98 Tabel 8.1. Matriks keputusan pemilihan lokasi agroindustri nenas di Kabupaten Subang
K1 K2
K3 K4
K5 K6
Nilai Eigen
Prioritas
L1 3,667
4 4
3,333 3,667
3,667 7,471
3 L2
4,667 4,333
4,667 4,667
4,667 4,667
7,741 1
L3 2,667
3 3,667
3,667 3
3,333 7,292
5 L4
3,333 3,333
3 2,667
4 3,667
7,321 4
L5 3,333
4,333 4
4 4,333
4 7,560
2
2. Submodel Pemilihan Produk Nenas Olahan
Seperti halnya submodel pemilihan lokasi, submodel pemilihan produk nenas olahan juga didasarkan pada teknik MPE. Submodel pemilihan produk nenas olahan
bertujuan membantu pengambil keputusan untuk menetapkan produk olahan yang paling sesuai untuk dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Seperti dapat
dilihat pada Gambar 2.1. Pohon Industri Nenas, ada banyak produk olahan yang dapat dihasilkan dari nenas. Dalam submodel pemilihan produk nenas ini, ragam produk
yang dipilih, kriteria pemilihan yang digunakan serta bobot kriterianya, dan pakar yang dijadikan narasumber dapat ditentukan sendiri oleh pengguna model. Gambar
8.3 menyajikan tampilan halaman utama dari submodel pemilihan produk nenas olahan.
Dalam verifikasi yang dilakukan, dipilih empat jenis produk nenas olahan, yaitu dodol nenas P1, nenas kaleng P2, selai nenas P3, dan konsentrat P4. Dodol
nenas dan selai nenas dipilih karena kedua produk ini merupakan produk olahan yang hanya memerlukan proses dan peralatan sederhana sehingga cocok untuk dilakukan
oleh usaha kecil. Produk nenas kaleng dan konsentrat nenas dipilih karena produk- produk ini merupakan dua produk yang lazim dihasilkan oleh perusahaan besar dan
dalam skala yang besar pula.
99 Gambar 8.3. Tampilan halaman utama submodel pemilihan produk nenas olahan.
Dalam verifikasi digunakan sembilan kriteria keputusan, yaitu: kemudahan pasar K1, ketersediaan bahan baku K2, nilai tambah produk K3, daya serap
tenaga kerja K4, peningkatan pendapat petani K5, potensi pasar K6, ketersediaan modal K7, teknologi yang digunakan K8, dan dampak terhadap lingkungan K9.
Bobot dari masing -masing kriteria ditentukan melalui diskusi dengan pakar, demikian pula nilai setiap alternatif dilihat dari masing -masing kriteria yang digunakan. Hasil
verifikasi menunjukkan bahwa dodol nenas P1 menempati urutan prioritas pertama sebagai produk yang paling baik dalam memenuhi kesembilan kriteria yang
digunakan. Nenas kaleng P3 menduduki urutan kedua. Tersusunnya prioritas produk seperti yang dihasilkan tampaknya dipengaruhi oleh pemilihan responden yang
digunakan. Sebagian besar responden adalah pihak-pihak memiliki kedekatan dengan usaha kecilpetani sehingga pendapat responden memang lebih banyak mendukung
100 usaha yang sesuai untuk usaha kecil. Dalam analisis kelayakan usaha dodol nenas
dan nenas kaleng digunakan sebagai produk-produk untuk dianalisis. Analisis kelayakan usaha dodol nenas dilakukan karena produk ini merupakan produk prioritas
pertama yang perlu dikembangkan di Kabupaten Subang, apalagi industri dodol nenas merupakan industri yang sesuai untuk industri kecil yang dapat dikelola oleh petani
nenas. Nenas kaleng sebagai produk prioritas kedua juga dianalisis kelayakan usahanya karena industri nenas kaleng yang merupakan industri skala besar
diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah PAD yang berarti bagi Kabupaten Subang di samping juga merupakan industri yang diharapkan dapat
memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Subang. Tabel 8.2 menyajikan matriks pemilihan produk nenas olahan. Lampiran 8 sampai 11 menyajikan tampilan-
tampilan proses pemilihan produk nenas olahan dalam submodel pemilihan produk nenas olahan.
Tabel 8.2. Matriks pemilihan produk nenas olahan di Kabupaten Subang
K1 K2
K3 K4
K5 K6
K7 K8
K9 Nilai
Eigen Prioritas
P1 5
5 3
3 4.667
3.667 4.667
5 3.667
10.564 1
P2 4.333 4.333
4 3.333
3.667 3.667
4 4
3 10.496
2 P3 3.333
3 5
4.667 2.667
5 3.333
3 2.333
10.414 3
P4 2.667 4.333
4 4.667
2.667 4
3.333 3
2.333 10.393
4
3. Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas