BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengelolaan hutan yang lestari adalah proses pengelolaan hutan untuk mencapai satulebih tujuan pengelolaan tertentu yang jelas dalam menghasilkan
barang dan jasa hutan yang diperlukan secara berkelanjutan, tanpa adanya pengurangan terhadap nilai dan produktivitas hutan dimasa yang akan datang dan
tanpa adanya dampak yang tidak diharapkan terhadap lingkungan fisik dan sosial ITTO 1997 di dalam Suhendang 2002.
Perum Perhutani sebagai salah satu perusahaan pengelola hutan di Jawa adalah harapan masyarakat Indonesia dalam merealisasikan cita-cita negara yaitu
kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat perlu tindakan-tindakan perbaikan atau pencegahan penurunan kualitas serta adanya
peningkatan kuantitas hasil hutan. Jati merupakan salah satu jenis pohon yang dikelola oleh Perum Perhutani.
Saat ini Perum Perhutani memberlakukan daur jati antara 40 tahun sampai 90 tahun dengan kriteria tertentu. Jati sangat diminati oleh masyarakat karena
memiliki kekuatan dan keawetan yang tinggi apabila dibandingkan dengan jenis yang lain. Selain itu, kayu jati juga mempunyai corak yang indah dan mempunyai
nilai kayu yang tinggi. Perum Perhutani KPH Kedu Selatan merupakan perusahaan pengelola
hutan jati yang memiliki tujuan untuk menghasilkan kayu jati secara lestari, teratur dan mencapai rentabilitas yang tinggi, serta tetap memperhatikan fungsi
hutan sebagai pelindung bahaya erosi dan pengatur air. Akan tetapi, dalam pengelolaannya, hutan jati tersebut tidak dapat menghasilkan manfaat yang
optimal bagi keseluruhan bidang. Dengan bertambahnya permintaan kayu belakangan ini menyebabkan
terjadinya usaha-usaha untuk mendapatkan kayu tanpa memandang sisi kelestarian dari hutan. Penurunan produktifitas hutan KPH Kedu Selatan hingga
tahun 2010 jangka perusahaan tahun 2004-2013 terjadi karena gangguan hutan yang terus terjadi pada tegakan muda. Hal tersebut disebabkan karena cukup
banyak penduduk desa di dalam kawasan karst ini yang memiliki mata pencaharian menggali batu gamping sebagai bahan batu kapur yang memerlukan
kayu bakar dalam proses pembuatannya. Melihat kondisi hutan jati saat ini, keinginan untuk memperoleh hasil
produksi yang optimal akan sulit tercapai. Kualitas hutan terus mengalami penurunan akibat berbagai hal baik gangguan dari dalam maupun dari luar hutan.
Hal ini tentu saja mempengaruhi fungsi dan potensi hutan tersebut yang berdampak pada terjadinya degradasi hutan produksi baik luasan, produktifitas
tegakan maupun peranannya terhadap lingkungan. Untuk itu perlu pengetahuan tentang perubahan struktur kelas hutan produktif yang terjadi untuk perencanaan
dimasa mendatang.
1.2 Tujuan