74
1. Konfigurasi Model Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas
Rekayasa model kemitraan setara usaha agroindustri ne nas diwujudkan dalam bentuk paket program perangkat lunak komputer sistem penunjang keputusan yang
dinamakan Model AINI-MS. Model ini bertujuan membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha agroindustri nenas dengan sistem
kemitraan setara. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi 6.0
Komponen-komponen utama yang ada dalam model AINI-MS adalah Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen
Dialog. Konfigurasi model AINI-MS disajikan pada Gambar 6.1.
2. Sistem Manajemen Basis Data dalam Model AINI-MS
Sistem Manajemen Basis Data pada Model AINI-MS berisi berbagai data dan berfungsi untuk mengelola data yang dibutuhkan oleh Sistem Manajemen Basis
Model. Pengendalian basis data melalui Sistem Manajemen Basis Data dilakukan dengan memilih menu seperti, input data, tampilan data, menghapus data, dan
menyimpan data. Hal ini dimaksudkan agar model AINI-MS dapat bersifat aktual, sesuai dengan kondisi pada saat digunakan.
Basis data dalam Model AINI-MS terdiri atas enam kelompok, yaitu: 1 basis data pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, 2 basis data pemilihan produk nenas
olahan, 3 basis data kelayakan usaha perkebunan nenas, 4 basis data kelayakan usaha pabrik pengolahan nenas, 5 basis data kelayakan usaha integrasi kebun-
pengolahan, dan 6 basis data analisis kelembagaan kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Keenam kelompok basis data tersebut dijelaskan secara lebih rinci
berikut ini:
75
a. Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI -Nenas
Basis data pemilihan lokasi usaha AI-Nenas berisi data hasil penilaian pakar tentang kriteria pemilihan lokasi AI-Nenas. Kriteria yang digunakan ada enam ,
yaitu: 1 Ketersediaan bahan baku, 2 Ketersediaan lahan, 3 Ketersediaan tenaga kerja, 4 Keamanan, 5 Fasilitas transportasi, dan 6 Ketersediaan
infrastruktur. Alternatif lokasi yang tersedia di Kabupaten Subang ada lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Tanjungsiang, Kecamatan Cijambe, Kecamatan
Jalancagak, Kecamatan Sagal aherang, dan Kecamatan Cisalak. Penentuan kriteria dan alternatif lokasi dilakukan melalui diskusi dengan
tiga orang pakar, yaitu Bunasor Sanim dari Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Endang Siwandar dari Kantor Dinas Koperasi dan PKM Kabupaten Subang, dan
Bayu Krishnamurti dari Pusat Studi Pembangunan IPB. . Keenam kriteria pemilihan di atas kemudian disusun peringkat kepentingannya dengan
memberikan bobot kepada masing-masing kriteria berdasarkan formula Eckenrode. Total bobot keenam kriteria adalah 1,0. Setiap alternatif lokasi
kemudian ditentukan kemampuannya dalam memenuhi masing-masing kriteria dengan memberikan nilai kepada setiap alternatif. Nilai 1 menunjukkan bahwa
suatu alternatif sangat tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 2 diberikan jika suatu alte rnatif dianggap tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 3
diberikan jika suatu alterantif dianggap cukup mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 4 diberikan jika suatu alternatif dianggap mampu memenuhi suatu kriteria,
dan nilai 5 diberikan jika suatu alternatif dianggap sangat mampu memenuhi suatu kriteria. Bobot dan nilai ini ditentukan dengan menggunakan teknik MPE Metode
Perbandingan Eksponensial. Jumlah kriteria, alternatif lokasi, dan pakar yang
76 dilibatkan dalam diskusi pada basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, dan
dihapus.
