Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas

100 usaha yang sesuai untuk usaha kecil. Dalam analisis kelayakan usaha dodol nenas dan nenas kaleng digunakan sebagai produk-produk untuk dianalisis. Analisis kelayakan usaha dodol nenas dilakukan karena produk ini merupakan produk prioritas pertama yang perlu dikembangkan di Kabupaten Subang, apalagi industri dodol nenas merupakan industri yang sesuai untuk industri kecil yang dapat dikelola oleh petani nenas. Nenas kaleng sebagai produk prioritas kedua juga dianalisis kelayakan usahanya karena industri nenas kaleng yang merupakan industri skala besar diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah PAD yang berarti bagi Kabupaten Subang di samping juga merupakan industri yang diharapkan dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Subang. Tabel 8.2 menyajikan matriks pemilihan produk nenas olahan. Lampiran 8 sampai 11 menyajikan tampilan- tampilan proses pemilihan produk nenas olahan dalam submodel pemilihan produk nenas olahan. Tabel 8.2. Matriks pemilihan produk nenas olahan di Kabupaten Subang K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 Nilai Eigen Prioritas P1 5 5 3 3 4.667 3.667 4.667 5 3.667 10.564 1 P2 4.333 4.333 4 3.333 3.667 3.667 4 4 3 10.496 2 P3 3.333 3 5 4.667 2.667 5 3.333 3 2.333 10.414 3 P4 2.667 4.333 4 4.667 2.667 4 3.333 3 2.333 10.393 4

3. Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas

Verifikasi submodel kelayakan usaha kebun nenas dilakukan dengan menggunakan sumber data dari Provinsi Bangka-Belitung yang disesuaikan dengan kondisi tempat penelitian dilakukan, yaitu di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha kebun nenas di Subang adalah sebagai berikut: 101 1. Sumber dana sebesar 75 persen dari bank umum konvensional dengan suku bunga sebesar 16 per tahun selama masa pembangun an dan 16 per tahun selama mas a produksi, dan 25 sisanya berasal dari modal sendiri. 2. Jangka waktu pengembalian kredit adalah selama 10 tahun, dengan waktu tenggang pengembalian tiga tahun. 3. Pajak Pertambahan Nilai 10 persen. 4. Produktivitas kebun 50 tonha dengan luas kebun 1.500 ha. 5. Harga jual nenas segar ke industri pengalengan nenas Rp 825kg. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas dan masukan data yang ada, diperoleh hasil analisis kelayakan usaha kebun nenas berupa proyeksi rugi-laba dan proyeksi arus kas untuk kurun waktu 20 tahun. Secara rinci proyeksi rugi-laba dan arus kas untuk kebun nenas ini dapat dilihat pada Lampiran 28. Hasil analisis kelayakan untuk kebun nenas dengan luas 1.500 hektar dan produktiv itas 50 tonha disajikan pada Tabel 8.3. Dari Tabel 8.3. tampak bahwa usaha kebun nenas adalah layak dengan resiko sedang. Tingkat resiko di atas muncul sebagai akibat berfluktuasinya angka arus kas karena adanya biaya peremajaan tanaman setiap 5 lima tahun sekali yang jumlahnya cukup besar. Tabel 8. 3. Hasil analisis kelayakan usaha kebun nenas dengan luas 1.500 hektar untuk kurun waktu 20 tahun. Kriteria Finansial Nilai NPV Rp IRR PBP tahun BC Benefitcost Ratio CVCoefficient of Variance 9,660,138,485.53 20.07 10.66 1.14 1.12 Untuk membangun kebun nenas seluas 1.500 hektar tersebut dibutuhkan investasi sebesar Rp. 22.345.000.000 yang rincian perhitungannya dapat dilihat pada 102 Lampiran 28. Gambar 8.4 memperlihatkan tampilan model kelayakan finansial kebun nenas dalam Model AINI-MS. Gambar 8.4. Tampilan model kelayakan finansial kebun nenas pada Model AINI-MS.

4. Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas