Kondisi Sosial Ekonomi Evaluasi perubahan kelas hutan produktif tegakan jati di bagian hutan gombong selatan KPH kedu selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

tanah.Kawasan karst dikategorikan sebagai kawasan yang sensitif terhadap perubahan lingkungan environmental sensitive area. Kenampakan morfologi karst di Bagian Hutan Gombong Selatan memiliki ketinggian antara 50-400 meter dari permukaan laut.Morfologi karst mempunyai ciri-ciri yang sangat khas yang dapat diamati di daerah kegiatan yaitu adanya bentukan positif dan negatif. Kenampakan positif berupa bukit-bukit kerucut dengan penyebaran memanjang dari utara ke selatan. Bentukan negatif yang terletak di antara bukit-bukit kerucut dengan bentuk membulat sampai elips tersebar di daerah kegiatan inventarisasi yaitu doline, uvala, dan polje. Bentukan positif dan negatif mendominasi morfologi kawasan karst ini dan bentukan samacam inilah yang mencirikan kawasan karst daerah tropik, sehingga kawasan karst Gombong Selatan ini dapat digolongkan tropical karst. Kenampakan karst di Gombong Selatan merupakan bagian rangkaian pegunungan selatan yang terpisah dari pegunungan selatan yang terletak di Jawa Barat. Penyebaran gua di RPH Redisari pada bagian timur dan RPH Tebo pada bagian barat, memanjang dari utara sampai selatan dengan arah gua umumnya relative menghadap barat-timur. KPH Kedu Selatan memiliki jumlah gua terbanyak untuk wilayah Unit I Jawa Tengah. Berdasarkan hasil identifikasi dan penataan mulut gua wilayah karst, kerjasama Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan yayasan Acintya Cunyata Yogyakarta tahun 1997 terdapat 123 gua dan terdapat pula sumber mata air.

4.2 Kondisi Sosial Ekonomi

4.2.1 Kependudukan Jumlah penduduk dalam wilayah kerja BH. Gombong Selatan adalah sebanyak 148.507 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 74.341 50,1 orang dan perempuan sebanyak 74.166 orang 49,9. Definisi dari kepadatan penduduk adalah rata-rata banyaknya penduduk per kilometer persegi sedangkan rata pertambahan penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu, angka ini dinyatakan sebagai angka persen. Dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Kebumen 0,8 maka rara-rata pertambahan penduduk setiap tahun berkisar antara 425 orang. Hal ini menyebabkan luasan tanah untuk bidang pertanian, industri, dan pembangunan akan semakin sempit yang berakibat pada daya dukung lahan dan kepadatan penduduk per kilometer persegi mengalami lonjakan yang cukup besar. Akibat persaingan hidup yangakan semakin keras menimbulkan terjadinya tindakan kriminal baik yang menyangkut bidang kehutanan maupun tindakan kejahatan secara umum. Data jumlah penduduk menurut golongan usia di tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Daftar penyebaran penduduk per kecamatan menurut golongan usia di sekitar hutan BH. Gombong Selatan No Kecamatan Laki-laki dan Wanita orang Anak-anak 1-14 th Dewasa 15 th keatas Jumlah 1 Ayah 15.190 36.745 51.935 2 Buayan 17.585 36.355 53.940 3 Rawakele 13.749 28.883 42.632 Sumber data : kebumen dalam angka tahun 2008 4.2.2 Mata pencaharian Masyarakat yang berada disekitar hutan dalam wilayah kerja BKPH Gombong Selatan sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani tanaman pangan dan buruh. Keadaan ini menunjukan bahwa masyarakat masih sangat mengandalkan lahan untuk menopang kehidupannya baik untuk pertanian, perkebunan maupun bidang lain yang membutuhkan lahan yaitu industri, pedagang, nelayan, peternakan. Mata pencaharian penduduk, jumlah penduduk dan luas wilayah per kecamatan perlu dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan hutan. Dalam upaya membangun hutan diperlukan pertimbangan yang matang untuk menyertakan masyarakat dalam upaya tersebut, karena di satu sisi dapat mempunyai nilai positif yaitu merupakan faktor pendukung pekerjaan teknis kehutanan dan dapat pula meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, disisi lain mempunyai nilai negatif apabila interaksi hutan dengan masyarakat negatif, seperti penjarahan kayulahan, perencekan, perusakan tanaman dan sebagainya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat sekitar hutan.

4.3 Daur dan keadaan tegakan