b. Basis Data Pemilihan Produk Nenas Olahan
Basis data pemilihan produk olahan nenas berisi hasil penilaian pakar tentang produk nenas olahan yang selayaknya dikembangkan di Kabupaten
Subang. Proses pemilihan produk nenas olahan ini dilakukan dengan menggunakan teknik MPE Metode Perbandingan Eksponensial. Seperti halnya
pada Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas, pada Basis Data Pemilihan Produk Nenas ini ditentukan sembilan kriteria keputusan, yang dalam hal ini
terdiri atas: kemudahan pasar K1, ketersediaan bahan baku K2, nilai tambah produk K3, daya serap tenaga kerja K4, peningkatan pendapatan petani K5,
potensi pasar K6, ketersediaan modal K7, teknologi yang digunakan K8, dan dampak terhadap lingkungan K9. Alternatif produk yang dipertimbangkan
adalah dodol nenas P1, selai nenas P2, nenas kaleng P3, dan konsentrat nenas P4. Jumlah kriteria, alternatif, dan pakar yang dilibatkan dalam diskusi pada
basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus sesuai kebutuhan pengguna.
c. Basis Data Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas
Basis data kelayakan usaha perkebunan nenas terdiri atas berbagai data yang akan digunakan untuk menghitung kelayakan finansial kebun nenas. Data yang
terse dia adalah data jumlah investasi pembangunan kebun nenas, pemeliharaan tanaman selama belum menghasilkan, dan biaya pemeliharaan tanaman
menghasilkan untuk luasan areal per satu hektar. Data biaya tersebut didasarkan pada pengamatan lapangan di Kabupaten Subang dan dilengkapi dengan data
sekunder dari Kabupaten Belitung Pemda Kabupaten Belitung, 2003.
77 Data proyeksi produksi kebun tonha selama umur ekonomis tanaman
akan tergantung pada usia tanaman. Basis data kelayakan usaha kebun ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus.
d. Basis Data Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas
Dalam basis data ini ada dua usaha pengolahan nenas yang tercakup, yaitu, 1 usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah nenas kalengan. Usaha
ini termasuk industri yang berskala besar dan menjadi bagian dari pengusaha besar, dan 2 usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah dodol nenas.
Usaha ini berskala kecil dan menjadi bagian dari pengusaha kecilmenengah. Basis data ini berisi data jumlah investasi pabrik yang meliputi biaya pengadaan
lahan, biaya bangunan, biaya peralatan kantor, kendaraan, dan biaya pra-operasi. Data biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, bahan pendukung, tenaga kerja
langsung, peralatan produksi, dan biaya angkutan. Data biaya operasi meliputi biaya administrasi umum, manajemen, dan biaya pemasaran. Data biaya
penyusutan dan amortisasi terdiri atas biaya penyusutan bangunan, peralatan mesin pabrik, peralatan laboratorium, peralatan kantor dan kendaraan. Biaya
bunga terdiri atas bunga investasi dan biaya bunga modal kerja. Data harga jual produk, harga beli bahakn baku dan bahan penolong, dan tingkat suku bunga
pinjaman dapat diubah-ubah sesuai dengan masukan dari pihak pengguna model.
e. Basis Data Kelembagaan Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas
Basis data kelembagaan kemitraan setara diolah dengan teknik ISM Interpretative Structural Modeling. Sesuai dengan sasaran penelitian ini,
ditetapkan enam elemen yang dibahas, yaitu, kebutuhan program, kendala utama, tujuan program pengembangan, ukuran pencapaian tujuan, aktivitas yang
dibutuhkan, dan pelaku yang terlibat dalam kemitraan setara. Sub-elemen dari
78 masing-masing elemen tersebut telah diuraikan di Bab V. Jumlah elemen dan sub-
elemen dapat diaudit, ditambah, atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan pengguna model.
