mendukung dalam perkembangan pariwisata juga dapat diartikan sebagai kelembagaan, dan dalam hal ini masyarakat juga turut menjadi bagian dari
kelembagaan pariwisata Damanik Weber,2006. Masyarakat menjadi bagian dari kelembagaan pariwisata hal tersebut dapat dilihat dari organisasi yang
dibentuk oleh masyarakat dalam menangani kegiatan wisata, baik dalam penyediaan produk maupun informasi dan promosi wisata.
Dalam perencanaan pengelolaan wisata yang dalam hal ini ekowisata Damanik Weber 2006 memaparkan kerangka dasar dalam perencanaan
pariwisata yang terbagi menjadi lima yang akan menopang bangunan perencanaan wisata, yaitu: 1 pembangunan pariwisata berkelanjutan, 2 struktur administrasi
pariwisata yang mencakup pemerintah lokal, 3 peraturan perundang-undangan, 4 otonomi daerah dan 5 keberagaman potensi wisata. Jika kelima poin dalam
perencanaan wisata tersebut dilaksanakan dalam proses pengelolaan dan pengembangan objek daya tarik wisata yang ada, tidak menutup kemungkinan
objek daya tarik wisata yang ada di Desa Simonis dapat berkembang dan menjadi daerah referensi tujuan wisata, tidak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga
mancanegara.
2.5 Pariwisata Berbasis Masyarakat
Salah satu bentuk pendekatan dalam perencanaan pengembangan pariwisata adalah dengan penerapan pariwisata berbasis masyarakat Community
Based Tourism atau juga disebut Community Based Development, dimana masyarakat akan membangun, memiliki dan mengelola, secara langsung fasilitas
wisata serta pelayanannya Marpaung, H. 2002. Pariwisata berbasis masyarakat
Universitas Sumatera Utara
merupakan bentuk pariwisata yang mengacu pada peran masyarakat dalam pelaksanaan dan pengelolaannya, dimana masyarakat ikut serta dalam setiap
fasenya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penerapan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat akan menarik keterlibatan masyarakat yang tinggi.
Selain itu, Pariwisata berbasis masyarakat dapat digambarkan sebagai kegiatan wisata yang melibatkan partisipasi dari masyarakat setempat yang akan
menguntungkan bagi mereka sendiri Said, 2011. Dalam penelitian yang dilakukan Said tentang partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan wisata
yang berbasis masyarakat dilihat dari empat aspek yaitu: Sosial budaya; Penilaian masyarakat; Potensi produk pariwisata dan Penilaian dampak potensial.
Pemahaman dan pandangan secara menyeluruh dari masyarakat lokal terhadap dampak pariwisata sangat penting dalam perencanaan dan pengembangan suatu
daerah menjadi tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat lokal dapat memahami manfaat bagi suatu desa apabila dijadikan tujuan wisata. Penduduk
lokal harus terlibat melestarikan, memperbaiki dan menjaga daerahnya agar manfaat dari pembangunan desa dapat terus dirasakan. Masyarakat lokal dapat
mengetahui dampak positif dari pengembangan pariwisata, yaitu menciptakan kesempatan dalam bisnis baru, mempromosikan kewirausahaan dan meningkatkan
pendapatan keluarga, serta pembangunan infrastuktur seperti adanya perbaikan jalan, dan lainnya. Untuk itu, penting pula mengetahui potensi partisipasi
masyarakat desa dalam upaya pengembangan desanya menjadi tujuan wisata, sehingga dapat diambil kesimpulan akhir terkait potensi pengembangan desa
sebagai tujuan wisata yang sesuai dengan potensi sumber daya yang ada serta
Universitas Sumatera Utara
partisipasi masyarakat baik dalam proses perencanaan maupun jalannya pengembangan pariwisata.
2.6 Literatur Sejenis