45
a. Penyusunan hirarki
Jenjang hirarki diartikan sebagai derajat dari tingkatan ranking of levels dari beberapa sub -ordinat terhadap lainnya; dengan anggapan jenjang-jenjang tersebut
berada pada suatu bentuk struktur yang teratur Rosser, 1994 dalam Eriyatno, 1999. Penentuan tingkat jenjang hirarki menggunakan lima kriteria, yaitu 1 kekuatan
ikatan bond strength dalam dan antar-kelompok atau tingkat, 2 frekuensi relatif guncangan oskilasi, dalam hal ini tingkat jenjang yang lebih rendah lebih cepat
terguncang daripada jenjang di atasnya, 3 konteks context, di mana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka waktu yang lebih lambat dan pada ruang yang
lebih luas dibandingkan jenjang di bawahnya, 4 cakupan containment, dalam hal ini jenjang yang lebih tinggi mencakup jenjang yang lebih rendah, dan 5 hubungan
fungsional, dalam hal ini jenjang yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang mempengaruhi peubah cepat di jenjang bawahnya.
Program yang sedang ditelaah penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen- elemen dan selanjutnya setiap elemen diuraikan lagi menjadi sejumlah sub-elemen.
Langkah ini diulang-ulang sampai tingkat penguraian dirasakan memadai. Saxena 1992 dalam Eriyatno 1999 menyatakan bahwa program dapat dibagi menjadi
sembilan elemen, yaitu 1 sektor masyarakat yang terpengaruhi, 2 kebutuhan dari program, 3 kendala utama, 4 perubahan yang dimungkinkan, 5 tujuan program,
6 tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, 7 aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8 ukuran aktivitas untuk mengevaluasi hasil yang dicapai
oleh setiap aktivitas, dan 9 lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Selanjutnya setiap elemen dari program yang dikaji diuraikan menjadi sejumlah
sub -elemen dan di antara sub-elemen yang dihasilkan ditetapkan hubungan kontekstual. Dalam hubungan kontekstual terdapat adanya suatu arah direction
46 tertentu, misalnya: “apakah tujuan A lebih penting daripada tujuan B?”, atau “apakah
lembaga A lebih berperan daripada lembaga B?” Hubungan kontekstual dalam teknik ISM selalu dinyatakan dalam terminologi
sub -ordinat yang menuju pada pembandingan berpasangan pairwise comparison antar-subelemen yang mengandung arah hubungan tersebut. Hubungan ini dapat
bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Dalam teknik ISM data yang diolah adalah kumpulan pendapat pakar experts yang ditanyai tentang keterkaitan antar-
subelemen. Contoh keterkaitan antar-subelemen ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Keterkaitan antar-subelemen dalam teknik ISM Marimin, 2004
Jenis Interpretasi
Pembandingan comparative •
A lebih pentingbesarindah, daripada B Pernyataan definitive
• A termasuk didalam B
Pengaruh influence •
A mengartikan B •
A menyebabkan B •
A adalah sebagian penyebab B •
A mengembangkan B •
A menggerakkan B •
A meningkatkan B Keruangan spatial
• A adalah selatanutara B
• A diatas B
• A sebelah kiri B
Kewaktuan TemporalTime Scale
• A mendahului B
• A mengikuti B
• A mempunyai prioritas lebih dari B
Berdasarkan pertimbangan hubungan kontekstual dapat disusun Matriks Swa- Interaksi Struktural Structural Self-Interaction Matrix, atau SSIM. Penyusunan
SSIM ini menggunakan simbol-simbol V, A, X, dan O, dengan penjelasan sebagai berikut: Eriyatno, 1999
V adalah e
ij
= 1 dan e
ji
= 0 X adalah e
ij
= 1 dan e
ji
= 1 A adalah e
ij
= 0 dan e
ji
= 1 O adalah e
ij
= 0 dan e
ji
= 0 Simbol 1 menunjukkan adanya hubungan kontekstual, dan simbol 0 menunjukkan
tidak adanya hubungan kontekstual, di antara elemen I dan J dan sebaliknya.
47 Setelah SSIM terbentuk, dapat dibuat Matriks Keterjangkauan Reachibility
Matrix, atau RM dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0.
Selanjutnya dilakukan perhitungan menurut Aturan Transitivitas untuk melakukan koreksi terhadap SSIM sampai terjadi matriks yang tertutup. Modifikasi SSIM in i
membutuhkan masukan dari panel pakar. Hasil revisi SSIM dan matriks yang memenuhi syarat Aturan Transitivitas diproses lebih lanjut. Pengolahan lebih lanjut
dari RM yang telah memenuhi Aturan Transitivitas adalah penetapan pilihan jenjang. Pengolahan tersebut bersifat tabulatif dengan pengisian format, dan dapat dibantu
dengan komputer.
b. Klasifikasi subelemen