3. Sistem Manajemen Basis Model dalam Model AINI-MS
Sistem manajemen basis model terdiri dari model untuk mengolah data sehingga menghasilkan informasi dan alternatif-alternatif keputusan. Model AINI-MS
direkayasa untuk dapat membantu dalam pengambilan keputusan menyangkut usaha agroindustri nenas. Data atau skenario yang diinputkan ke salah satu basis model akan
diolah sehingga menghasilkan output yang dikehendaki guna mendukung suatu keputusan. Sesuai dengan tujuan penelitian, keberhasilan model kemitraan setara
dalam usaha agroindustri nenas sebagai tujuan utama dari model AINI-MS adalah peningkatan pendapatan petani dan kesetaraan posisi petani-industri yang ditandai
oleh keseimbangan nilai BCR benefit-cost ratio. Sistem manajemen basis model AINI-MS terdiri atas enam submodel, yaitu: 1
Submodel pemilihan lokasi agroindustri nenas, 2 Submodel pemilihan produk nenas olahan, 3 Submodel kelayakan usaha perkebunan nenas, 4 Submodel kelayakan
usaha pengolahan nenas, 5 Submodel kelayakan usaha integrasi kebun dan pabrik pengolahan nenas dan 6 Submodel kelembagaan kemitraan setara. Secara lebih rinci
masing-masing submodel dijelaskan di bawah ini.
a. Submodel Pemilihan Lokasi Usaha Agroindustri Nenas
Rekayasa submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas bertujuan membantu pengguna memilih lokasi usaha agroindustri nenas yang paling sesuai.
Output dari submodel ini adalah urutan prioritas lokasi usaha sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
79 Urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas ditetapkan berdasarkan
sejumlah kriteria oleh sejumlah pakar. Sejumlah alternatif lokasi kemudian akan diperbandingkan menurut kriteria yang telah ditetapkan.
Proses perhitungan untuk memilih lokasi usaha dilakukan dengan menggunakan teknik MPE Metode Perbandingan Eksponensial. Teknik ini pada
dasarnya membandingkan berbagai alternatif keputusan yang tersedia berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam teknik MPE adalah sebagai
berikut: 1 Sejumlah pakar responden memberikan penilaian bobot tingkat kepentingan terhadap setiap kriteria, 2 para pakar melakukan penilaian terhadap
semua alternatif yang ada berdasarkan setiap kriteria, 3 hasil dari para pakar kemudian dihitung , dan 4 urutan prioritas alternatif lokasi dapat ditetapkan.
Secara skematik alur proses untuk menentukan urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas disajikan dalam Gambar 6.2.
Gambar 6. 2. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas Mulai
Input analisis prioritas lokasi usaha AI nenas: - Alternatif lokasi usaha
- Kriteria pemilihan lokasi - Bobot untuk masing-masing kriteria
- Skor relatif untuk masing-masing
alternatif lokasi usaha Penentuan urutan prioritas lokasi usaha AI
nenas dengan menggunakan Teknik MPE Output:
Urutan prioritas lokasi usaha AI nenas Selesai
80
b. Submodel Pemilihan Produk Nenas Olahan
Rekayasa submodel pemilihan produk nenas olahan bertujuan membantu pengguna model memilih produk nenas olahan yang layak dikembangkan. Output
dari submodel ini adalah urutan prioritas alternatif produk nenas olahan yang layak dikembangkan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Seperti halnya proses pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, proses pemilihan produk nenas olahan dilakukan dengan menggunakan teknik MPE.
Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan diperlihatkan pada Gambar 6.3.
Gambar 6. 3. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan. Mulai
Input analisis pemilihan prioritas produk nenas olahan:
- Alternatif produk nenas olahan - Kriteria pemilihan
- Bobot untuk masing-masing kriteria - Skor relatif untuk masing-masing
alternatif produk nenas olahan
Penentuan urutan prioritas produk nenas olahan dengan menggunakan Teknik MPE
Output: Urutan prioritas produk nenas olahan
Selesai
81
c. Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas
Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas bertujuan menganalisis kelayakan dan risiko usaha perkebunan nenas dengan luas 1500 hektar. Data yang
digunakan berasal dari penelitian yang dilakukan di perkebunan nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Submodel yang dihasilkan berguna
bagi: 1 investorcalon investor yang berminat menanamkan modal dalam usaha perkebunan nenas, 2 lembaga pembiayaan usaha yang berencana melibatkan diri
dalam usaha agribisnisagroindustri, dan 3 pemerintah daerah yang berkepentingan mengembangkan usaha perkebunan nenas sebagai salah satu
sumber pendapatan asli daerah dan membantu petani nenas meningkatkan pendapatan.
