pulau semakin memperparah pencemaran udara di daerah ini. Sedangkan untuk
kondisi perairannya, terutama sungai telah tercemar oleh limbah batik produksi rumahan yang terkenal dengan batik Lasem.