5.1 Ikhtisar Kelas Hutan
Luas kelas perusahaan jati di Bagian Hutan Gombong Selatan adalah 4.263,90 ha. Luasan ini tetap sejak jangka tahun 1964 sampai dengan sekarang.
Luas areal untuk produksi kayu jati relatif tetap sejak jangka 1964-1973 sampai dengan jangka 1984-1993 yaitu sekitar 3.260 ha, tapi pada jangka perusahaan
tahun 1994-2003 terjadi penurunan seluas 163,2 ha yang diakibatkan oleh bencana alam. Pada jangka 2007-2013 juga terjadi penurunan luas areal produksi
kayu jati seluas 46.1 ha yang diakibatkan oleh bencana alam sehingga terjadi penambahan areal bukan untuk produksi kayu jati. Pada jangka 2004-2013 untuk
kelas hutan TBPTH terdapat areal seluas 218,7 ha yang merupakan luasan wilayah hutan yang dijadikan areal penyangga berdasarkan UU No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Tabel 4 Luasan tegakan jati di BH Gombong Selatan
Jangka waktu Kelas hutan
1964- 1973
1974- 1983
1984- 1993
1994- 2003
2004- 2013
Untuk produksi ha
ha ha
ha ha
I. Baik untuk produksi kayu jati 1.1 Baik untuk perusahaan
tebang habis 1.1.1 Produktif
1.881,6 2.003,8
2.038,5 1.700,7
2.223,2 1.1.2 Tidak produktif
1.382,8 1.256,4
1.221,7 1.396,3
609 Jumlah baik untuk ditebang
3.264,4 3.260,2
3.260,2 3.097
2.832,2 1.2 TBPTH
218,7 Jumlah areal produksi kayu jati
3.264,4 3.260,2
3.260,2 3.097
3.050,9 II. Bukan untuk produksi kayu jati
738,4 736,8
724,1 879,4
925,5 Bukan untuk produksi
261,1 266,9
279,6 287,5
287,5 Total
4.263,9 4.263,9
4.263,9 4.263,9
4.263,9
Sumber : Buku RPKH 1964-1973, 1974-1983, 1984-1993, 1994-2003, dan 2004-2013
5.2 Potensi Kelas Hutan untuk Produksi
Luas areal untuk produksi kayu jati dengan sistem penebangan tebang habis sejak jangka tahun 1964-1973 sampai dengan jangka 1984-1993 bervariasi
antara 3.050,9 ha sampai 3.264,4 ha. Potensi kelas hutan produktif Bagianutan H Gombong Selatan selama lima jangka terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Potensi Kelas Hutan Produktif
Kelas hutan Jangka waktu
1964- 1973
1974- 1983
1984- 1993
1994- 2003
2004- 2013
Untuk Produksi ha
ha ha
ha ha
I. Baik untuk produksi kayu jati 1.1 Baik untuk perusahaan tebang
habis a. Produktif
KU I 726.3
761.9 801.9
783 1694.5
KU II 414.3
506.2 447.7
358.4 261.9
KU III 358.6
377.6 393.7
294.2 101.9
KU IV 354.3
323.1 361.4
240.9 103.6
KU V 28.1
24 23
24.2 26.2
MT 11.2
MR 11
10.8 23.9
Total produktif 1881,6
2.003,80 2038,5
1.700,70 2.223,20
b. Tidak produktif TK
392.7 421.1
386.4 561
272 TKL tanaman kayu lain
429.8 397.2
264.8 264.8
TJBK 560.3
438.1 570.5
570.5 337
Total tidak produktif 1382.8
1256.4 1221.7
1396.3 609
Total baik untuk perusahaan tebang habis
3264.4 3260.2
3260.2 3097
2832.2 TBPTH
218.7 Jumlah baik untuk produksi kayu jati
3264.4 3260.2
3260.2 3097
3050.9 Sumber : Buku RPKH 1964-1973, 1974-1983, 1984-1993, 1994-2003, dan 2004-2013
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa total luasan hutan produktif pada jangka 1964-1973 sampai 1984-1993 mengalami kenaikan. Pada jangka 1964-
1973 mengalami kenaikan sebesar 122,2 ha 0,06 ke jangka 1974-1983, setelah jangka 1974-1983 luasan produktif masih mengalami kenaikan hingga 1984-1993.