Masukan data untuk submodel ini ada dua macam, yaitu data yang disimpan dalam file data struktur usaha perkebunan dan data yang berasal dari pengguna.
Formulasi untuk menghitung kriteria penilaian investasi dan risiko usaha adalah seperti yang telah diuraikan dalam Bab 2.
Skenario masukan yang dilakukan untuk submodel ini adalah berbagai tingkat suku bunga yang mungkin dan DER debt-to-equity ratio, atau
perbandingan utang dengan dana sendiri. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga dan harga jual nenas segar.
Keluaran dari submodel ini adalah kriteria kelayakan usaha NPV, IRR, Net BC, PBP, dan BEP. Tingkat risiko usaha dihitung dengan menggunakan kriteria
risiko CV 0,5 untuk usaha berisiko rendah, CV 0,5 dan CV 0,8 untuk usaha berisiko sedang, dan CV 0,8 untuk usaha berisiko tinggi. Diagram alir deskriptif
submodel kelayakan usaha perkebunan nenas disajikan pada Gambar 6.4.
82 Gambar 6. 4. Diagram alir deskriptif submodel kelayakan usaha kebun nenas.
d. Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas
Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas dirancang untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha pengolahan nenas. Usaha pengolahan
Mulai
Input data finansial: - Biaya investasi kebun 1500 ha
- Biaya tetap dan biaya variabel - Biaya produksi tanaman
Input skenario usaha: - DER
- Lama waktu pinjaman - Suku bunga
- Harga jual nenas
- Analisis Rugi-Laba
- Analisis Arus Kas
- Kriteria kelayakan usaha IRR, BC, BEP, PBP
- Risiko investasi
Kriteria terpenuhi?
Cetak: -
Kriteria kelayakan usaha -
Risiko investasi -
-Analisis RL dan AK
Selesai ya
Tidak
83 nenas yang dipilih adalah usaha pengalengan nenas dan usaha dodol nenas, sesuai
dengan prioritas produk yang terpilih melalui teknik MPE. Submodel ini berguna bagi 1 kalangan investorcalon investor yang berminat menanamkan dana dalam
usaha pengolahan nenas, termasuk petani dan koperasi petani yang berminat memasuki industri hilir pengolahan nenas, 2 lembaga pembiayaan usaha yang
berencana mengembangkan usaha ke sektor agroindustri nenas, dan 3 pemerintah daerah yang berkepentingan dalam pembinaan petani dan peningkatan pendapatan
asli daerah. Langkah -langkah pengoperasian submodel kelayakan usaha pengolahan nenas ini sama dengan langkah-langkah pengoperasian submodel
usaha kebun nenas.
e. Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara
Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara merupakan bagian terpenting dalam Model AINI-MS yang dapat digunakan oleh pengguna untuk membantu
pengambilan keputusan dalam menganalisis program rekayas a kemitraan usaha agorindustri nenas. Pengguna yang diharapkan akan mendapat manfaat dari
submodel ini adalah: 1 investor, 2 petani dan koperasi atau gabungan kelompok tani, 3 lembaga pembiayaan usaha, dan 4 pemerintah daerah. Submodel tersebut
menggunakan Metode ISM yang memandang pola kemitraan sebagai suatu sistem yang terdiri elemen-elemen. Elemen-elemen yang dipilih merupakan elemen-
elemen yang dipandang berperan penting dalam menentukan keberhasilan rekayasa kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Ada enam elemen
yang dipertimbangkan, yaitu: 1 kebutuhan program, 2 kendala program, 3 tujuan program, 4 indikator pencapaian tujuan, 5 pelaku yang terlibat, dan 6
aktivitas yang diperlukan. Pengguna model diberi keleluasaan untuk menentukan jumlah dan nama subelemen untuk setiap elemen yang dikaji. Pada dasarnya, cara
84 kerja submodel ini adalah menyusun hirarki dan interaksi di antara setiap
subelemen dari elemen-elemen yang dikaji dan mengelompokkannya ke dalam empat sektor. Langkah-langkah dalam rekayasa submodel kemitraan ini secara
skematik dapat dilihat pada Gambar 6.5.
