di bawah naungan Kementerian Kehutanan. Pada tahun 2001 Perum Perhutani mengalami revisi bentuk menjadi perusahaan perseroan persero. Kemudian
sesuai PP No. 30 tahun 2003 Perum Perhutani kembali menjadi perusahaan umum Kementerian Kehutanan 1986.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah RI yang tertuang dalam rencana pembangunan lima tahun tahap II, kebijakan kegiatan Perum Perhutani
difokuskan pada peningkatan produksi kehutanan yang disesuaikan dengan kepentingan pembangunan industri dalam negeri, perluasan kesempatan tenaga
kerja, peningkatan dan pemerataan pendapatan, kepentingan penjagaan kelestarian sumber kekayaaan alam serta pengelolaannya Kementerian Kehutanan 1986.
Perkembangan zaman dan perubahan lingkungan membuat Perum Perhutani melakukan pembenahan kinerja dalam pengelolaan hutan di Jawa. Untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan, Perum Perhutani saat ini berlandaskan pada visi pengelolaan sumberdaya hutan sebagai ekosistem di Pulau Jawa secara adil,
efisien, dan profesional guna menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat Kementerian Kehutanan 1986. Misi yang
diupayakan adalah : 1.
Melestarikan dan meningkatkan sumberdaya hutan dan mutu lingkungan hidup.
2. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan berupa barang dan jasa
guna memupuk keuntungan perusahaan dan memenuhi hajat hidup orang banyak.
3. Mengelola sumberdaya hutan sebagai ekosistem secara partisipatif, sesuai
dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat optimal bagi perusahaan dan masyarakat.
4. Memberdayakan sumberdaya manusia melalui lembaga perekonomian
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian untuk memenuhi maksud dan tujuan pendirian perusahaan.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Jati Tectona grandis L. f
2.2.1 Penyebaran dan kegunaan Jati merupakan tanaman tropika yang mempunyai daya tumbuh yang
sangat baik dan memiliki serat kayu dengan kualitas cerpentetry tinggi sehingga
dapat mempengaruhi daya jual dengan kualitas ekspor. Perakaran jati merupakan akar tunggang sehingga tanaman jati dapat tumbuh dengan baik di wilayah
dengan curah hujan yang memadai. Indonesia yang merupakan wilayah tropis yang mengalami pergantian musim panas dan hujan sepanjang tahun sangat baik
untuk membudidayakan tanaman jati. Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Pertumbuhan tanaman jati secara alami dapat dijumpai di
negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara di antaranya India, Birma, Thailand, Laos, Kamboja dan Indonesia. Pada abad ke 19 tanaman jati juga
ditanam di Nigeria dan beberapa Negara Afrika tropis lain. Jati termasuk dalam family verbenaceae dan merupakan pohon tropik yang menggugurkan daun pada
musim kemarau. Di Indonesia dikenal dengan nama jati, jatos, deleg, dedekan, jate, kulidawa dan kiati. Sedangkan di negara lain jati terkenal dengan nama giati
Venezuela, teak USA, Jerman, kyun Myanmar, sagwan India, maisak Thailand, teck Perancis dan teca Brasil Martawijaya et al. 1981.
Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan, dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan I dan kelas
keawetan I serta kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk
membuat furnitur dan ukiran-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu
teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah. Karena kehalusan tekstur dan keindahan warnanya, jati digolongkan sebagai kayu mewah.
Oleh karena itu, banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel dan anak tangga yang berkelas. Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal
sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan,
bantalan rel, jembatan, kapal niaga dan kapal perang. 2.2.2 Daur jati
Daur rotation adalah interval waktu dari mulai penanaman hingga tegakan dianggap masak tebang dan mendapat giliran untuk ditebang habis dalam
suatu kelas perusahaan Osmaston 1968.
Daur jati yang berlaku berdasarkan teknik silvikultur dan tujuan pengusahaan, dimana hasil kayu yang diharapkan untuk pendapatan pemerintah,
sedangkan fungsi lain hanya sebagai pelengkap. Dalam penentuan daur jati, di samping cara perhitungan berupa rumus dan variabel diperlukan pula
kesepakatan untuk memperhitungkan semua manfaat yang dihasilkan oleh hutan jati, baik manfaat langsung terukur dan tak terukur maupun manfaat yang tidak
langsung. Saat ini Perhutani sebagai pengelola hutan jati memberlakukan daur jati
antara 40-90 tahun, sedangkan implementasinya dilaksanakan oleh Biro Perencanaan dalam menyusun Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan
RPKH yang menggunakan daur tidak sama untuk beberapa wilayah, yaitu Unit I Jawa Tengah 60 sampai 80 tahun, Unit II Jawa Timur antara 50 sampai 90 tahun,
dan Unit III Jawa Barat menggunakan daur 40 tahun. Prosedur penentuan daur secara resmi belum pernah ditetapkan. Hal ini mungkin disebabkan karena apa
yang telah dilaksankan selama ini sudah dianggap baik berlaku secara rutin dalam pengelolaan hutan Perum Perhutani 1991.
2.3 Pembagian Kelas Hutan