V. ANALISIS KEBIJAKAN
Implikasi kebijakan merupakan pernyataan dari pemerintah yang diperlukan dalam mewujudkan suatu keadaan atau kondisi yang memungkinkan
diterapkannya strategi dan program pengembangan investasi pada industri biodisel kelapa sawit dengan baik. Implikasi kebijakan yang diperlukan untuk
mendukung pengembangan investasi biodisel sebagai berikut:
5.1. Sumber Daya
Untuk menjamin ketersediaan sumberdaya bahan baku bagi industri biodisel kelapa sawit diperlukan pengalokasian sejumlah 1,5-2 juta hektar lahan
sawit untuk menghasilkan 5 juta ton biodisel yang digunakan sebagai pengganti 5–10 persen BBM solar di dalam negeri dalam jangka panjang.
Berdasarkan analisa yang dilakukan pada sub model sumberdaya, ketersediaan bahan baku CPO untuk mensubtitusi 5–10 produk BBM solar
adalah cukup, yaitu membutuhkan 500.000–1000.000 ha lahan atau 1,5-3 juta ton CPO. Sedangkan produksi total CPO dalam negeri pada 15 tahun kedepan
mencapai hampir 22 juta ton. Untuk mendukung berkembangnya industri biodisel nasional maka pemerintah perlu memfasilitasi kesinambungan
penyediaan bahan baku biodisel baik berupa penambahan lahan ataupun mengolah sebagian dari CPO dalam negeri menjadi menjadi biodisel. Namun, apabila
subsitusi dari produk BBM solar lebih kecil dari 3 maka lahan yang tersedia saat ini diperkirakan cukup untuk menyediakan bahan baku biodisel.
5.2. Teknis Produksi
Ditinjau dari aspek ketersediaan teknologi pengolahan biodisel tidak mempunyai kendala atau dapat didesain sesuai dengan keinginan penggunanya.
Kegunaan biodisel juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti BBM solar atau disel serta sebagai bahan bakar mesin pemanas atau heating Oil seperti
genset. Berdasarkan validasi sub model teknis produksi dari scalling up proses
pengolahan biodisel yang dilakukan oleh ITB dengan kapasitas 400 tontahun,
154 maka dapat dihitung perkiraan kebutuhan neraca bahan dan neraca enerji pada
proses pengolahan biodisel dengan kapasitas 100.000 tontahun. Dari hasil scaling up
tersebut disarankan beberapa kebijakan dibidang teknis produksi sebagai berikut :
1. Penggunaan biodisel untuk bahan bakar kendaraan yang digunakan pada alat transportasi sebaiknya diproduksi dalam skala besar yaitu 30 – 100
ribu ton kapasitas per tahunnya agar dapat memenuhi volume pertumbuhan konsumsi bahan bakar solar yang besar yang tidak
terimbangi oleh peningkatan kapasitas produksinya saat ini. 2. Acuan sementara spesifikasi produk biodisel memenuhi standar yang
telah ditetapkan oleh Forum Biodisel Indonesia dan perusahaan otomotif yang akan menggunakan biodisel.
3. Disain alat pengolahan dirancang agar dapat digunakan oleh berbagai jenis bahan bakar multifeedstock.
4. Lokasi pabrik sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku karena sifat minyak sawit yang mudah rusak.
5. Pemerintah perlu menyediakan anggaran untuk mengembangkan teknologi pengolahan yang efisien dan murah sehingga dapat bersaing
dengan teknologi yang dihasilkan oleh negara-negara maju.
5.3. Pasar