4.6 Efisiensi Penerapan Sistem Integrasi Ternak Babi dengan Tanaman Ubi Jalar.
Pertumbuhan sektor peternakan di Sulawesi Utara khususnya di Minahasa selalu mengalami peningkatan, salah satunya populasi tenak babi. Populasi ternak
babi untuk kelompok ternak besar adalah populasi kedua terbanyak sesudah anjing di desa Sumarayar Kecamatan Langoan Timur dalam Angka 2010.
Masyarakat Desa Sumarayar pekerjaan utamanya adalah bertani, beternak merupakan usaha sampingan bagi sebagian besar masyarakat. Tujuan utama
sebagian besar masyarakat yang memelihara ternak babi adalah sebagai sumber penghasilan, disamping untuk tabungan. Tetapi cara pemeliharan sebagian besar
masyarakat belum memperhatikan keindahan dan kesehatan. Kandang ternak babi diletakkan di belakang ataupun disamping rumah dengan jarak yang terlalu dekat.
Limbah ternak babi langsung dialirkan ke sungai, atau tertumpuk di belakang kandang.
Permasalahan utama yang dihadapi petani yaitu belum adanya keterpaduan usaha ternak dengan tanaman, dimana limbah ternak dapat digunakan sebagai
pupuk sedangkan limbah dari tanaman dapat digunakan sebagai pakan tambahan ternak. Upaya mengatasi permasalahan tersebut telah dilaksanakan dengan
mengembangkan sistem integrasi ternak dengan tanaman. Pengembangan sistem peternakan pertanian terintegrasi merupakan suatu model yang integratif dan
sinergis yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak dengan sentuhan teknologi sederhana yaitu teknologi biogas.
Alat yang dibutuhkan untuk menghasilkan gasbio, yaitu tabung pencerna digester, tabung penampung gas dan kompor gas. Peralatan biogas yang
digunakan dalam penelitian ini terbuat dari drum bekas. Alat penghasil biogas dari drum bekas, untuk satu unit termasuk kompor harganya Rp1 750 000. Bagi
petanipeternak harga satu unit biogas merupakan harga yang sulit dijangkau. Pengadaan satu unit alat biogas perlu adanya bantuan pemerintah berupa dana
bergulir atau kredit lunak bagi petanipeternak, sehingga konsep integrasi yang diterapkan akan memberikan keuntungan bagi petanipeternak. Sejalan dengan
Sarwono 1997 penerapan teknologi biogas sudah harus dipikirkan mulai sekarang sebelum masalah pencemaran menjadi malapetaka. Kendala dalam
penerapan teknologi biogas menyangkut investasi yang besar, untuk itu pemerintah perlu menjadi motor penggerak untuk menangani masalah tersebut.
Pola integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar yang berwawasan lingkungan jika diterapkan di Desa Sumarayar dengan skala rumah tangga akan
memberikan beberapa keuntungan seperti yang telah dilakukan dalam penelitian ini.
Pertambahan bobot badan babi yang diberikan ransum peternak dan ransum perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, artinya
pemberian ransum yang dilakukan oleh peternak dan ransum perlakuan menghasilkan pertambahan bobot badan yang hampir sama. Hal ini menunjukkan
bahwa ransum peternak maupun ransum perlakuan yang diberikan pada ternak babi dalam penelitian ini memberikan hasil yang hampir sama dengan rata-rata
pertambahan bobot badan babi peternak 0.39 kg dan babi perlakuan 0.36 kg. Bobot badan ternak babi untuk pemeliharaan selama empatpuluh sembilan hari
mencapai 17.55 kg, dengan harga Rp20 000 kg berat hidup sehingga memberikan hasil Rp351 000. Harga bahan penyusun ransum ternak babi yang digunakan oleh
peternak dengan yang digunakan sebagai perlakuan berbeda. Ransum yang disusun oleh peternak harganya lebih tinggi yaitu Rp3 562kg, sedangkan pakan
perlakuan harganya Rp2 260kg. Ternak babi selain hasil utamanya adalah daging, ternak babi memberikan
juga hasil sampingan yaitu limbahnya yang ternyata sayang kalau tidak dimanfaatkan. Limbah ternak babi dengan sentuhan teknologi sederhana seperti
biogas, dapat diolah dengan proses fermentasi anaerob menghasilkan energi alternatif. Sumber energi alternatif yang dihasilkan yaitu gas dapat digunakan
untuk keperluan memasak. Keunggulan lain dari teknologi biogas ini adalah kandang jadi bersih, sehingga pertumbuhan babi semakin baik. Ternak babi dapat
dijual, atau diambil dagingnya untuk pemenuhan protein hewani. Hasil produksi gas harian tertinggi pada penelitian ini adalah 182 000 ml
182 liter gas. Adapun efisiensi dari penggunaan gas ini dapat dihitung berdasarkan hasil konversi dengan minyak tanah dan kayu bakar. Gas yang
dipakai untuk memasak 2 liter air adalah 45 000 ml 45 liter jika disetarakan dengan pemakaian minyak tanah untuk memasak 2 liter air adalah 350 ml, harga