4. Sistem Manajemen Dialog
Sistem manajemen dialog adalah komponen model yang dirancang untuk mengatur komunikasi antara pengguna model dan model itu sendiri agar interaksi
antara pengguna dan model dapat dilakukan dengan mudah. Dialog dengan pengguna dimudahkan dengan adanya menu pilihan atau pertanyaan-pertanyaan yang hanya
memerlukan jawaban yang singkat. Masukan dari pengguna berupa data, variabel, pilihan skenario dan pe rnyataan singkat. Keluaran yang diberikan model dapat berupa
tabel, grafik, keterangan atau pernyataan singkat yang mudah dipahami.
85 Gambar 6. 5. Submodel analisis kelembagaan kemitraan setara usaha AI Nenas.
Mulai Input data analisis program kelembagaan
kemitraan setara AI Nenas yang meliputi: - Kebutuhan program
- Kendala utama program - Tujuan program
- Indikator pencapaian tujuan - Aktivitas yang diperlukan
- Pelakulembaga yang terlibat
Penentuan strategi kelembagaan kemitraan setara AI Nenas dengan menggunakan Metode ISM
OK?
Cetak: -
Hirarki setiap subelemen dari setiap elemen yang dikaji -
Klasifikasi subelemen untuk setiap elemen dalam empat sektor
- Subelemen kunci untuk setiap elemen yang dikaji
Selesai ya
Tidak
VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG
1. Lokasi Penelitian Lapang
Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan nenas rakyat dan usaha agroindustri kecil dodol nenas di Kecamatan
Jalancagak, serta pabrik pengalengan nenas di Karawang, Jawa Barat. Perkebunan nenas rakyat di Jalancagak merupakan sebagian dari kegiatan perkebunan nenas di
Subang yang tersebar di 5 lima kecamatan d i wilayah Kabupaten tersebut. Sebagian lahan perkebunan nenas di Jalancagak merupakan tanah garapan yang sebelumnya
dikuasai oleh PTP dan sebagian lagi tanah rakyat. Pabrik pengalengan nenas di Karawang, yaitu PT INNI sepenuhnya dimiliki swasta dan pabrik tersebut tidak
memiliki kebun nenas sendiri. Pasok bahan baku nenas segar diperoleh dari perkebunan nenas rakyat di Subang. Pabrik pengalengan nenas ini sesungguhnya
mampu mengolah sampai 80 ton nenas segar per hari, tetapi seringkali hanya mengolah 10 ton nenas segar karena kurang lancarnya pasok bahan baku dari Subang.
Kabupaten Subang berada di dalam wilayah Propinsi Jawa Barat, yang di sisi utaranya berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Di sebelah selatan, Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Bandung, sementara di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Purwakarta, dan di sisi Timur berbatasan dengan
Kabupaten Indramayu dan Sumedang. Luas wilayah Kabupaten Subang adalah 2.051,76 km persegi dengan jumlah penduduk sebesar 1.329.838 jiwa. Kabupaten
Subang memiliki kepadatan penduduk rata-rata 648 jiwakm persegi, dengan tingkat kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Subang sebesar 2.309 jiwakm persegi dan
tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Cijambe sebesar 336 jiwakm persegi. Pada tahun 2001 PDRB Kabupaten Subang mencapai 4,5 trilyun rupiah. BPS, 2003