mendidihkan air akan menjadi nilai kesetaraan nilai biogas dengan kayu bakar dan minyak tanah Tabel 12.
Tabel 12 Perbandingan aplikasi biogas, kayu bakar dan minyak tanah Sumber Kalor Vol. air L Waktu mnt Vol. Bahan Bakar Harga Rp
Biogas 2 20 45 000 ml - Kayu bakar 2 12 1 300 gram 6 0005kg
Minyak tanah 2 16 350 ml 10 000liter Tabel 12 memperlihatkan bahwa dengan penggunaan volume air yang
sama, waktu yang diperlukan untuk mendidikan air berbeda-beda pada setiap sumber kalor yang digunakan. Waktu memasak yang dibutuhkan lebih lama
menggunakan biogas 20 menit dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah 16 menit dan dengan kayu bakar 12 menit.
Waktu memasak yang lebih lama 16 menit dengan menggunakan biogas, dapat disebabkan oleh lubang kompor biogas yang digunakan lebih kecil. Kompor
minyak tanah lebih cepat waktu memasaknya dari pada penggunaan biogas, hal ini dapat disebabkan juga lubang kompor lebih besar. Penggunaan kayu bakar
adalah yang tercepat dari pada menggunakan biogas dan kompor minyak tanah. Hal ini dapat disebabkan sebaran panas lebih luas dan dibantu oleh penggunaan
tungku yang terbuat dari batu bata. Hasil aplikasi penggunaan biogas untuk memasak yaitu waktu memasak biogas lebih lama di bandingkan dengan minyak
tanah dan kayu bakar sama seperti yang dilakukan Kota 2009. Gas yang dihasilkan dari instalasi biogas ini dapat dimanfaatkan langsung
oleh petani. Adapun efisiensi dari penggunaan gas ini dapat dihitung berdasarkan hasil konversi dengan minyak tanah dan kayu bakar Tabel 12. Gas yang dipakai
untuk memasak 2 liter air adalah 45 000 ml 45 liter jika disetarakan dengan pemakaian minyak tanah untuk memasak 2 liter air adalah 350 ml, harga minyak
tanah untuk 350 ml adalah Rp3 500. Pemakaian kayu bakar untuk memasak 2 liter air adalah 1 300 gram 1.3 kg, harga 1 300 gram kayu bakar adalah Rp1 560.
4.4.2 Analisa Tekno Ekonomi Biogas
Biaya satu unit alat biogas Tabung pencerna, tabung pengumpul gas, dan kompor gas adalah Rp1 750 000. Perawatan alat biogas dilakukan setiap enam
bulan terutama pengecatan sebesar Rp250 000. Penggunaan Bahan Bakar Minyak BBM untuk 4-6 anggota keluarga dibutuhkan 2 liter BBMhari Hamni
2008. Harga minyak tanah per liter di Desa Sumarayar Rp10 000. Kebutuhan BBM satu bulan adalah Rp600 000, untuk setahun Rp7 200 000.
Produksi biogas setiap hari dari penelitian ini 182 liter setara dengan 1.4 liter BBM, satu liter BBM Rp10 000 diperoleh pendapatan sebesar Rp14 000,
untuk satu bulan Rp420 000, setahun Rp5 040 000. Keuntungan pada tahun pertama adalah Rp5 040 000
– Rp2 250 000 biaya alat biogas dan perawatan adalah Rp2 790 000.
4.4.3 Lumpur Keluaran Biogas Limbah Ternak Babi Sludge
Pembuatan biogas dari limbah ternak babi selain menghasilkan gas bio sebagai hasil utama, juga menghasilkan lumpur keluaran biogas sludge yang
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada tanaman. Sludge telah mengalami proses fermentasi anaerob sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk
tanaman, karena pada proses fermentasi dalam digester konsentrasi N, P, dan K meningkat. Sludge yang dihasilkan dapat lebih ditingkatkan kualitasnya dengan
memisahkan antara pupuk organik padat dan pupuk organik cair Wahyuni 2008. Pemanfaatan sludge sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang sama
dengan penggunaan kompos Simamora et al. 2006. Hasil analisis kimia kandungan unsur hara yang terkandung dalam sludge
asal kotoran ternak babi pada penelitian ini adalah 0.44 N, 0.23 P dan 0.06 K, hasil ini masih lebih rendah dibandingkan dengan lumpur keluaran biogas asal
kotoran sapi dimana unsur utama adalah 1.82 N, 0.73 P, dan 0.41 K Widodo et al. 2006. Hasil analisis kimia kandungan unsur hara yang terkandung
dalam sludge asal kotoran ternak babi yang rendah ini dapat disebabkan kualitas bahan makanan penyusun ransum lebih rendah Lampiran 12.
4.5 Pengaruh Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Sludge pada Tanaman Ubi Jalar
Tabel 13 Pengaruh pemupukan terhadap bobot umbi, bobot brangkasan dan bobot umbi ubi jalar yang dapat dipasarkan
Pemupukan Takaran
pupuk g Bobot
umbi gumbi
Bobot brangkasan
gbrangkasan Umbi dapat
dipasarkan
Tanpa pupuk -
206 713
78 Anorganik 100
20 239
938 80
Anorganik 50 10
216 987
88
Organik 50 150
196 675
83 Organik 100
Anorganik 50 + Organik 50
300 10 +150
218 230
750 925
95 86
4.5.1 Bobot Umbi Ubi Jalar
Penggunaan pupuk pada tanaman ubi jalar, memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot ubi jalar Lampiran 4. Tabel 13 menunjukkan
rataan bobot umbi tanpa pupuk tanpa pupuk 206 glubang, pupuk anorganik 100 20 g 239glubang, pupuk anorganik 50 10 g 216 glubang, sludge 50
150 g 196 glubang, sludge 100 300 g 218 glubang, pupuk anorganik 50 10 g + sludge 50 150 g 230 glubang.
Secara statistik masing-masing perlakuan pupuk tidak memberikan pengaruh nyata pada bobot umbi, ini dapat diartikan bahwa semua perlakuan
memberikan pengaruh yang hampir sama pada bobot umbi ubi jalar. Menurut Yuwono 2011 pupuk organik akan melepaskan hara secara
perlahan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman sesuai dengan kebutuhannya. Hal yang demikian tidak ditemui pada pupuk anorganik. Pupuk
anorganik memiliki unsur hara dalam bentuk tersedia dan akan dilepaskan secara sekaligus. Ini akan merugikan tanaman karena N yang tersedia dan berlebihan
tidak semuanya dapat dimanfaatkan. Nitrogen tersebut akan hilang oleh pencucian ataupun penguapan, sehingga pada saat tanaman membutuhkan, nitrogen yang
tersedia dalam tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Dari penelitian ini, penggunaan 100 sludge dengan hasil rataan bobot
umbi ubi jalar 218 gumbi, merupakan pilihan terbaik, karena selain meningkatkan produksi, sludge juga berfungsi sebagai pupuk organik. Pupuk