Daur dan keadaan tegakan Ikhtisar Kelas Hutan

kayulahan, perencekan, perusakan tanaman dan sebagainya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat sekitar hutan.

4.3 Daur dan keadaan tegakan

Berdasarkan surat dari Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan salatiga No. 930041.6SPPUCanI, tanggal 11 Agustus 2003, perihal penetapan daur kelas perusahaan jati di KPH Kedu Selatan, daur ditetapkan 40 tahun sama dengan jangka sebelumnya, mengingat komposisi kelas hutannya belum dapat dilakukan perubahan daur. Dalam pengelolaan data dan penyusunan buku RPKH dengan menggunakan program aplikasi SISDH-PDE sesuai dengan surat keputusan Direksi Perum Perhutani, nomor : 1482aKptsDir1995 tentang pedoman penyusunan RPKH dengan program aplikasi SISDH-PDE. Dari hasil risalah hutan dan pengukuran oleh Seksi Pengukuran dan Perpetaan Biro Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan tahun 2002 serta hasil risalah pelengkap tahun 2003 luas kawasan hutan per kelas hutan dalam KP jati di BH. Gombong Selatan adalah sebagai berikut : 1. Jati : 1.689,2 ha 40 dari total luas BH 2. Mahoni : 651 ha 15 dari total luas BH 3. Akasia : 120,8 ha 2,8 dari total luas BH 4. Sungkai : 22,9 ha 0,5 dari total luas BH 5. Eucalyptus : 13 ha 0,3 dari total luas BH 6. Ketapang : 5,7 ha 0,1 dari total luas BH 7. Sonokeling : 3,7 ha 0,08 dari total luas BH Jumlah : 2.506,3 ha, maka sisa seluas 1.757,6 ha berupa : TK, LDTI, SAHW, TBP dan lainnya.

4.4 Bagian Hutan

Bagian hutan adalah bagian dari suatu kawasan hutan yang merupakan satu kesatuan produksi dan kesatuan eksploitasi. Dengan demikian, sumber daya hutan dari bagian hutan tersebut harus dapat dimanfaatkan setiap tahun secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang baik berdasarkan azas kelestarian. Kelas Perusahaan Jati di KPH Kedu Selatan mempunyai wilayah hutan seluas 4.263,95 ha yaitu di Bagian Hutan Gombong Selatan yang termasuk BKPH Gombong Selatan. BKPH dikepalai oleh seorang AsperKBKPH, dari BKPH dibagi menjadi resort pemangkuan hutan dan bagian terkecil dari manajemen dan administrasi pengelolaan hutan adalah petak. Satu petak dibatasi oleh alur yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada saatnya dapat ditingkatkan sebagai jalan angkutan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ikhtisar Kelas Hutan

Luas kelas perusahaan jati di Bagian Hutan Gombong Selatan adalah 4.263,90 ha. Luasan ini tetap sejak jangka tahun 1964 sampai dengan sekarang. Luas areal untuk produksi kayu jati relatif tetap sejak jangka 1964-1973 sampai dengan jangka 1984-1993 yaitu sekitar 3.260 ha, tapi pada jangka perusahaan tahun 1994-2003 terjadi penurunan seluas 163,2 ha yang diakibatkan oleh bencana alam. Pada jangka 2007-2013 juga terjadi penurunan luas areal produksi kayu jati seluas 46.1 ha yang diakibatkan oleh bencana alam sehingga terjadi penambahan areal bukan untuk produksi kayu jati. Pada jangka 2004-2013 untuk kelas hutan TBPTH terdapat areal seluas 218,7 ha yang merupakan luasan wilayah hutan yang dijadikan areal penyangga berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Tabel 4 Luasan tegakan jati di BH Gombong Selatan Jangka waktu Kelas hutan 1964- 1973 1974- 1983 1984- 1993 1994- 2003 2004- 2013 Untuk produksi ha ha ha ha ha I. Baik untuk produksi kayu jati 1.1 Baik untuk perusahaan tebang habis 1.1.1 Produktif 1.881,6 2.003,8 2.038,5 1.700,7 2.223,2 1.1.2 Tidak produktif 1.382,8 1.256,4 1.221,7 1.396,3 609 Jumlah baik untuk ditebang 3.264,4 3.260,2 3.260,2 3.097 2.832,2 1.2 TBPTH 218,7 Jumlah areal produksi kayu jati 3.264,4 3.260,2 3.260,2 3.097 3.050,9 II. Bukan untuk produksi kayu jati 738,4 736,8 724,1 879,4 925,5 Bukan untuk produksi 261,1 266,9 279,6 287,5 287,5 Total 4.263,9 4.263,9 4.263,9 4.263,9 4.263,9 Sumber : Buku RPKH 1964-1973, 1974-1983, 1984-1993, 1994-2003, dan 2004-2013

5.2 Potensi Kelas Hutan untuk Produksi