Pada jangka 1994-2003 mengalami penurunan 337,8 ha atau sebesar 16,57 dan diikuti penambahan luasan tidak produktif TK sebesar 174,6 ha atau 45,19 dari
jangka 1984-1993. Penurunan yang cukup besar ini disebabkan gangguan hutan berupa pencurian kayu, kebakaran hutan, dan bencana alam, serta era reformasi
yang menimbulkan krisis multi dimensional pada tahun 1997 antara lain krisis moneter yang menyebabkan kondisi masyarakat menjadi kesusahan dalam
menjalani hidup. Besarnya tingkat kerusakan yang mengakibatkan penurunan luasan produktif diiringi dengan bertambahnya luasan kelas hutan tidak produktif
atau TJBK dan TK pada setiap jangka. Pada jangka 2004-2013 terjadi peningkatan luasan produktif karena adanya penambahan penanaman dan
ditingkatkannya pengawasan agar berkurangnya gangguan hutan, sehingga luasan produktif bertambah sebesar 522,5 ha dan luasan tidak produktif menurun untuk
kelas TK sebesar 289 ha 51,51 dan TJBK sebesar 233,5 ha 40,93 dari jangka 1994-2003.
Gambaran luas total produktif dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Luas hutan produktif setiap jangka.
Besarnya penurunan luasan atau tingkat kerusakan pada kelas umur terlihat jelas terjadi pada kelas umur IV menjadi kelas umur V, namun besarnya
penurunan luasan tersebut tidak dapat disamakan dengan kelas umur muda ataupun kelas umur tua dikarenakan pada kelas umur V terjadi masak tebang
sesuai dengan daur perusahaan yaitu 40 tahun. Besarnya penurunan pada kelas umur IV menjadi kelas umur V terjadi karena adanya aktifitas penebangan KU
sehingga luasan semakin berkurang, bukan disebabkan oleh gangguan hutan. Pertambahan luasan pada kelas umur I dikarenakan adanya penanaman yang
intensif pada lahan kosong contohnya untuk luasan kelas umur I pada awal jangka 2004-2013 mengalami peningkatan luasan yang cukup besar dibandingkan
jangka-jangka sebelumnya mencapai 1.694,5 ha. Hal ini menunjukkan luas areal penanaman di jangka sebelumnya dengan kondisi saat ini sudah tidak dapat
1881.6 2003.8
2038.5 1700.7
2223.2
500 1000
1500 2000
2500
1964-1973 1974-1983 1984-1993 1994-2003 2004-2013 L
u as
h a
Jangka
dipertahankan lagi, karena sudah tidak memungkinkan lagi luasan tersebut dipanen di umur masak tebang, oleh karena itu dilakukanlah peningkatan
penanaman khususnya rehabilitasi tanah kosong secara intensif. Komposisi tegakan kelas umur dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu KU
muda KU I-II, KU tua KU III, dan KU masak tebang KU IV keatas. Untuk mengetahui besarnya total luas hutan produktif dan penyebaran komposisi
tegakan jati dalam setiap kisaran kelas umur dan pada setiap jangka perusahaan, diperlukan data hasil rekapitulasi hutan produktif yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Rekapitulasi hutan produktif BH Gombong Selatan
KU 1964-1973
Persen 1974-1983 Persen 1984-1993
Persen KU I-II
1140,6 60,62
1268,1 63,28
1249,6 61,30
KU III 358,6
19,06 377,6
18,84 393,7
19,31 KU IV up
382,4 20,32
358,1 17,87
395,2 19,39
Total 1881,6
100 2003,8
100 2038,5
100
Tabel 6 Lanjutan
KU 1994-2003
Persen 2004-2013
Persen KU I-II
1141,4 67,11
1956,4 87,99
KU III 294,2
17,3 101,9
4,58 KU IV up
265,1 15,59
164,9 7,42
Total 1700,7
100 2223,2
100
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa tegakan jati kelas umur muda di bawah 20 tahun memiliki luas yang dominan dibanding kelas umur di atas 20
tahun. Pada jangka 2004-2013 terlihat jelas tegakan jati muda sangat mendominasi yaitu mencapai 87,99 sedangkan komposisi tegakan KU tua dan
masak tebang masing-masing kurang dari 10 . Melihat penyebaran komposisi tegakan jati tersebut pihak KPH Kedu Selatan perlu memberikan perhatian yang
lebih terhadap keadaan tegakan jati baik kelas umur muda, tua dan masak tebang serta adanya upaya dalam menangani faktor-faktor terjadinya gangguan hutan
yang mengakibatkan komposisi tegakan jati terganggu, jika tidak ada upaya dan perhatian maka dikhawatirkan pada masa mendatang potensi kelas umur tua dan
masak tebang akan habis.
5.3 Gangguan Hutan